Proses Perakitan Kayu di IUPHHK-HA (Dokumentasi: Pribadi)
Making Indonesia 4.0 merupakan salah satu proyek ambisius yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada April 2018 lalu. Presiden Joko Widodo menilai revolusi industri keempat tak akan terhindarkan lagi dan akan segera terjadi, yang menurut laporan lembaga riset McKinsey pada 2015 dampak revolusi industri 4.0 akan menjadi lebih hebat dibandingkan dengan revolusi industri pada abad ke-19 yang merupakan revolusi industri pertama. Bahkan pembahasan mengenai hal ini berlanjut hingga ke pertemuan bilateral dengan Korea Selatan beberapa hari lalu, yang dalam kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo mendorong agar investor Korea Selatan membawa dan memperkenalkan teknologi 4.0 ke Indonesia.

Untuk saat ini Presiden Joko Widodo menargetkan 5 sektor dalam proyek Indonesia 4.0 ini. Adapun sektor tersebut adalah industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronik.

Sebelum melangkah lebih jauh mungkin ada banyak yang bertanya-tanya mengenai Revolusi Indutri 4.0 ini. Sebagaimana dikutip pada Detik.com, revolusi industri pertama dimulai pada akhir abad ke-18 (atau awal abad ke-19) yang ditandai dengan munculnya alat-alat mekanis yang menggunakan bertenaga uap dan air. Kemudian pada abad ke-20 kemudian dimulailah revolusi industri kedua dimana produksi besar-besaran terjadi. Revolusi industri ketiga dimulai pada awal 1970-an yang ditandai dengan adanya penggunaan elektronik dan otomatisasi produksi. 

Saat ini dunia sudah mulai memasuki termin baru dari industri, yaitu industri keempat atau industri 4.0 Menurut wikipedia sendiri, gagasan mengenai industri 4.0 ini sendiri bukanlah merupakan hal yang baru. Industri 4.0 pertama kali dikenalkan pada 2011 lebih tepatnya pada acara Hannover Fair. Konsep dasar dari industri 4.0 ini sendiri pada dasarnya masih berupa otomatisasi, namun kali ini lebih berbasis pada jaringan, cloud, ataupun cognitive computing

Meski secara gamblang Indonesia baru berfokus pada sektor manufaktur saja saat ini, tapi saya menjadi sedikit bertanya, "akan dibawa ke mana sektor kehutanan pada industri 4.0 ini?". Pertanyaan simple tapi sebagai forester wajar jika saya bertanya demikian. Masalahnya teknologi merupakan hal yang lumrah saat ini. Bahkan bisa dibilang kita sangat tergantung pada teknologi, sebut saja smart home, smart tv, smart factory, dan smart-smart lainnya. Melihat jauhnya perkembangan teknologi saat ini, tentunya sektor kehutanan pun tak boleh tinggal atau kalah dengan perkembangan yang ada. Namun, pertanyaan selanjutnya, sudah siapkah kita?

Untuk menjawab hal tersebut mari kita melihat perkembangan industri 4.0 sektor kehutanan di negara lain, Kanada. Sadar mengenai pergerakan industri menjadi industri 4.0, kanada tergerak untuk melakukan revolusi indutri keempat di sektor kehutanan melalu FPInnovation.

Kanada melihat saat ini adanya gap yang terjadi akibat adanya gap penyebaran informasi yang tidak bisa dilakukan secara ril time di sektor kehutanan. Selama ini update data dari upper stream dari sektor kehutanan dipandang lambat dan menyebabkan kesulitan pengaksesan data. Dengan adanya inovasi industri 4.0 diharapkan sektor hulu kehutanan dapat lebih cepat dalam penyebaran informasi. 

Ada empat hal yang difokuskan dalam pengembangan industri 4.0 pada sektor kehutanan di Kanada. Empat hal tersebut adalah Real Environment, Internet of Forest, Data Analytic, dan Advanced procurement system. 

Hal yang pertama adalah pengumpulan data lapangan yang lebih spesifik dan detail (Real Environment) dengan menggunakan pengindraan jarak jauh dan teknologi pemanenan lainnya. Dengan menggunakan pengindraan jarak jauh diharapkan dapat dilakukan inventarisasi hutan yang lebih efisien. 

