It is so easy to see
Dysfunction between you and me
We must free up these tired souls
Before the sadness kills us both

I tried and tried to let you know
I love you but I'm letting go
It may not last but I don't know
Just don't know

If you don't know
Then you can't care
And you show up
But you're not there
But I'm waiting
And you want to
Still afraid that I will desert you

Everyday
With every worthless word we get more far away
The distance between us makes it so hard to stay
But nothing lasts forever, but be honest babe
It hurts but it may be the only way

A bed that's warm with memories
Can heal us temporarily
The misbehaving only makes
The ditch between us so damn deep

Built a wall around my heart
I'll never let it fall apart
But strangely I wish secretly
It would fall down while I'm asleep

If you don't know
Then you can't care
And you show up
But you're not there
But I'm waiting
And you want to
Still afraid that I will desert you, babe

Everyday
With every worthless word we get more far away
The distance between us makes it so hard to stay
But nothing lasts forever, but be honest babe
It hurts but it may be the only way

Tough we have not hit the ground
It doesn't mean we're not still falling,
Oh I want so bad to pick you up
But you're still too reluctant to accept my help
What a shame, I hope you find somewhere to place the blame
But until then the fact remains

Everyday
With every worthless word we get more far away
The distance between us makes you so hard to stay
Nothing lasts forever, but be honest babe
It hurts but it may be the only way

Everyday
With every worthless word we get more far away
The distance between us makes it so hard to stay
But nothing lasts forever, but be honest babe
It hurts but it may be the only way

