Bogor -- Ada yang cukup berbeda dengan laman media sosial gw di 27 Juni 2018. Perbedaan ini cukup signifikan di semua lini media sosial baik facebook, twitter, whatsapp, dan instagram. Banyak orang orang yang gw kenal mulai membagikan foto mereka dengan jari kelingking berwarna biru, pertanda mereka baru saja memilih calon kepala daerah mereka. Cukup lucu juga, soalnya sepanjang yang gw inget dulu banyak diantara kita yang ogah memilih pimpinan lantaran tidak ada lagi calon pimpinan yang mereka inginkan. Gw pun pada tahun 2013 (?) saat pilkada sebelumnya termasuk yang gak nyoblos, alasannya malas balik dari kosan wkwkwk. 

Dikutip dari laman tirto.id, disebutkan bahwa tingkat partisipasi pemilih di Provinsi Jawa Barat mencapai 73%. Nilai ini jauh lebih tinggi daripada pilkada tahun 2013 yang hanya 63% (tautan klik di sini). Mungkin ini salah satu alasan kenapa media daring gw penuh dengan orang orang yang pamer habis ikut nyoblos, dan ada juga yang mengungkapkan political viewnya. Intinya rata-rata mereka udah gerah dapetin pemimpin yang ga bener, yang seneng duit doang. Pimpinan yang terpilih pun rata-rata yang memang memiliki pamor dan rekam jejak kesuksesan tersendiri. Banyak pihak yang mulai sadar bahwa karakter seseorang calon itu lebih penting dari partai yang membawanya. Toh, pada akhirnya sikap partai politik tidak ada yang bisa dipegang. Di kancah politik nasional bisa saja suatu partai bersitegang tetapi di pilkada mereka justru berdamai.

Tentunya, hal ini patut diapresiasi, yang artinya generasi baru mulai peduli dan sadar mengenai hal ini. Di komplek gw sendiri pun cukup banyak lansia yang bela belain dateng loh. Ditambah gosip ibu ibu yang bilang kalau dia mulai peduli dengan calon-calonnya. Jadi mikir sih, kok bisa ya? Mungkin efek media daring dan berita berita hoaks itu ga sepenuhnya jelek juga. 

Kaya yang kita tahu sekarang masyarakat sering termakan hoaks. Tapi kelihatannya masyarakat mulai pinter juga buat milah mana yang hoaks mana yang fakta, atau mungkin bisa dibilang mereka malu kalau tetiba ketauan kalau berita yang mereka sebarin itu hoaks.


So far, gw ngerasa pilkada tahun ini lebih adem daripada pilkada DKI yang rasanya panas banget. Cuma yang sangat gw sayangkan masih banyak diantara mereka yang termakan hasutan yang bertemakan agama, terutama sih generasi bu ibu dan pak bapak. Gw agak khawatir kalau ini, bedain mana yang bener ama yang agak susah soalnya. 


Cuma ngarep sih supaya pilpres 2019 nanti aman damai, no hasutan berbau SARA. Mau #2019gantipresiden atau #2019teteppresiden pun yang penting damai. Kalau timses pada gontok gontokan ga jelas apalagi sampai nurunin buzzer ga jelas. Mending coblos kertasnya deh kalau ribut gitu wkwkwk. Cuma balik lagi kepercayaan itu satu hal tersendiri bagi yang percaya monggo yang gak silahkan, cuma jangan pernah mengabaikan pribadi si calon. Udah kejegal korupsi mosok tetep dipilih, mau anak siapa juga kalau dianya salah ya salah.

Ciao~