Menyadari bahwa dalam melakukan otomatisasi dan penyebaran data secara real time membutuhkan koneksi yang baik maka dalam menghadapi industri 4.0 perlu dibangun jaringan internet yang baik untuk itulah digagas Internet of Forest. Menurut laporan, hingga saat ini hanya 46% dari kawasan hutan yang sudah dapat mengakses jaringan seluler. Meski merupakan negara maju namun nyatanya masih ada keterbatasan jaringan dalam penerapan industri 4.0 di sektor kehutanan. 

Selanjutnya adalah data analisis. Mungkin ini yang sedikit menarik buat saya. Menggunakan database besar untuk menganalisis kegiatan pemanenan yang dilakukan. Dengan adanya data ini pemanenan dapat dilakukan dengan lebih efisien. 

Yang terakhir adalah menggunakan teknologi dalam kegiatan pengadaan. Salah satu hal yang digagas adalah dengan menggunakan AR atau augmented reality iya AR yang itu yang pakai kacamata itu. Dengan adanya AR ini bisa dilakukan pemantauan kondisi hutan tanpa perlu ke lapangan. Menarik bukan?
Ilustrasi Industri 4.0 (source: google image)
Nah itu, rencana Kanada, bagaimana dengan Indonesia? 

Pergerakan ke arah sana yang pernah saya tahu baru sebatas peningkatan SDM untuk level pemerintah. Memang meski demikian sudah ada beberapa hal yang dilakukan untuk pemanfaatan teknologi seperti pemantauan hotspot secara ril time. Pemerintah juga sudah mulai sadar dengan adanya basis data, hal ini dapat dilihat dengan dibuatnya one map policy. Meski memang perlu ditanyakan lagi efektifitas dari program tersebut. Selain itu, saat ini sudah banyak sistem monitoring yang terintegrasi dengan sistem, sebut saja simfoni, SIPUHH, dll. Tapi kembali lagi, SIPUHH misalnya, idenya sangat luar biasa melacak kayu hingga ke tunggaknya. Idelnya barcode ditempel bersamaan dengan penebangan, dan diupload saat itu. Nyatanya? Keterbatasan internet di kompartemen menyebabkan hal tersebut belum terealisasi. 

Pada dasarnya toh kita harus mengetahui bahwa luas Indonesia yang katanya 75% berupa hutan ini tentunya merupakan tantangan besar yang harus disadari oleh pemegang tampuk jabatan. Tentunya bukan hal yang mudah untuk mengatur luas hutan yang begitu besar dan lokasinya jauh dari pusat kota Apalagi yang kita ketahui bersama akses internet yang begitu terbatas pada hutan-hutan pedalaman nun jauh di sana. Padahal internet merupakan hal yang penting dalam penerapan industri 4.0. Akhirnya jika memang ingin bisa berjalan dengan baik industri 4.0 ini perlu ada inisiatif dari para pemegang konsesi untuk mulai berinvestasi untuk hal tersebut.

Untuk penerapan revolusi industri 4.0 ini saya justru lebih khawatir dengan kesiapan pemerintah baik di pusat dan di daerah. Dengan anggaran yang terbatas dan juga SDM yang tak semuanya mampu dan menguasai teknologi ini akan menjadi tantangan tersendiri. Sudahkan KLHK mengantisipasi hal ini?

Sebagai regulator sebenarnya gampang saja bagi KLHK untuk menginstruksikan pemegang konsesi untuk mengembangkan industri 4.0 ini di dalam sistem mereka. Namun, jika dari KLHK sendiri tidak siap saya khawatir data itu akan sia-sia atau lebih tepatnya kurang bisa digunakan. Apalagi selain internet, saya pribadi melihat untuk benar-benar bisa menggunakan industri 4.0 diperlukan basis data yang besar untuk melakukan data analis. Pengembangan teknologi dan model tentunya tak bisa dihindarkan dari data. Semakin lengkap, detail, dan komprehensif datanya tentu teknologi dan model yang dibangun pun akan semakin tepat. Tapi, apakah data kehutanan kita sudah se lengkap itu? Mungkin untuk saat ini belum. Salah satu kawan di FWI pernah bercerita bahwa ia tidak bisa menemukan beberapa dokumen yang sedang ia cari di KLHK. Jika pun ada, apakah KLHK sudah siap membuka datanya ke publik? itu pun menjadi tanda tanya besar untuk saya. Kalau memang KLHK sudah siap mungkin tidak akan ada sengketa terkait dengan KIP beberapa tahun lalu.