Apa yang terlintas oleh kalian saat dikeluarkan kata 'kehutanan'? Mungkin sebagian besar akan berpikir tentang hutan, tentang pohon - pohon dan fauna yang menyertainya. Bagi masyarakat biasa bahkan generasi muda mungkin pemahaman tentang kehutanan itu hanya selalu berkaitan dengan alam, climate change, pemanasan global, dan isu - isu lainnya. Sebenarnya kehutanan tidaklah sesederhana yang dipikirkan orang – orang pada umumnya.
Kehutanan dan hutan pada khususnya memegang peranan penting dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hanya saja peran ini terkadang tak disadari oleh masyarakat. Penggunaan furniture dari kayu, kamper, getah, dan lain sebagainya merupakan contoh pemanfaatan hutan dalam segi kayu dan non kayu. Di lain pihak, hutan tak hanya memiliki hasil – hasil hutan konkret seperti di atas. Hutan juga memiliki peran – peran dalam sektor jasa yang sering tak kita sadari, salah satunya adalah berfungsi sebagai penyerap karbon.
Dari sekian banyaknya manfaat yang dihasilkan hutan untuk kehidupan masyarakat, maka perlu lah diadakan usaha pelestarian dan pengelolaan hutan dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi eksploitasi secara berlebihan. Pengelolaan hutan ini juga diharapkan dapat menjaga hutan agar pemanfaatanya dapat dilakukan secara berkesinambungan, sehingga dapat terus dimanfaatkan bagi keturunan kita di masa yang akan datang.
Fungsi kontrol dan kelola ini dipegang oleh pemerintahan, yang dipegang oleh Departemen Kehutanan. Berdasarkan Keputusan Presiden RI nomor 136 tahun 1999 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Departemen, pada pasal 4 menerangkan bahwa Departemen Kehutanan mempunyai tugas membantu presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas umum pemerintahan dan pembangunan di bidang kehutanan dan perkebunan. Hal ini kemudian dijabarkan dalam beberapa fungsi pada pasal 5. Bila diringkas Departemen Kehutanan memiliki beberapa fungsi utama, yaitu sebagai pengelola, pembuat kebijakan, pelaksana tugas administrasi, peneliti dan pengembang, pelaksana pelatihan, dan pelaksana pengawasan fungsional. Fungsi ini sudah seharusnya dilaksanakan dengan pertimbangan yang matang demi kepentingan bersama. Akan tetapi, pada kenyataan di lapang masih terjadi berbagai perang kepentingan. Kebijakan yang harusnya dibuat demi kepentingan bersama kerap kali dibuat dengan lebih mengutamakan salah satu pihak saja.
Masih terjadinya penyelewengan kekuasaan ini sering kali menyebebkan konflik – konflik di lapang. Konflik ini menimbulkan dampak dampak sosial, lingkungan, bahkan terkadang hingga mengorbankan nyawa. Salah satu contoh dari belum matangnya pengelolaan lahan hutan adalah dengan terjadinya kasus Mesuji dimana adanya pembantaian manusia. Kasus di Mesuji ini terjadi karena adanya sengketa lahan antara masyarakat dan PT Sumber Wangi Alam. Sengketa ini juga terjadi akibat diberikannya izin perluasan lahan kepada PT Silva Inhutani yang semula hanya memiliki lahan sebesar 33 ribu menjadi 42 ribu hektar. Hal ini menyebabkan terenggutnya hutan adat masyarakat setempat.
Di lain pihak, pernah terjadi pula kasus pembantaian lainnya di Kalimantan. Bedanya pada pembantaian di Kalimantan ini yang menjadi korban adalah orang utan. Pembantaian ini diakibatkan oleh meluasnya lahan perkebunan kelapa sawit sehingga menjamah habitat orang utan. Hal ini akhirnya berimplikasi pada lahan – lahan kelapa sawit mereka. Lahan – lahan kelapa sawit ‘dirusak’ oleh para orang utan, akibatnya orang utan dianggap sebagai hama.
Dari kedua kasus di atas timbul sebuah pertanyaan, bagaimana penataan ruang bagi lahan kehutanan di Indonesia? Pada kasus pertama masih terlihat tak diindahkannya hutan – hutan adat oleh pemerintah. Padahal hutan adat di mesuji telah ada semenjak zaman dahulu, lalu mengapa diberikan izin kepada PT Silva Inhutani untuk melakukan perluasan lahn. Pada kasus kedua terlihat bahwa orang utan tak bisa juga sepenuhnya disalahkan terhadap pengrusakan lahan perkebunan kelapa sawit. Mereka melakukan itu karena habitat mereka telah diganti dengan berhektar – hektar areal kelapa sawit.
Pada kenyataan di lapangan masih banyak yang harus di benahi dalam pengurusan hutan agar dapat dimanfaatkan bagi generasi selanjutnya. Untuk itu kedepannya haruslah dibuat tata ruang yang saklek dan jelas. Tak boleh ada campur tangan yang mementingkan salah satu pihak saja. Tata ruang ini nantinya dipetakan dan dijadikan aturan baku dalam pemberian izin pengelolaan baik itu bagi departemen kehutanan itu sendiri maupun bagi perusahan – perusahan swasta yang ingin turut ambil bagian dalam pemanfaatan hutan. Perlu dipertimbangkan pula bagaimana home range dari fauna setempat apabila suatu kawasan hutan hendak dialih fungsikan. Hal ini dimaksudkan agar tidak timbul kerugian pada kedua belah pihak.
