Siapa yang tak tahu New Zealand, sejak film the Lord of The Ring, tempat ini menjadi terkenal sebagai set film hobbiton. Selain itu, salah satu variety show kenamaan korea, Running Man pun pernah melaksanakan misi berbahaya di Nevis Swing. Bahkan baru-baru ini aktor kenamaan Indonesia, Ringgo beserta keluarga pergi jalan-jalan ke New Zealand dan berkemah dengan campervan. Wajar jika minat untuk berkunjung ke negara tersebut semakin hari semakin meningkat. Tapii, selain untuk berwisata, New Zealand ini bisa juga menjadi salah satu tujuan studi kalian loh. Jadi lumayan kan bisa bersekolah sambil wisata kalau duitnya ada. Buat yang ingin sekolah tapi terbatas di biaya, mungkin New Zealand Scholarship bisa jadi salah satu beasiswa yang dituju.

New Zealand Scholarship atau beasiswa Selandia Baru merupakan beasiswa dari pemerintah NZ melalui Ministry of Foreign Affair and Trade (MFAT). Beasiswa ini umumnya dibuka setiap bulan Februari dan deadline di Bulan Maret. Adapun untuk Indonesia beasiswa ini ditujukan untuk Postgraduate Certificate (6 bulan); Postgraduate Diploma (1 tahun); Master’s Degree (1-2 tahun); dan PhD (3.5 tahun). Sayangnya, untuk S1 hanya ditujukan khusus untuk Timor Leste. Biasanya kuota beasiswa ini setiap tahunnya sekitar 60 orang (catatan tahun 2019). Beasiswa ini biasanya dibuka pada tanggal 1 Februari dan deadlinenya sekitar pertengahan Maret, so yang berminat bisa bersiap mulai sekarang.

Jadi apa aja sih yang ditanggung sama beasiswa ini? Jadi yany ditanggung itu adalah tiket pulang pergi. Lalu ada juga uang mingguan NZD 491 per minggu yang dibayarin per minggu. Pas awal kedatangan kita juga dapet namanya uang establslishment NZD 3000. Selain itu hal-hal lain yany ditanggung itu termasuk visa, medical checkup, vaksin MMR (tahun 2019), IELTS (yang tes sendiri), asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, biaya riset dan tesis, dan tiket mudik (ada syaratnya). Untuk sistemnya nanti mungkin akan update lagi kalau udah ngalamin sendiri kali yaaa.

Pada dasarnya persyaratan untuk mengajukan beasiswa ini gak sulit loh. Untuk mengecek apakah kita bisa melamar beasiswa ini dapat cek ke eligibility test mereka ya. Adapun syarat-syaratnya yaitu:
  • Berusia minimal 18 tahun, dan untuk batas atas umur memang tidak ditentukan. Namun, memang ada preferensi umur di bawah 40 tahun.
  • Untuk bahasa, sertifikat bahasa yang diterima itu IELTS, TOEFL, dan PTE Academic (disarankan IELTS). Nilai minimalnya mengikuti ketentuan dari masing-masing universitas. Jadi tolong cek syarat dari universitas yang akan dituju terlebih dahulu untuk tahu standard minimum kemampuan bahasa Inggris. Kalau sudah ada yang memiliki sertifikat tersebut dapat digunakan dalam proses aplikasi dengan catatan sertifikat tersebut dikeluarkan dalam 12 bulan terakhir dan ini bisa di-reimburse. Kalau semisal kalian lolos ke tahap tes bahasa Inggris dan belum punya sertifikat bahasa nantinya akan dilakukan tes IELTS yang dikoordinir oleh NZS.
  • Pengalaman kerja untuk yang akan melanjutkan ke S2 dan S3, dengan ketentuan satu tahun untuk kerja full time dan 2 tahun untuk part time
Sama seperti beasiswa lainnya, hal lain yang perlu diperhatikan adalah fokus studi yang mereka harapkan dari pelamar beasiswa. Semakin linear jurusan yang diajukan untuk studi dengan fokus mereka tentunya peluang kita untuk bisa diterima juga akan lebih besar. Untuk melihat fokus studi yang diharapkan oleh NZS dapat melihat link berikut (klik di sini). Jangan khawatir kalau jurusan S1 kalian tidak linear dengan S2 kalian. Peluang kalian tetap ada, selama kalian bisa membuktikan bahwa S2 yang kalian ambil nantinya akan memberikan impact buat karir masa depan kalian (awardee ada yang tidak linear S1 dan S2 nya dan tetap lolos).