Saat sedang berdiskusi dengan seorang kawan, ia pernah bercerita mengenai gagasan atasannya soal pengelolaan hutan berbasis AI. Khususnya pengelolaan hutan di gambut. Wah, ide yang menarik. Tapi mengelola hutan secara manual saja data kita masih kurang, gimana untuk bangun model sampai akhirnya bangun AI? Bukan pesimis tapi realistis. Tapi melihat pergerakan industri sekarang, sudah sewajarnya sektor kehutanan mulai bangun. Buang jauh-jauh lagi anggapan bahwa kerja di kehutanan itu remote, terpenci, dan susah sinyal. Mungkin sudah saatnya KLHK merangkul Kemenkominfo, ataupun BUMN dan BUMS yang bergerak di sektor telekomunikasi untuk memfasilitasi pengadaan jaringan. Tak hanya itu, KLHK harus mulai merapihkan sistem datanya, dan berani mempublish data tersebut secara terbuka tanpa ada yang ditutupi (kecuali ada data konfidensial yang menyangkut keamanan negara misalnya).

Dan tentunya, selain penguatan di lapangan perlu juga penguatan SDM terutama generasi muda. Saya pribadi sadar ilmu kehutanan yang saya dapat di kampus kerap kali kurang terupdate dengan baik. Menyongsong era baru sudah sewajarnya univeritas sadar untuk menyiapkan forester terbaiknya di era digital ini. 

Buat gambaran, yuk mari dilihat video dari FPI.


Jadi forester, sudah siapkah kalian dengan Revolusi Industri 4.0?
Penampilan Syaharani bersama dengan Idang Rasjidi pada Dramaga Jungle Jazz 2018, Bogor 9 September 2018. (Dokumentasi: MNH)
Bogor -- Dalam rangka memperingati hari jadi Fakultas Kehutanan IPB yang ke-60, himpunan alumni fakultas kehutanan kembali menggelar HAPKA XVII atau hari pulang kampung. Seperti HAPKA yang sebelumnya, HAPKA tahun ini juga dimeriahkan dengan adanya Jungle Jazz Festival. Perayaan HAPKA ini sendiri dihelat pada 8 - 9 September lalu di Fakultas Kehutanan, IPB, Dramaga.

Kegiatan ini diramaikan oleh berbagai kegiatan dan lomba yang dimulai sejak tanggal 8 September 2018. Acara tersebut yaitu Lomba Foto Lingkungan dan Hutan Nasional, Seminar Nasional, Fun Off Road, Run 4 Jungle, Goes Asik, penanaman pohon, lomba gaple, dan Musyawarah Nasional HAE IPB. Pada tanggal 9 September yang merupakan hari puncak acara HAPKA ini turut digelar pula bazar, pameran foto, penganugerahan wanabhakti award, demo minyak atsiri dan launching website forest digest. Selain itu, sebagaimana perhelatan HAPKA setiap tahunnya, acara ini ditutup dengan Jungle Jazz Festival yang diadakan pada malam harinya.

Meski acara baru dimulai pada pukul 19.30 WIB, semangat menjelang acara penutupan ini masih begitu terasa. Terlihat dari antusiasme para alumni mulai dari angkatan 1 hungga angkatan alumni termuda yaitu angkatan 51. Tak hanya para alumni, baik dosen dan mahasiswa fakultas kehutanan pun turut menikmati jalannya acara ini.

Acara dibuka dengan penampilan ExE Band yang merupakan band jazz amatir yang dibentuk oleh para alumni fahutan IPB. Grup ini terdiri dari multi angkatan fahutan IPB yang terdiri dari Sri Nawangsih Ernawati (E25), Daud Kusna Irawan (G31), Yoga Hadiprasetya Wandojo (E41),  Iqbal Nizar Arafat (E47), Yuni Rismelia Buntang (E47) sebagai vokalis; Adrian Bestari (E23) pada bass;  Desi Suyamto (E26) pada drums; Iwan Tri Cahyo Wibisono (E31), Kasuma Wijaya (E31) pada gitar; Ginny Wening Galih (E48) sebagai vokalis dan pemain trumpet; Tabah Arif Rahmani (E55 PMDSU) pada saxophone; Aryo Adhi Condro(E55 PMDSU) sebagai keyboardis, dan Librianna Arsahanto (E33) sebagai manager.