Selain tata ruang yang diperjelas, perlu juga diperhitungkan keberadaan hutan masyarakat di tiap kawasan. Pada dasarnya dengan adanya hutan masyarakat artinya masyarakat turut membantu pelestarian dan penghijauan. Hal ini seharusnya didukung oleh pemerintah bukan justru dihambat atau bahkan digusur. Dalam pengelolaan hutan kedepannya kita sebagai masyarakat, dan juga pemerintah harus menjalin kerja sama dan komunikasi yang sinergis. Dalam membangun hutan bukan hanya kuasa tunggal dari pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab masyarakat. Dengan adanya hutan masyarakat, diharapkan masyarakat akan turut berperan aktif.
Dalam sebuah diskusi dalam seminar yang diadakan beberapa minggu yang lalu ada seorang peserta yang mengatakan bahwa tak ada dalam sejararah pemerintah berhasil membangun hutan, yang berhasil membangun hutan itu masyarakat, bahkan kalau pun berhasil itu karena pemerintah mengadopsi cara – cara Belanda. Hal ini mungkin patut di renungi dalam pembangunan hutan di masa depan. Dari pendapat tersebut mungkin bisa disimpulkan bahwa sudah saatnya masyarakat diberikan keprcayaan untuk membangun hutan.
Dalam benak saya pribadi, untuk membangun hutan ke depannya masyarakat perlu dilibatkan. Hal ini karena saat ini kebanyakan pemberian izin pemanfaatan justru lebih banyak diberikan kepada perusahan – perusahaan swasta, sedangkan bagian izin untuk masyarakat relatif sedikit bahakan hampir tidak ada. Sering kali ada anggapan masyarakat hanya akan merusak hutan. Padahal kalau ditelaah masyarakat sekitar sebagai pihak yang paling merasakan dampak dan manfaat dari hutan justru adalah pihak yang paling berusaha demi kelestarian hutan. Hal ini dikarenakan merekalah yang paling paham kerugian yang diakibatkan apabila hutan di sekeliling mereka di rusak. Mungkin hanya sebagian kecil saja yang memang iseng merusak hutan, tapi selebihnya masyarakat juga telah memiliki kesadaran tentang fungsi hutan bagi mereka.
Sudah waktunya pemerintah memercayai masyarakat. Tak selamanya masyarakat berorientasi untuk merusak. Di masa mendatang diharapkan masyarakat pinggiran hutan haruslah menjadi pihak pertama yang paling merasakan dampak hutan. Bukannya jadi pihak - pihak yang melarat yang tak memiliki sumber penghasilan. Pemerintah haruslah menjadi pelindung masyarakat ini dalam melakukan fungsi pengelolaan menurut gaya mereka sendiri karena pengelolaan hutan itu tidak saklek. Diharapkan di masa mendatang pemerintah lebih berperan sebagai pembuat kebijakan, penyedia dana, dan penyedia data. Di lain pihak, masyarakat lah sebagai roda penggeraknya.
Dalam sebuah film dokumenter bahkan masyarakat mengeluhkan mengenai kurangnya kepercayaan pemerintah kepada masyarakat. Masyarakat menjadi pihak yang paling sedikit merasakan manfaat hutan. Padahal mereka berada di pinggiran hutan tersebut. Pengelolaan justru malah dipercayakan kepada pihak swasta. Kalau mereka masuk hutan dan sekedar ingin menikmati kayu tua yang tumbang mereka dianggap telah melakukan pengrusakan, padahal chainsaw mereka telah habis disita oleh pemerintah.
Jadi, berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan diatas ada beberapa poin yang saya tekankan dan saya harapkan dalam pengelolaan hutan di masa depan. Hal yang pertama adalah perancanaan penggunaan lahan hutan dengan matang. Pengalihfungsian hutan perlu dipikirkan secara seksama dari berbagai sudut pandang, bahkan dari sudut pandang hewan sekalipun. Hal yang kedua adalah pendataan hutan masyarakat. Ini dimaksudkan agar kasus sengketa lahan yang hampir selalu dipastikan merugikan pihak yang terkait masalah tidak terulang. Hal yang ketiga adalah turut dilibatkannya masyarakat dalam pengelolaan hutan. Pengelolaan hutan diharapkan tak hanya dipercayakan kepada pihak swasta tetapi juga masyarakat di daerah pinggiran hutan pada khusunya. Dalam kasus ini diharapkan pemerintah hanya berperan sebagai konsultator dan tidak campur tangan secara intensif.
Dalam pengelolaan hutan tak ada kata saya, tetapi kami. Hal ini dikarenakan bukan hanya satu pihak yang membutuhkan hutan, tetapi semua individu yang hidup di dunia ini, utamanya adalah masyarakat pinggir hutan. Oleh karena itu, pinggirkan ego dan dengarkan karena kita tak hidup sendiri.