Kalian mungkin bertanya-tanya seperti apa sih proses beasiswa ini. Pada dasarnya proses beasiswa ini tidak ribet dan dokumen yang harus dipersiapkan pun sangat sederhana. Berhubung ada kemungkinan proses dan dokumen berubah jadi untuk selanjutnya gw akan lebih berfokus pada pengalaman proses beasiswa itu aja yaaa. Berhubung gw melamar untuk S2 mungkin akan berbeda dengan mereka yang daftar S3.

Untuk memudahkan penjelasan berikutnya, bisa dicek dulu alur beasiswa Ini.


Proses beasiswa (berdasarkan pengalaman tahun 2019)

Persiapan Dokumen dan Aplikasi

Aplikasi NZS pada dasarnya merupakan aplikasi online yang terdiri dari essay yang harus dijawab dengan jumlah kata yang tidak terlalu banyak. Saran saya untuk memoles essay ini sebaik mungkin. Bila memungkinkan menyediakan data-data relevan dan tidak bertele-tele.

Tahapan ini merupakan tahapan paling penting tapi sering dianggap sepele oleh para calon - calon pengejar beasiswa, termasuk saya dulu. Belajar dari pengalaman tahun 2018, saya mempersiapkan beasiswa tahun 2019 ini dengan lebih matang. Berhubung saya menyimpan aplikasi tahun 2018 jadi saya bisa mempersiapkan essay untuk beasiswa ini dengan lebih baik.

Selain itu, pada aplikasi ini kita juga diminta untuk memilih maksimal 2 universitas yang ingin kita lamar. Ada 8 universitas dan 3 institut yang bisa dipilih pada beasiswa ini (klik di sini). Untuk mengisi bagian ini, akan lebih baik kita mengunjungi universitas yang diminati untuk mengetahui course yang disediakan. Jika belum tau, bisa mengecek satu per satu universitasnya. 

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, pada NZ terdapat dua opsi master yaitu master by taught dan master by research. Pada master by taught kelulusan tidak perlu membuat thesis, sekalipun ada thesis angka kreditnya tidak sebesar yang melalukan master by research, kelulusan juga ditentukan oleh kriteria yang berbeda tergantung jurusannya. Master by taught ini mungkin tidak begitu familiar di Indonesia, mengingat di sini hampir seluruh perguruan tinggi mewajibkan thesis untuk lulus, seperti master by research. Jangka waktu master by taught juga cenderung lebih singkat. Bagi yang ingin S3 akan lebih baik jika mengikutii master by research (saran salah satu awardee).

Untuk dokumen yang harus diupload, menurut gw sih sederhana banget (All Hail NZS!). Syaratnya yang sederhana ini yang bikin gw akhirnya memutuskan untuk apply beasiswa ini lagi, berhubung jadwal kerja saat itu memang membatasi gw untuk ngurus yang terlalu ribet. Dokumen yang harus diunggah pada tahap ini yaitu, (i) transkrip berbahasa Inggris; (ii) ijazah berbahasa Inggris; (iii) paspor/ akta lahir berbahasa Inggris. Sejujurnya gw udah lupa dokumen apa aja yang harus diupload, tapi seinget gw, gw juga unggah CV terbaru. Tahun sebelumnya gw juga unggah IELTS tapi berhubung pas apply tahun 2019 dokumen IELTS gw udah habis masa berlakunya dan hasil terbaru belum keluar dokumennya jadi di aplikasi tahun 2019 gw ga melampirkan dokumen IELTS cuma nulis skornya aja untuk bagian English requirements. 

Bentar, jadi gak perlu dokumen IELTS? Iyup betul! Ini yang bikin salut sama beasiswa ini. Dia ga perlu IELTS di awal. IELTS akan dites saat udah lolos tahap wawancara, dan akan dikooordinir langsung sama NZS nya. Khusus untuk S2 kalau pas hasil IELTS masih kurang di bawah requirements dia masih mungkin untuk lanjut ke tahap evaluasi akhir untuk dapet beasiswa. Sebagai catatan beasiswa ini ga menargetkan English requirements tertentu walaupun memang baiknya mengikuti standar yaitu overall 6,5 dan seluruh band ga ada yang di bawah 6, yang dijadikan standar adalah standar English requirements dari universitas masing-masing. 

Jadi kalau pas tes IELTS ga lolos masih mungkin dapet beasiswa? Jawabannya mungkin banget. Nanti berdasarkan nilai kalian, kalian akan diikutsertakan ke kelas Bahasa Inggris untuk kemudian kembali tes IELTS. Jangka waktu kursus ini beragam ada yang 3 bulan ada yang 6 bulan tergantung nilai. Seandainya setelah waktu ujian yang ditetapkan nilai masih jelek, kalian masih diberikan kesempatan untuk retake ujiannya. Cuma berapa kali batasnya itu harus dipastikan lagi tergantung kebijakan beasiswa nya.

Tahap Assessment of longlisted applications dan Online psychometric testing

Selamat, jika berhasil melalui tahap initial screening kita akan masuk ke tahap ini. Jadi jika berhasil artinya kalian sudah masuk ke longlist applicant. Nah selanjutnya akan disaring kembali sehingga didapatkan nama untuk short list. Tahapan ini bisa dibilang tahapan paling sederhana dan gak makan waktu lama. 

Ini adalah tahap ketika saya gagal di 2018 (TMI wkwk). Sempet tanya sama awardee dulu dan dia sih ngakunya gak dapet tes ini. Jadi masih meraba-raba ini tuh tes apa. Pada dasarnya tes psikologis ini terdiri dari abstract reasoning test dan online presonality test. Mungkin semacam aptiuted test gitu kali ya. Testnya online (Yeah!), nanti link untuk mengerjakan akan diberikan beberapa hari setelah pemberitahuan bahwa kita lulus dari initial screening. Link tersebut berlaku 14 hari, kita bisa test kapan saja dalam 14 hari itu. Jadi inget-inget ya, jangan sampai bablas. Soalnya seidikit waktunya juga sebentar, tapi inget menyepelekan pangkal kegagalan. 


Tahap Interview

Alhamdulillah, tahun 2019 akhirnya saya berhasil melewati tahap assesment longlist dan berhasil masuk ke shortlist untuk wawancara. Ini tahap yang paling bikin deg-degan. Ada baiknya berdiskusi dengan awardee yang sudah menerima untuk latihan tanya jawab. Untuk tahap ini gw akan sangat merekomendasikan ikut grup pengejar beasiswa NZS lainnya, misalnya grup NZS Indonesia di telegram. Biasanya mereka akan latihan tanya jawab tuh, gimana pun juga bahasa Inggris itu bukan bahasa ibu jadi tetep harus dilatih kan kecuali kalian kerja dan tiap hari ngomongnya bahasa Inggris. 

Pertanyaan beasiswa ini juga gak jauh jauh dari pengalaman kerja dan historis akademik. Dan paling penting, kenapa sih kalian ngambil jurusan dan universitas itu. Sebenernya sih ini pertanyaan standar untuk setiap beasiswa. Linieritas dengan kerja dan akademik serta mau apa dan akan jadi apa setelah lulus. Sepele ya? tapi justru ini yang bikin saya gagal pas interview LPDP tahun 2016 karena kurang matang di bagian ini. Di tahun saya, yang wawancara saya ada 2 orang, satu orang dari Scope Global dan satu orang lagi dari kedutaan besar New Zealand. Pertanyaannya kaya apa? tenang aja nanti kalian bakal tau jenis pertanyaannya karena bakal dijelasin di e-mail (baik banget kan). Udah gitu dari tanggal pengumuman sampai interview ada waktu sekitar 1 bulan lagi, jadi cukup banget buat persiapan. Waktu itu kebetulan memang bertepatan dengan libur idul fitri sih kalau gak salah. Interviewnya setelah idul fitri sekitar bulan Juni, pengumumannya akhir Mei. 

Khusus untuk tahap ini, gw iseng bikin mini summary gitu soal New Zealand, dan universitas yang gw ambil, beserta perkiraan biaya hidup dan biaya lain-lain. Dulu pas tes LPDP ada yang pernah iseng nanyain ini ke gw soalnya hahaha. Gak ditanya sih tapi better be prepared sih. Gw juga bikin list referensi bacaan soal bidang gw, lagi lagi karena dulu pas di LPDP gw sempet ditanya berapa jurnal dan apa aja jurnal yang pernah gw baca. Gak ditanya juga sih ini, tapi ini pertanyaan yang bikin gw kepikiran sejak saat itu hahahahhaaha.

Meskipun baik banget, udah dikasih kisi-kisi tapi tetep aja bukan gw namanya kalau gak melakukan hal-hal yang aneh. Kebodohan yang saya lakukan pada tahap ini adalah, seluruh vocab yang saya inget buyar. Luar biasa hahahhaa. Pertanyaannya gak sulit standar aja, tapi otak saya freezing hahahhahaaha. Jadi kejadiannya itu saya dateng ke lokasi kira-kira satu jam sebelum jadwal interview, kebetulan saya dapet jam 12.30, mepet kan sama zuhur. Dulu pas wawancara LPDP lama banget jadi saya mikir ah solat dulu lah, terus izin ke resepsionisnya. Ternyata jauh juga lokasi solatnya. Akhirnya saya balik lagi sekitar jam 12.15, pas cek hp eh ada telpon dong dari scope global (yang koordinir proses seleksi). Setengah panik akhirnya gw telpon balik apa wa balik gitu lupa. Akhirnya masuk ruangan buru-buru jam 12.20, sempet papasan sama interviewernya juga yang mau keluar ruangan dia bilang "Eh kirain masih lama". Komentar biasa aja sih, cuma jujur aja momen ini bikin blank, kan gak enak telat (yah ga telat sih sebenernya) hahahahahhahahahahhaha. Terus selama interview gw ngaco lagi. Akhirnya pas balik ke rumah gw udah pasrah "ah gak bakal lulus dah ini, kacau". Ya tapi mau gimana lagi, udah kejadian kan cuma bisa pasrah hahahahhaha.


Tahap Tes IELTS

Yas, tahap tes IELTS. Jadi buat kalian yang gak melampirkan dokumen IELTS pas screening dan yang belum punya IELTS ini adalah tahap yang harus kalian lalui. Jarak dari interview ke hasil interview tahun 2019 makan wakru satu bulan, pengumuman diumumkan pas bulan Juli. Buat yang udah punya hasil test IELTS dalam range satu tahun (kasus gw tes IELTS tanggal 1 Juli 2018 - Juli 2019) gak perlu ikut tes lagi dan bisa langsung melapor ke koordinator seleksi dengan ngasih berkasnya, dalam kasus gw ke Scope Global, ke Mba Riri yang baik hati. 

Jadi seluruh peserta yang lolos pada tahap ini akan dihubungi oleh Scope Global untuk menanyakan jadwal preferensi tes. Sejujurnya gw lupa, hahaha ada beberapa tanggal yang bisa dipilih. Untuk lokasi ada 2 lokasi pilihan yaitu, di Jakarta dan Surabaya. Nanti untuk biaya PP dan sarapan serta hotel buat yang di luar kota akan disediakan oleh NZS yang dikoordinir oleh Scope Global tentunya. Nah, kalau gw karena gw punya sertifikat IELTS Maret 2019 jadi sertifikat gw bisa dipakai dan gak perlu tes lagi. Ini gw laporin pas ditelpon, nanti mereka akan tanya "apakah nilainya sudah sesuai dengan standar kampus yang dituju?". Seperti yang gw bilang, standard bahasa NZS itu bergantung ke universitas masing-masing, jadi penting buat kalian ngecek standar univ kalian yaaa. Biasanya jurusan sosial standarnya cenderung lebih tinggi sih. Kalau sudah oke, nanti Scope Global akan minta dikirimkan dokumennya. 

Nah, di tahap ini sebenernya masalah preferensi sama ketersediaan dana aja sih. Kalau gw, lebih nyaman tes sendiri. Lebih nyaman ngatur waktunya, gak keburu buru juga belajarnya. Toh tes IELTS ini bisa dipakai buat kebutuhan lainnya kan? Jadi ya gak ada ruginya kalau punya. Apalagi kalau ada yang gak yakin kemampuan bahasa Inggrisnya, mending tes duluan aja. Minimal-minimalnya ikut tes prediction, biar gak kaget-kaget amat sama tipe soalnya. Dulu banget, pas mau nyoba IELTS (tahun 2016) karena kok nilai TOEFL ITP mentok, sempet nyoba predictionnya IELTS dulu hasilnya nilai gw overall 5. Ini lebih ke warm up buat gw buat tau tesnya kaya apa, seberapa cepet phase ujiannya, dan yang paling penting buat gambaran biar bisa nyusun strategi buat bagian writting dan speaking. Tricky sih itu. Jujur aja ini ngebantu gw selama proses latihan (btw gw belajar mandiri via yutub dan ngerjain soal). Dua minggu dari prediction gw ambil tes IELTS beneran dan skorn overallnya 6,5 no band below 6. Tahun 2019 gw ambil tes prediksi lagi dan tes benerannya, alhamdulillah naik lagi sih hasilnya.

Soalnya IELTS ini emang agak beda dari TOEFL, tapi gw lebih suka IELTS sih hehehehe. Jadi kalau ujug-ujug kalian tes IELTS di tahap ini tapi belum pernah nyoba tes IELTSnya khawatirnya kaget. Kalau emang yang udah pinter sih kayanya tes dadakan gak masalah. Yang masalah kan yang kemampuan standar kaya gw ini hahha. Masalah lainnya, dari pengumuman lulus ke IELTS sampai ke jadwal tes waktunya gak panjang. Seinget gw pengumuman pertengahan Juli dan akhir Juli udah tes aja. 

Balik lagi, ada yang bilang beasiswa itu maslaah keberuntungan, tapi buat gw gak tuh. Beasiswa itu soal strategi. Kalau lemah di satu titik kita harus cari cara ngakalinnya. Misalnya, yang ngerasa lemah bahasa Inggrisnya bisa ngakalin dengan tes duluan, jadi istilahnya curi start buat belajar.

Selanjutnya setelah IELTS itu waktunya menunggu. Untuk yang tes IELTS, kalian harus nunggu sekitar 2 minggu untuk tahu hasil IELTS kalian. Untuk yang udah tes IELTS sebelumnya dan cuma ngasih berkas IELTS ke Scope Global berarti waktunya nunggu hasil final aja. Sekali lagi inget, gak lulus IELTS bukan berarti kalian gak berhasil dapet beasiswa. Ada skor lain yang dipertimbangkan dalam beasiswa ini untuk penentuan hasil final. Jadi kalian masih mungkin berangkat biarpun gak lulus IELTS khusus untuk S2 ya kalau S3 IELTS gak lulus ya otomatis gagal.