Usai penampilan EXE Band, sederet artis turut diundang dalam memeriahkan Jungle Jazz Festival. Salah satunya adalah musisi Senior Idang Rasjidi yang selalu setia memeriahkan hari peringatan Fakultas Kehutanan IPB. Selain itu turut hadir pula Syaharani, Rika Roeslan, dan Ello.

Grup ExE yang turut meramaikan Dramaga Jungle Jazz. (Dok: Fahutan IPB)

Penampilan Sukima Switch, Pada Indonesia Japan Music Festival 2018 (dokumentasi: MNH)
Jakarta -- Siapa yang tak kenal duo asal Jepang satu ini, Sukima Switch (スキマスイッチ)merupakan salah satu duo yang cukup senior dan terkenal di Jepang. Digawangi oleh Takuya Ohashi Sebagai Vocal, dan Shintaro Sebagai keyboardis, duo ini merupakan musisi kondang di negara Sakura. Meski demikian memang patut diakui kancahnya di dunia internasional tidak se agresif boyband/girlband asal Korea ataupun salah satu band kenamaan Jepang One Ok Rock. Akan tetapi, tanpa promosi yang seagresif rekan-rekannya Sukima Switch mampu membuktikan popularitasnya di Indonesia dalam perayaan Indonesia Japan Music Festival 2018 yang diadakan di Plaza Tengara Senayan. Tampil selama 45 menit, duo ini sukses menyihir para penonton yang ramai memadati area festival tersebut.

Sukima Switch merupakan salah satu musisi yang turut hadir dalam peringatan hubungan diplomatik Indonesia - Jepang yang ke-60. Dengan mengusung tema Indonesia-Japan Always Together, peryaaan hubungan diplomatik Indonesaia-Jepang ini diisi dengan serangkaian acara seperti Jakarta - Japan Matsuri 2018 yang juga diadakan di Plaza Tenggara Senayan, dan Indonesia Japan Music Festival 2018 yang dimeriahkan oleh artis yang berasal dari keduabelah negara.

Dalam acara ini Sukima Switch diberikan kehormatan untuk mengisi acara Indonesia Japan Music Festival 2018, sekaligus sebagai performer pembuka dari festival musik ini. Konser Sukima Switch ini sekaligus merupakan penampilan Sukima Switch pertama di luar Jepang. "Ini merupakan penampilan kami yang pertama di Indonesia" kata Ohashi Takuya dalam video perkenalan yang diunggah oleh akun instagram @60thjpid. "Ini juga penampilan pertama kita di Asia," ujar Shintaro Tokita menambahkan pernyataan tersebut.

Line menjadi lagu pembuka dari Sukima Switch pada kesempatan kali ini. Lagu yang cukup upbeat ini merupakan single ke-23 Sukima Switch yang rilis pada 2015 lalu. Lagu ini juga merupakan lagu pembuka dari amime Naruto Shippuden yang ke-18. Usai menghibur dengan lagu yang bersemangat, Sukima Switch tampil dengan menyanyikan salah satu lagu yang paling hits milik mereka, Kanade (奏で). Kanade merupakan singke kedua Sukima Switch yang dirilis pada tahun 2004. Single ini sudah berkali-kali dicover oleh berbagai artis dalam negeri dan mancanegara, termasuk Kyuhyun dari Super Junior. Meski lagu ini bukan lagu baru, lagu ini masih merupakan lagu yang enak untuk didengar. Lagu ini bahkan di remake untuk OST One Week Friends yang rilis pada 2017 lalu.