Ini cuma pikiran iseng doang loh dari seorang pemula namanya juga pemula. Jadi maaf - maaf aja ya kalau ada kekeliruan namanya juga yahh masih belajar hehe :)
Setelah gw renungi ternyata tukang sol sepatu memegang peranan penting dalam hidup gw. Sebenernya ini sederhana aja, soalnya gw itu ceroboh. Entah kenapa gw sering banget ngalamin yang namanya sepatu jebol. Yah, mau gimana lagi kalau gw udah nyaman sama suatu sepatu bakalan gw pake terus, bodo amat mau hujan, badai, dan medan apapun. Namanya juga udah suka ya udah deh. 

Gw masih inget gw punya sepatu yang sangat gw sayang. Sepatu itu gw beli pas kelas 2 SMP. Bisa dibilang ini sepatu pertama yang dibeli berdasarkan pilihan gw, soalnya biasanya ibu gw yang milih sih. Waktu itu lagi heboh sepatu kets, di sana - sini semua sepatu kets. Bingung karena semua sepatu kayanya sama aja pilihan gw jatuh ke sepatu kulit hitam conver**. Lumayan kan tahan hujan soalnya dari kulit. Dan resmilah ini sepatu berada seiring dengan kaki gw. Selalu gw pake kemana pun. Sampai akhirnya alasnya jebol. Prihatin orang tua gw menawari untuk membeli sepatu baru, tapi gw enggan. Akhirnya gw pergi ke pasar bogor dan menemui tukang sol sepatu. Di sol lah sepatu gw untuk pertama kalinya pada saat kelas 3 SMP. 

Sepatu ini nemenin gw selama perjalanan gw SMP. Saat gw belajar apa itu organisasi. Saat gw ikut OSIS, DKM, dan bahkan softball. Untuk oertama kalinya gw belajar untuk merubah diri biar gak introvert introvert amat. Dan dengan sepatu ini lah pijakan pertama gw buat. Terasuk saat memutuskan SMA mana yang dipilih. Saat sesuatumenjadi serba ambigu, serba tak pasti maka pilihan dibuat kan? Meski tergesa tapi pilihan itu menghantarkan kita pada berjuta jalan. So, just enjoy it :)

Berhubung gw masih sayaaaaang banget sama ini sepatu, jadi gw masih tetep pake ke SMA. Menginjakkan ke SMA semula semuanya masih baik - baik saja. Hingga akhirnya gw masuk ke organisasi pecinta alam di sekolah gw. Sejak itu lah perjalanan berat bagi sepatu ini dimulai. Sebenernya untuk soal dipake treking yah gw udah gunain dari gw SMP. Waktu itu om sempet ngajak treking di bodogol sama di gunung salak. Tapi ini nambah lagi. Hampir tiap minggu ada kegiatan. Ya kemping di sukamantri lah, ikut lomba kebut gunung di Gede lah, susur gua, olahraga fisik, dan segambreng aktivitas outdoor lainnya dan tak lupa gw masih tetep pake ini sepatu ke sekolah. 7 hari dalam seminggu bisa dibilang ya gw gak lepas dari ini sepatu. 

Gw sayang sama ini sepatu. Sepatu ini yang nemenin 5 hari hidup gw di pendidikan dasar SR angkatan 22 di Sukamantri. Sepatu ini yang gw pake lari 30 menit gak pake berhenti di lapangan SMANTI. Sepatu ini yang gw pake jalan jongkok, merayap, treking. Ini sepatu juga yang nemenin gw direndem di sungai pagi buta, dan nemenin gw pipis pinggir jalan (#loh?). Haha. Ini sepatu yang gw pake buat nginjek kaki nya bang Ubay gara-gara gw gak bisa naik dan kepleset mulu pas treking. Ini sepatu yang bikin gw kepleset ke lembah terjal dan hampir sukses mendaratkan gw di semak-semak pohon salak, yang untungnya gw sempet ayunan di pohon jadi gak pake jatuh. Padahal gw udah pake nyerodot dan alasnya udah di sol masih aja jatuh. Khhhh.

Ini sepatu yang jadi sejarah gw dikalungin kacu kebanggaan bareng ke 9 saudara gw. Yang menggenapkan gw menjadi bagian keluarga abang, akang, dan teteh SR. Yang jadi saksi kepergian gw ke elex comic centre habis PD dengan kondisi gak mandi bareng Cahya. Hahaha. Yah dan habis itu gw resmi gak bisa jalan. Ini sepatu ternyata masih selamat, walaupun gw nyuci sepatu ini udah penuh lumpur dan dengan keadaan miris. Bahkan alas sepatu nya udah bisa dicopot dan gw jemur terpisah dari sepatunya. 

Ini sepatu juga yang menghantarkan gw menjajal puncak pertama gw : Pangrango. Sepatu yang jadi saksi betapa lelahnya perjalanan menuju puncak. Yang jadi saksi indahnya hamparan ladang bunga edelweis. Dan jadi saksi ada tai orang yang dibuang sembarangan di tengah jalan antara kandang badak dan puncak Pangrango. Well, ini sepatu juga yang jadi saksi kepulangan gw jam 11 di Cibodas hingga terpaksa tidur di pinggir jalan sampai jam 2 pagi. Yang nemenin gw pulang jam setengah 4 pagi. Sepatu ini ngerasain jalan berbatu di kandang batu, jembatan kayu (nyaris) reot di rawa apa entahlah, terjalnya jalan dari shelter air terjun, dan aliran air panas yang gw sebrangi. 

Dan sepatu ini ngerasain semuanya.

Sepatu ini jadi saksi bisu perjalanan gw pas lagi bandel - bandelnya. Pas gw lagi dengan semangat membara mengeksplore tiap jengkal hal baru. Dan akhirnya sepatu ini harus berakhri di tempat sampah pas gw mau masuk IPB. Yahh mungkin memang di situ nasib sepatu kesayangan gw ini. Mungkin aja sekarang di tempat lain dia sedang dengan pemiliknya yang baru. Haha. Asli itu sepatu penuh dengan sejarah.

Dan sejak hari itu udah ada sepatu lain yang nemenin gw, tapi ya ceritanya gak sepanjang si sepatu hitam ini memang. Dan yah sepatu gw jebol. Ohhh mennn, seems like have to learn how to fix it. Kelihatannya gw harus belajar bagaimana cara mensol sepatu. Kemaren gw liat lagi sepatu hitem yang CUMA gw pake buat ospek sejak masuk IPB alasnya udah celangap gara - gara dipake temu manajer. Biasa jadi anak alay main lumpur, treking, main sungai alias berkubang. Yahh oke dua sepatu ngantri minta di sol. Mana yang namanya tukang sol sepatu tuh susaaaaaaahnya minta ampun kalau dicari. Jadi yah pasar bogor ini mah. Tabah ya sepatuku, nanti kalo udah beres praktikum di sol deh. Semoga tukang solnya gak liburan. Bapak tukang sol semangat yaa. Semoga rejekinya dilancarkan terus~ :)

Eh iyaaa, aniwei. Selamat berjuang para jendral Salam Risgabo ! Mari kita sambut kedelapan adik baru kita dengan suka cita! Hehe. Maaf gak bisa nemenenin. Long Life SR ! :D
Rehat sejenak yuuuuuk, kocak nih. Lumayan kan penghibur hati susah penyokong nusa dan bangsa~ #loh? Hehe. 

Mari menyederhanakan hari, menghentikan segala yang menahan hati. Mari batasi diri, tapi tanpa perlu dibatasi. Bebaskan segala, tapi jangan kelewat bebas. Langit itu masih di atas dan tanah itu masih di bawah. Musnahkan segala pengharapan dengan penuh harap. Lanjutkan atau berhenti, kita hentikan saja pemikiran pelik. Bagi langit hujan itu perlu karena ia penyambung bumi. Tapi tak perlu berbanyak hujan datang, karena tanah akan jengah. Biar kita menarik jarak, membuat spasi. Agar hujan tahu ia tak pernah dilupakan. Sehening apapun pada musim kering atau sesering apapun pada musim hujan. Mari kita tertawa sejenak. Tak perlu risau, karena hujan masih berteduh. Mari tunggu saja dalam hening dalam getir akan kepahaman. Dan ini sederhana saja, mari kita sederhanakan. Putar prespektif karena langit tak satu warna.

Berhubung bicara soal santai dan sederhana dengerin lagu ini ya. Lagunya project pop. Kenapa harus project pop? Yah entahlah gw suka aja karena berasa santai lagunya, tapi tetep berkarakter. Emosi jiwa lagi melanda, harus buat pagar betis dulu hhe. Nanti main lagi, dahhh



Seseorang yang gw gak tau siapa pernah bilang begini, 

"gak ada dalam sejarah bangsa Indonesia pemerintah benar-benar berhasil membangun hutan, kalau pun itu berhasil itu karena inisiatif masyarakat ataupun karena adopsi cara asing". 

Yah bener juga sih. Banyak para petinggi kita belajar di luar negeri, gak masalah sih menurut gw, tapi terkadang ada identitas yang kita hilangkan. Satu pertanyaan kenapa ya kita gak menyelesaikan masalah dengan cara kita -cara bangsa kita-? Kenapa dikit-dikit harus berkiblat sama negara-negara asing? Oke ilmu mereka boleh lebih jago, tapi masa gak bisa ya kita formulasikan itu dengan cara kita?

Apa yang namanya krisis jati diri itu begitu mengurat akar pada negeri ini? Aneh ya, katanya kita punya segudang budaya, tapi kerjaan kita jiplak sana jiplak sini. Ada yang salah dengan inovasi? dengan memulai? Kenapa, malu ya jadi bangsa indonesia? Padahal menurut gw seharusnya untuk menyelesaikan masalah kita, ya pemecahannya harus dicari di negara kita sendiri. Seharusnya kita belajar dari masyarakat pendahulu. Dimana adat dan toleransi dijunjung. Buktinya leluhur kita bisa kok hidup berdampingan dengan alam, lantas mengapa kita tidak?

Entah mengapa atau mungkin memang kita semua yang salah. Kerap kali kita tak mengindahkan suara di masa lampau. Masyarakat adat dianggap kampungan. And so what? Itu kan jati diri kita. Itu kita loh, apa kita harus korbankan mereka demi kemajuan semu? Apa yang namanya negara maju itu harus menjadi negara-negara besar kaya mereka di sana itu. Ahh menn, ternyata pikiran kita begitu sempitnya ya?

Hei hei semua ini relatif loh. Yah gw juga gak berhak memaksakan pandangan gw ke kalian, tapi semakin dipikir ini semakin mengusik. Semakin dipikir semakin gw bertanya siapa gw? Katanya kita bangsa besar, penuh budaya, penuh warna. Hei budaya kita gak cuma bali loh. Ada banyak. Dan dari beribu budaya yang kita miliki masa gak ada satu aja solusi dari permasalahan kehutanan atau masalah apapun itu yang dihadapi bangsa kita?

Ahhh susah susah. Gw juga cuma bisa melongo. Inginnya sih ini itu, tapi lihat nanti kalau udah pegang jabatan. Gw masih bisa berdiri dengan ide liar gw atau justru tunduk pada birokrasi. Tunduk pada segala kealfaan pada minoritas. Gw gak mau. Semoga aja tulisan ini bisa gw ingat suatu saat nanti, sebagai tali kekang gw setidaknya yahh.

Udah ah mau merenung lagi. See you:)

Kadang saya berpikir bahwa dunia ini hanya setitik. Entah mengapa banyak jalan yang membuat kita berpikir, terdiam lalu terseret kembali pada medan gravitasi masa lalu. Masa yang terus melambai-lambai mengajak kita untuk mampir sejenak. Sejenak yang akan mempengaruhi hidup selama berhari-hari ke depan. Padahal telah diutarakan janji untuk tak terus terikat pada genggaman waktu yang kita sebut masa lalu itu.

Saya heran mengapa cerita ini terus berulang dengan konsistensi pada deret-deret aljabar yang tepat. Padahal telah dihilangkan satu komponen angka agar deretan itu berubah dan kehilangan ketepatannya hingga akhirnya ia terpaksa berhenti di satu titik. Heran, seolah menatap film roman kuno pada tv sebuah hitam putih. Benarkah kita tertarik medan gravitasi atau justru kita yang enggan lepas daripadanya? 

Banyak kejadian dalam hidup yang kerap kali tak pernah kita duga. Sebuah dialog singkat saya bersama teman saya di sore hari sehabis praktikum mulai menyadarkan saya. Bahwa dalam hidup, tak ada yang konstan. Kita terpanggut pada relativitas, sebar kemungkinan, dan serba tak terduga. Bagaimana saya dan kalian dapat bertemu. Bagaimana teman saya ini justru jadian dengan sahabat saya. Aneh ya. Semua tak terduga. Dan semakin kita berusaha menebak maka tak akan ada jawaban pasti yang dapat kita temukan.

Melihat ini rasanya hidup itu menarik ya. Life is adventure, rasanya tepat juga ya. Haha. Orang tak terduga, nasib, pertemuan. Aneh ya? Kok saya merasa ini semua unik ya. Tak bisa terduga dan tak akan berkesan sama. Hingga biar jenuh merengkuh tiba-tiba tetap saja ada jalan - jalan yang mengantarkan kita kembali pada warna.

Hidup memang kerap kali hanya satu titik. Tertarik kembali pada deretan kisah masa lampau. Ingatan-ingatan yang enggan lepas. Tapi biar hanya titik, titik tersebut tak akan pernah sama. Hingga kita tak akan kembali pada jalan yang sama. Biar kita selalu menguntai bait-bait kisah yang sama, akan ada cerita berbeda yang diceritakan. Biar hanya sebuah lafas terucap, ada diksi berbeda yang diungkapkan untuk menceritakannya. Kita memang selalu menguntai masa silam, tapi kita juga mendekap masa depan tanpa kita sadari karena waktu terus melangkah maju. Dan hanya pada diri kitalah ada keyakinan untuk terus melangkah.
Seminarlokakarya nasional kehutanan ini dilakukan guna memperingati hari kehutanan nasional. Acara ini dilakukan dari tanggal 17 - 20 Desember 2011. Acara ini dihadiri oleh perwakilan delegasi dari seluruh Indonesia. SNSI dibagi menjadi beberapa sesi acara turun lapang, loka karya, seminar, dsb.

Ikut aja dah pokoknya seru kok hahaha. Yang paling penting jangan lupa beli tiketnya yaa :D

Ayo kawan - kawan mari kita majukan kehutanan Indonesia :)
INTERNATIONAL FOREST STUDENT ASSOCIATION (IFSA)
FACULTY OF FORESTRY
BOGOR AGRICULTURAL UNIVERSITY

PROUDLY PRSENTS:

SEAFYM atau yang emiliki kepanjangan South East Asia Forest Youth Meeting adalah sebuah acara yang digawangi oleh IFSA sebuah lembaga kemahasiswaan fakultas kehutanan IPB. Acara ini dibuat dengan tujuan memperingati tahun kehutanan, yaitu pada tahun 2011. Kegiatan ini akan mengundang delegasi dari negara-negara ASEAN dan sekitarnya dimana delegasi ini adalah para remaja. Acara ini meliputi seminar, field trip, cultural night, dan lain sebagainya. Seminar ini akan dibagi menjadi dua hari, yaitu hari pertama (Sustainable forest management, REDD) dan hari kedua (Forest fire, Forest society and industry, pulp and paper industry, ecotourism in indonesia). Bagi yang berminat silahkan lihat di brosur berikut. 



Ayo bersama majukan kehutanan kita! :D
regards, KM/MNH
Niatnya sih mencari pengalaman dan mengindahkan segala kegalauan, tapi kok malah keseret rutinitas banget ya. Hadehh. Mulai dari Temu Manajer, Seminar Lokakarya Nasional Kehutanan, Sout East Asia Forest Youth Meeting, UAS, bikin semuanya ngendep di kepala. Yah gw sih enjoy aja. Begadang ampe pagi buat rapat TM yang ujung-ujungnya diakhiri sama main kartu. Atau sibuk survei dan minjem barang gara-gara SEAFYM dan SEMILOKA. Tapi kok ya gw malah ngerasa peer gw jadi beres semua ya? Haha aneh deh emang. Ujungnya sih biasa sakit, tapi ya itu sih biasa. Udah tahunan kalau sakit kaya begini, yah asal jangan ganggu TM aja deh. Dan entar sore dan malemnya rapat. Yah oke bagus, cukup.


Kita, Hutan, Kau?


Dan kita pun terhenyak
Begitu banyak yang kita hilangkan
Begitu banyak yang tak kita indahkan
Beribu ego merongrong nurani
Menjadikan tirani yang lapar


Ribuan, jutaan hektar, masihkah tak kau rasa puas?
Hingga panas menyayat rasa
Hingga bencana menelan jiwa
Dan teriakan mereka yang terpinggirkan



Bhineka tunggal ika itu apa?
Sampah?
Hanya sekadar label pada kaki burung garuda?
Kau tahu, ada masa depan yang menanti
Yang bergantung pada sejuk alam
Yang menitipkan tawa pada hijau pepohonan


Ini Indonesia tuan
bukankah kau tak sendiri?
Tapi kau egois
Negara ini bukan hanya untuk kepentinganmu
Bukan pula untuk kepentinganku
Tapi untuk kita semua


Ini Indonesia nona
Hutanku adalah hutanmu
Mengapa kau korbankan?
Tak sadarkah bahwa berjuta tawa bergantung padanya
Atau kau telah merasa kau adalah Tuhan yang dapat melakukan semuanya


Cukup.
Kita saudara kawan
Bila kau masih cinta
Bila kau masih sayang
Pinggirkan ego, buka nurani
Untuk kehutanan Indonesia