Pengumuman Final Beasiswa

Pas tes ditelpon buat tes IELTS sempet tanya kapan pengumuman finalnya. Waktu itu sih dibilangnya pengumuman final satu bulan, mungkin September. Okei masih lama, waktunya menunggu. Yang namanya beasiswa adalah proses sabar, sabar karena menunggu dan sabar kalau ditolak. Sebenernya nunggu pun gak masalah, kondisinya waktu itu kan gw masih gak yakin nilai skor interview bagus. Oh iya lupa, yang gw denger beasiswa ini mempertimbangkan seluruh nilai kita selama proses ya, jadi udah lulus interview, dah lulus IELTS bisa aja gagal kalau selama prosesnya gak oke, vice versa berlaku ya. Nah makanya berhubung gw ga percaya diri dengan hasil interview jadi gw pasrah aja dan menjalankan hari seperti biasnaya. Sambil mikir ikut beasiswa apalagi ya, apa kuliah pakai biaya sendiri aja.
Pengumuman beasiswa

Ternyata seluruh pikiran buruk gw meleset. Akhir Agustus (yup lebih cepet dari Jadwal) tiba-tiba masuk e-mail cinta kalau gw diterima beasiswa ini. Alhamdulillah! Akhirnya setelah 4 tahun 10 beasiswa gw diterima juga. Banyak amat ya? Iya hahaha, saya ini termasuk yang kurang berntung dalam hal beasiswa-beasiswaan. Mungkin karena gw cenderung ceroboh, atau mungkin karena dulu gw belum mateng merencanakan masa depan gw. Selain itu, gw juga barbar semua beasiswa gw apply gak pake strategi. Misalnya, udah tau prefered coursenya teknik masih aja nekat gw apply, ada yang udah jelas targetnya PNS masih aja nekat gw apply. Karakter gw yang cuek dan cenderung hajar semua ini yang bikin gw lama dapet beasiswa. Padahal yang namanya beasiswa punya karakteristiknya sendiri, kemampuan kita pun gitu. Mengenali beasiswa apa yang cocok dengan tujuan kita dan cocok dengan karakter kita itu sebenernya butuh trik. Makanya beruntunglah kalian yang langsung dapet beasiswa sekali coba.



Tahap Penerimaan Universitas

Eh masih belum selesai? Yup, belum. Masih ada satu tahap lagi. Kalau dibaca dengan teliti emailnya, itu kita tau bahwa ada satu tahap lagi sebelum semua selesai. Makanya ada yang bilang "it's not over until it's over". Hahahaha. Di tahap ini pemberi beasiswa (NZS, MFAT) akan mengirimkan e-mail ke universitas yang kita inginkan (ingetkan waktu awal diminta dua universitas).  Tahap selanjutnya adalah menunggu universitas itu ngehubungin kalian. Di sini tahap deg-degannya. Maslahanya kalau ga diterima universitas bye bye aja dah. 

Waktu itu satu per satu temen-temen yang keterima (kita bikin grup) mulai ngasih tau kalau udah diemail universitasnya. Sementara gw, sampai awal September masih belum dapet apa-apa. FYI, waktu itu gw milih Lincoln University untuk pilihan pertama dan University of Auckland untuk pilihan kedua. Aneh ya? padahal UoA secara ranking yang pertama di NZ, tapi gw emang ga tau kenapa lebih tertarik sama pilihan mata kuliah yang bisa dipelajari di Lincoln jadi itu gw jadiin pilihan pertama gw.

Oh iya, waktu pengumuman kelulusan beasiswa, MFAT ngasih tau dokumen-dokumen yang sebaiknya dipersiapkan karena biasanya diminta sama univnya. Dokumennya itu kira-kira sebagai berikut,
  • Paspor (verified)
  • Akta atau identitas resmi lainnya (verified)
  • Sertifikat/ Ijazah yang sudah diselesaikan (verified)
  • Transkrip beserta skoringnya (verified)
  • Non-verified copy IELTS Test Report Form (TRF) atau tes TOEFL yang tesnya dilakukans sesudah 1 July 2018.
Nah pas tau itu, gw mulai dah nyari-nyari notaris buat legalisir paspor sama akta yang murah. Mahal tau huhu. Untuk Ijazah sama transkrip gw memutuskan ke kampus aja, kebetulan legalisir gw abis hehehehe, salah banget kan. Pas baget gw inget tanggal 5 September pas gw mau berangkat ke kampus buat legalisir gw dapet e-mail dari Lincoln University. Intinya adalah gw diminta ngelengkapin berkas-berkas. Waktu itu yang diminta itu (i) Passport/ akta; (ii) CV tebaru; (iii) Ijazah dan Transkrip dalam bahasa Inggris; (iv) Hasil tes Bahasa Inggris (co: IELTS); (v) statement of research interest; dan (vi) 2 referensi. Oh iya list ini bisa beda tergantung universitas sama jurusan yang diambil ya.

Okei, dari semua yang jelas bakal butuh waktu lama itu nomor iv dan v. Kalau untuk yang butuh legalisir cukup ke notaris kan. Nah sebenernya yang bermasalah lainnya itu pas gw ngajuin ijazah dan transkrip legalisir kampus, entah kenapa kampus tetep minta legalisir notaris. Mungkin di sana kalau legalisir emang harus yang berbadan hukum kali ya.

Untuk referensi emang bikin pusing dah. Mana dosen pembimbing gw lagi umroh pula. Pembimbing gw baik banget, dari dulu selalu bantuin, seenggaknya gw pengen beliau liat kalau kali ini gw berhasil, tapi sayang jadwal beliau gak memungkinkan. Akhirnya sekalian nranskrip ke kampus gw mikirlah buat nyari dosen. Beruntung gw dibantuin ade kelas gw, yang satu lab sama gw di lab hidrologi hutan dulu pas masih ngampus, Mufli. Dia lagi S2 jadi kebetulan ada di kampus, dari dia jugalah gw tau salah satu dosen lab hidrologi available di kampus, dosbing dia dulu. Akhirnya setelah maksa minta ditemenin gw menghadap lah ke dosen tersebut. Seperti biasa, dengan gaya cueknya beliau bersedia. Setelah interview singkat dan ngirimin CV si Bapak pun mulai mengisi. Tinggal satu lagi kan buat ngisi berkas. Nah, beruntung belum lama gw habis ikut training dan kebetulan juga salah satu pengajarnya kepala departemen jurusan gw. Jadi sempet ngobrol dikit. Walaupun minta mah pasti dikasih kan rekomendasi tapi kalau ga pernah ngobrol kan gak enak juga. Jadi inget jalinlah komunikasi dengan dosen-dosen kalian yaa. Gak ada salahnya kan.

Oke referensi aman, tinggal riset. Sebenernya gw kaget gw ngambil taught master kenapa disuruh bikin riset. Rupanya jurusan gw campuran, pantes lama. Hahaha. Untuk yang ini jujur pengalaman kerja dan ngelamar monbukagakusho sedikit banyak ngasih gw gambaran harus ngapain.

Setelah submit balik ke Lincoln (kira-kira 5 hari setelah email notifikasi permintaan dokumen), gw kira bakal lama. Makanya gw masih diem diem aja. Ternyata minggu berikutnya langsung ada LoA dari Universitas. Lagi-lagi penuh kejutan.
LoA Conditional
Di sini kita diminta untuk nyediain Transkrip, Ijazah, dan identitas yang sudah diverifikasi/ legalisir. Sebenernya diminta dikirim via post atau alternatifnya dikirimkan via email saja, tapi pas sampai di sana wajib melapor sambil nunjukkin dokumen asli. Alhamdulillah akhirnya keterima kuliah berarti secara gak langsung aman sudah. Cuma yang beda adalah, jadwal masunya. Biasanya kampus lain kan sekitar paruh semester kedua. Nah kalau di NZ kebanayakan di Semeter pertama (awal tahun) cuma ada beberapa jurusan yang masuk di akhir tahun. Jadi memang agak buru-buru juga sih.

