Mentalku Tempe

Kemajuan teknologi yang berkembang pesat sekarang ini menawarkan berbagai kemudahan dalam hidup. Semua hal seolah mudah dilakukan asalkan memiliki uang. Dengan uang kita bisa dengan mudah membeli ribuan alat yang dapat mempermudah hidup kita. Ingin berkomunikasi ada SMS tidak perlu lagi bersusah payah pergi ke kantor pos. Ingin pergi ke suatu tempat ada mobil tidak perlu repot berjalan kaki padahal jarak yang ditempuh sangat dekat. Mau main tidak perlu susah – susah keluar ada komputer dan PS yang menemani. Masih banyak lagi alat – alat yang memeprmudah hidup kita.

Bahkan kantor pos sekarang kelabakan karena pengguna jasa pos turun drastis dari 300 ribu di tahun 2004 menjadi hanya 20 ribu pada tahun 2009 (Media Indonesia, 30 Desember 2010). Bukan hanya itu sekarang orang – orang lebih memilih menggunakan kendaraan dibanding berjalan kaki, akibatnya masyarakat berbondong -  bondong membeli kendaraan yang menyebabkan langkanya BBM. Padaal dunia sedang menggembar – gemborkan penghematan energi, tetapi masyarakat malah cendrung membeli kendaraan. Anak muda zaman sekarang juga lebih mudah kehidupnnya. Semua keinginan sudah tersedia di depan mata tanpa perlu bersusah payah. Teknologi mebutakan semuanya, mendidik calon generasi penerus bermental tempe.

Tidak ada yang salah dalam penggunaan dan penemuan teknologi baru. Hanya saja terkadang teknologi yang ada digunakan secara berlebihan oleh manusia. Manusia sekarang sudah jarang mendengarkan. Alam sudah bukan lagi sahabat mereka. Suara alam kini telah tergantikan karena manusia tidak ingin lagi hidup susah. Kini mereka berlomba – lomba berbicara tanpa berusaha mendengarkan.

Apa jadinya suatu negara apabila generasinya banyak yang bermental tempe yang disuruh bertanggung jawab atas kesalahan sendiri saja malah menyalahkan orang lain. Ironis memang, teknologi yang ditujukan memepermudah kehidupan malah melemahkan mental generasi muda. Tentunya sebagai masyarakat kita tidak ingin memiliki pemimpin yang hobinya saling menyalahkan bukan?

Hukuman yang ada di masa lalu memang terlihat kejam di mata kita. Tugas yang seabrek bahkan tak jarang hukuman fisik sudah bukan hal yang aneh bertahun – tahun yang lalu. Akan tetapi, hal semacam ini seringkali dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia oleh sebagian orang karena memang ada saja yang menyalahgunakan wewenang ini. Walaupun begitu hasil yang diperoleh juga berbeda. Manusia yang digembleng dengan didikan keras akan memiliki mental yang lebih kuat. Mereka akan lebih siap menghadapi rintangan dan kerasnya dunia.

Untuk itulah, ketegasan semacam ini sangat perlu dikembangkan lagi. Akan tetapi ketegasan ini tentunya harus lebih bermoral dan ditujukan untuk membangun bukan untuk balas dendam. Di sanalah kegunaan MOS, OSPEK, LDK, dan DIKSAR. Sekali lagi hal yang perlu ditekankan adalah pelaksanaannya haruslah tanpa dendam dan dimaksudkan untuk membangun mental. Dengan begitu akan dihasilkan generasi mudah yang bermental kuat dan bertanggung jawab. Generasi yang penuh tanggung jawab tentu akan bisa membangun negara dan bangsa yang lebih baik lagi kedepannya. [KM/MnH]

0 talks: