"gak ada dalam sejarah bangsa Indonesia pemerintah benar-benar berhasil membangun hutan, kalau pun itu berhasil itu karena inisiatif masyarakat ataupun karena adopsi cara asing".
Yah bener juga sih. Banyak para petinggi kita belajar di luar negeri, gak masalah sih menurut gw, tapi terkadang ada identitas yang kita hilangkan. Satu pertanyaan kenapa ya kita gak menyelesaikan masalah dengan cara kita -cara bangsa kita-? Kenapa dikit-dikit harus berkiblat sama negara-negara asing? Oke ilmu mereka boleh lebih jago, tapi masa gak bisa ya kita formulasikan itu dengan cara kita?
Apa yang namanya krisis jati diri itu begitu mengurat akar pada negeri ini? Aneh ya, katanya kita punya segudang budaya, tapi kerjaan kita jiplak sana jiplak sini. Ada yang salah dengan inovasi? dengan memulai? Kenapa, malu ya jadi bangsa indonesia? Padahal menurut gw seharusnya untuk menyelesaikan masalah kita, ya pemecahannya harus dicari di negara kita sendiri. Seharusnya kita belajar dari masyarakat pendahulu. Dimana adat dan toleransi dijunjung. Buktinya leluhur kita bisa kok hidup berdampingan dengan alam, lantas mengapa kita tidak?
Entah mengapa atau mungkin memang kita semua yang salah. Kerap kali kita tak mengindahkan suara di masa lampau. Masyarakat adat dianggap kampungan. And so what? Itu kan jati diri kita. Itu kita loh, apa kita harus korbankan mereka demi kemajuan semu? Apa yang namanya negara maju itu harus menjadi negara-negara besar kaya mereka di sana itu. Ahh menn, ternyata pikiran kita begitu sempitnya ya?
Hei hei semua ini relatif loh. Yah gw juga gak berhak memaksakan pandangan gw ke kalian, tapi semakin dipikir ini semakin mengusik. Semakin dipikir semakin gw bertanya siapa gw? Katanya kita bangsa besar, penuh budaya, penuh warna. Hei budaya kita gak cuma bali loh. Ada banyak. Dan dari beribu budaya yang kita miliki masa gak ada satu aja solusi dari permasalahan kehutanan atau masalah apapun itu yang dihadapi bangsa kita?
Ahhh susah susah. Gw juga cuma bisa melongo. Inginnya sih ini itu, tapi lihat nanti kalau udah pegang jabatan. Gw masih bisa berdiri dengan ide liar gw atau justru tunduk pada birokrasi. Tunduk pada segala kealfaan pada minoritas. Gw gak mau. Semoga aja tulisan ini bisa gw ingat suatu saat nanti, sebagai tali kekang gw setidaknya yahh.
Udah ah mau merenung lagi. See you:)
0 talks:
Post a Comment