Happy Earth Day ! :D

Waw sudah lama gak ngentry post. Kangennnn~ #pelukblogger. Hahaha. Jadi sekarang kan erath day. Berhubung sekarang gw udah jadi mahasiswa (kehutanan pula) kayaknya gak oke aja kalau gak bikin postingan dalam rangka memperingati earth day. Tadi pagi gw bangun dan inget sekarang kan earth day. Terus gw bingung mau ngapain. Mau bikin yang berguna buat makluk hidup lain, tapi gak ada ide. Akhirnya cuma nulis entry post aja yang kepikiran. Hahaha. Pagi - pagi masih aja saya ngegaje maaf ya. Kebiasaan dari lahir kayaknya. Kita bakal ngomongin karbon lagi. Dan kali ini gw bakal ngebahas ditinjau dari sudut salah satu bagian elemental.

Dan taukah kalian bahwa Indonesia termasuk salah satu negara pemasok karbon terbesar? 

Yup, Indonesia yang merupakan jantung dunia karena hutan hujan tropisnya adalah pemasok karbon terbesar. Jadi bukan hanya Amerika dan negara maju aja yang dituntut untuk menurunkan emisi karbon. Kita Indonesia juga punya andil dalam hal ini. Padahal kita kan punya berhektar - hektar lahan hutan, kok bisa ya kita jadi peghasil karbon bukannya penyerap karbon? 

Indonesia memang tidak banyak menyumbangkan karbon dari hasil industri, bila dibandingkan dengan negara - negara maju itu tentunya. Hasil karbon kita rata - rata disebabkan karena adanya kebakaran hutan. Iya kebakaran hutan. Mungkin sebagian dari kalian yang seumuran saya masih ada yang inget peristiwa kebakaran hutan sekitar tahun 97-an. Saya masih inget. Dulu di televisi gak berhenti nyiarin berita soal kabut asap di Palangkaraya. Saya inget ada asap putih kayak kabut yang menyelimuti kota tersebut. Dulu saya sih cuma berpikir "ooh", tanpa rasa tertarik sedikitpun. Lagipula saya gak ngerti konsep karbon lagian.

Peristiwa kebakaran hutan yang sebagian besar terjadi di lahan gambut Kalimantan ini, seringkali menyebabkan suatu peristiwa yang kita sebut transboundary pollution. Keren ya namanya? Gw juga gak ngarti itu apaan maksudnya. Yang jelas transboundary apalah itu adalah polusi lintas batas yang biasanya terjadi karena keadaan atmosfer yang stabil. Kondisi atmosfer yang stabil adalah kondisi atmosfer dimana gas maupun udara dipaksa naik ke atas. Akan tetapi gas ini kemudian akan turun dengan sendirinya. Dan udah pasti yang sering kena imbasnya adalah negara tetangga kayak Malaysia ataupun Singapura. Dan akibat asap yang ditimbulkan kita harus bayar cost nya kalau gak salah.

Nah asap dari kebakaran ini tentunya ngebawa gas - gas karbon. Dan inilah mengapa Indonesia masuk ke dalam negara penghasil karbon. Sejarah awal terjadinya kebakaran hutan di Indonesia memang masih gak jelas. Dari sebuah pustaka yang saya baca (dan saya lupa judulnya) disebutkan bahwa ada salah satu pengelana pada abad ke 19 kalau gak salah, yang akhirnya menemukan wilayah Kalimantan akibat mencium bau asap kebakaran.

Kebakaran hutan di Indonesia memang sering terjadi di wilayah Kalimantan. Pelacakan kebakaran di kalimantan memang tidak mudah. Hal ini dikarenakan lahan di Kalimantan merupakan lahan gambut. Lahan gambut memungkinkan terjadinya ground fire, atau kebakaran yang terjadi di bawah permukaan tanah. Hal ini mebuat kebakaran sulit terlacak karena tidak terlihat. Kalaupun terlihat paling - paling cuma asapnya doang. Pemadaman juga jadi sulit.

Pertanyaanya adalah kenapa bisa terjadi kebakaran kayak gini?

Ada banyak faktor sebenarnya, tapi saya gak pernah juga si ke kalimantan jadi gak bisa survei langsung. Dari pustaka yang saya baca ada salah satu faktor yang menarik, yaitu kanal. Yup, pada lahan gambut di kalimantan sana dibangun kanal. Alasannya adalah untuk mencegah banjir. Lahan gambut itu kan kayak sponge, jadi kalau pas musim hujan lahan gambut bakalan tergenang air, alias banjir. Untuk itu pemerintah berinisiatif membangun kanal untuk mencegah hal ini. Akan tetapi, hal ini justru membuat lahan gambut kering saat musim kemarau. Sehingga lebih rentan terjadi kebakaran hutan. Aneh aja. Ironis. Kanal yang dibangun dengan tujuan mencegah banjir justru mengundang kebakaran. Mungkin bener kata orang tua gagal merencanakan sama dengan merencanakan kegagalan.

Salah satu faktor hot issue lainnya itu adalah keberadaan ladang berpindah. Sebenernya gak ada yang salah juga dengan perladangan berpindah. Toh leluhur kita baik -baik aja kok di masa lampau menerapkan sistem ini. Cuma yah dengan seiring banyaknya manusia di muka bumi memang udah gak bisa aja menerapkan sistem ini lagi. Dan faktor yang selalu menajdi perkara ketrpurukan bangsa kita adalah enggannya kita menilik sejarah. Menilik kearifan lokal leluhur kita. Haha. Sayang aja para pendatang baru, bangsa sekarang kalau mau buka lahan ya bakar aja. Gak pake cara tertentu dari leluhur kita. Sompral gitu istilahnya. Kemajuan zaman, kemajuan ilmu, kemajuan teknologi gak berarti selalu berarti yang lebih baik dibandingkan kearidan lokal. 

Tau gak? Kalau tanah itu bakal rusak kalau dibakar. Yang bisa menyuburkan tanah itu bukan pembakaran tapi abunya. Kalau di bakar sih tanah malah rusak. Soalnya mikroorganisme itu gak resisten resisten amat sama yang namanya kebakaran. Makanya kalau mau nyuburin tanah sebar abu bukan langsung dibakar.

Hutan kita udah di ulak - alik sedemikian rupa. Jadi ya nyari hutan yang ,masih real virgin di Indonesia gw gak tau dimana. Mungkin ada, tapi gw gak tau dimana. Ilmu gw masih terbatas. Daur hidup alami yang diciptakan oleh alam kita putus demi kepentingan kita. Kebakaran hutan itu terjadi atas adanya bahan bakar, panas, dan udara. Bahan bakar yang dimaksudkan di sini salah satunya serasah. Padahal serasah juga merupakan salah satu komponen penyubur tanah. Ha ini dikarenakan pengobar - abrikan hutan menyebabkan dekomposer kita  berkurang. Sehingga serasaha tidak terdekomposisi sebagaimana mestinya dan akhirnay menumpuk berlebihan di permukaan. Penumpukan berlebihan ini juga merupakan salah satu faktor kebakaran, yaitu bahan bakar.

Manusia itu cendrung menghilangkan apa - apa yang tidak menguntungkan mereka dengan cepat.

Kita ngutak - atik alam gak sebagaimana mestinya. Kita buat hutan homogen dengan pohon yang hanya menguntungkan kita. Nyatanya hasil hingga sekarang hutan homogen itu rentan terhadap serangan hama dan penyakit bukan?

Alam itu udah tercipta dengan kalkulasi yang sebgitu rumitnya. Bahakan lebih sulit dari kalkulus sekalipun. Dia lah yang menciptakan bumi dan seisinya. Dan sebagai khalifah kita juga lah yang patut menjaga seiring dengan memanfaatkannya. Segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Makanya manfaatkanlah, tapi jagalah juga. Karena kalau sudah hilang kita jugalah yang nanti terkena imbasnya. Negara modern boleh menjadi orientasi dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi jangan lupa ada alam dan kearifan lokal yang tetap harus dijaga. Dan buat para pemangku kekuasaan jaga hutan kita ya. Kalau gak kepada kalian kepada sapa lagi kita meminta tolong. Rencanakan pemanfaatan hutan demi kemaslahatan masyarakat bukan demi uang. Jangan jadi mafia hutan, kasian loh keluarganya kalau makan dari duit sogok. Lebih kasian lagi kalau pas generasi selanjutnya hutan mereka habis karena kelalaian kita saat ini.

Sedikit mengutip kata seorang tokoh Niccolo Machiavelli dalam novel The warlock karangan Michael Scott, 
"Man is the only animal that can destroy the world. Beasts live only in the present, but humans have the capacity to live for the future, to lay down plans for their children and grandchildren, plans that can take years, decades, even centuries, to mature"
Ingat bung, kita tidak hanya hidup demi manusia saja. Dan bukan hanya untuk generasi saat ini.

So, keep our earth healthy. Happy Earth Day :D

3 weeksFor the reader, friends, super-team, and you :)