Terus pilhan lainnya gimana? Untuk beberapa kasus bisa aja tawaran masuk universitas datang bersamaan. Tapi untuk kasus gw yang pilihan kedua (UoA) baru e-mail LoA sekitar bulan Oktober akhir, pas gw udah punya visa hahahhahahahhaha. Ada kasus lain yang pilihan keduanya nge-email duluan. Jadi beda-beda emang kecepatan universitas nge-email kita. Tapi pasti kita akan di-email sama mereka, minimal salah satunya.

Mungkin pertanyaan lainnya, mungkin gak kalau gak dapet univ? Jawabannya mungkin aja. Temen ada sih yang gak dapet di pilihan pertama karena gak sesuai dengan requirement matkulnya selama S1. Pas pilihan keduanya juga gak bisa karena gak terbuka buat kelas internasional. Tapi toh akhirnya universitas pilihan kedua ini nyariin alternatif lain, dan akhirnya dia sekelas sama gw hahahaha. Asyik kan punya temen sekelas hahahhahaha.

Tahap Tandatangan Beasiswa, Visa, dan Perisapan Keberangkatan

Setelah diterima pihak universitas akan mengabari MFAT, dan selanjutnya kita akan dikirimkan kontrak beasiswa kita. Lalu kita akan diberikan waktu 30 hari untuk meng-accept dokumen tersebut. Kalau gak ya dianggap mengundurkan diri. Kalau sudah diaacept, tahap selanjutnya adalah proses pengurusan visa. Iya di beasiswa ini kita sendiri yang mengurus visanya. Untuk urusan visa mungkin akan dijelaskan terpisah ya. 

Untuk informasi di beasiswa ini nanti kalau sudah diterima akan ada pelatihan bahasa Inggris selama 6 minggu (untuk tahun 2019) di IALF Surabaya. Jadi yang kerja siap-siap ya buat izin. Gw gak ikut, sebenernya nyesel juga sih karena materinya penting untuk bantu kita ngerjain tugas essay kita. Tapi gw ga mungkin ikut karena gak dapet izin kantor. Soalnya pengumuman September dan Januari udah harus cuti kan, jadi gw diminta nyelesain dulu kerjaan-kerjaan gw. Apalagi akhir tahun kan banyak kerjaan huhu.

------=======------
Nah kira-kira itu proses beassiwa keseluruhan. 

Hal lain yang perlu diperhatiin menurut gw sih soal izin kerja bagi yang ingin kerja lagi di tempat sekarang. Dalam hal ini gw termasuk beruntung, karena biarpun gw baru ngabarin pas lulus (September) gw masih dikasih kesempatan untuk cuti kerja. Gw ga ngasih tau karena udah pesimis gegara ditolak beasiswa terlalu sering dan males ditanya-tanya selama proses hehehe. Tapi ini jangan ditiru ya, minimal kalau dah lulus interview kabarin atasan, khusus PNS kayanya harus ngabarin dari awal proses sama atasan dan Biro Kepegawaian. Gw bukan PNS tapi gw liat PNS ribet banget izinnya ya hehehe. Jangan sampai beasiswa dapet tapi izin gak dapet. 

Kira-kira segitu dulu, jangan lupa buat yang pengen ikut, sebentar lagi pembukaan jadi persiapkan semuanya dari sekarang yaaa. Mulai browsing website MFAT yaaaa. Good luck guys!


Special Thanks:
Pak Nana, Pak Muhdin, Pak Hendrayanto, Mufli, Radya, Haga. Without them I won't come this far. Dan tentunya sahabat, keluarga, dan yang terpenting dalam hidup. Hahaha