Masih sedikit mellow, lagu ketiga yang dinyanyikan oleh Sukima Switch adalah Boku Note. Boku Note adalah single keenam yang rilis pada 2006. Single ini juga merupak OST Doraemon The Movie 2006 dan merupakan salah satu single kenamaan Sukima Switch. Usai dengan lagu sendu. Sukima Switch mengajak penonton untuk lebur bersama riuh perayaan. Kali ini mereka membawakan lagu Golden Time Lover. Soundtrack anime Full Metal Alchemist ini sukses membuat penonton ikut bernyanyi dan bertepuk tangan bersama. Lagunya yang familiar di telinga para penggemar Jepang ini memang pas untuk membuka rangkaian acara Indonesia Japan Music Festival.

Seolah tak ingin membiarkan semangat penonton turun, Sukima Switch memilih untuk membawakan single mereka yang berjudul Ah Yeah!. Lagu yang merupakan lagu soundtrack untuk anime Haikyuu ini merupakan single mereka yang rilis pada tahun 2014 lalu. Di kesempatan ini Sukima Switch akhirnya memilih untuk menyanyikan lagu Zenryouku Shounen untuk mengakhiri penampilan mereka. Lagu yang rilis pada tahun 2015 ini merupakan salah satu single hits dengan nada yang ceria. Meski hari telah bernajak malam lagu ini merupakan lagu penutup yang membakar semangat sekaligus pembuka rangkaian acara musik festival.

Meski ini merupakan penampilan pertama Sukima Switch di Indonesia, namun penampilan mereka ini ternyata merupakan salah satu penampilan yang ditunggu. Buktinya banyak fans Indonesia yang meramaikan lini media sosial terkait dengan penampilan Sukima Switch di Indonesia. Wajar saja banyak yang kaget jika pada akhirnya Sukima Switch tampil di luar Jepang. Apalagi pada penampilan terakhir Sukima Switch yang sangat mempesona bersama deretan artis lainnya dalam menyanyikan lagu Laskar Pelangi. "Saya sangat senang, karena ternyata banyak fans Indonesia yang tau lagu-lagu kami dan bernyanyi bersama," ujar Takuya Ohashi saat ditanya mengenai kesannya terhadap acara ini.

Dalam wawancara bersama kompas.com Sukima Switch mengaku terbuka untuk berkolaborasi dengan artis Indonesia jika diberikan kesempatan. Mereka mengatakan lagu Indonesia merupakan lagu yang enak didengar sehingga cocok untuk dinyanyikan tidak hanya di Indonesia tetapi juga negara lain.

Takuya Ohashi dan Shintaro Tokita di Indonesia Japan Music Festival 2018 (dokumentasi: MNH)

(English version will be released soon if I have time hehe. For the detail documentation, video still edited)
Setelah cukup lama merenung akhirnya gw memutuskan untuk berbagi informasi mengenai beasiswa Monbukagakusho Jepang. Mungkin banyak di antara kalian yang berminat pergi ke Jepang untuk melakukan studinya. Wajar saja negeri sakura ini menawarkan berbagai macam ilmu yang menarik untuk dikembangkan apalagi dengan bimbingan profesor kelas atas wajar banyak anak muda yang tertarik untuk melanjutkan studi di sana. Untuk kali ini gw berfokus pada beasiswa ke Jepang untuk S2.

Sebenernya ada banyak beasiswa S2 ke Jepang, mulai dari beasiswa Honjo Scholarship, Inpex Scholarship, ADB World Bank, dsb. Ada juga universitas yang langsung menyediakan beasiswa nya sendiri sebut saja Asian Bridge Programmnya Shizuoka University. Buat kalian yang PNS mungkin pilihan beasiswanya lebih banyak lagi, semacam beasiswa Bappenas misalnya. Pilihan beasiswa yang banyak ini mungkin bakal lebih banyak lagi kalau kalian getol nyari informasi buat beasiswa. Itung-itung nyari mana beasiswa yang sesuai dengan kita karena tiap beasiswa punya kriteria tersendiri.

Untuk beasiswa dari pemerintah Jepang, ada yang namanya monbukagakusho atau MEXT. Nah beasiswa MEXT ini ada yang buat D3, S1, S2, sampai S3. Nah untuk postingan kali ini kita batasi dulu ya untuk bahas soal beasiswa S2 nya.

Jadi beasiswa MEXT untuk S2 ini terbagi dua yaitu U to U dan G to G. Apa bedanya yuk monggo disimak,

Bedanya apa sih U to U dan G to G ?

Jadi beasiswa U to U itu kepanjangan dari university to university. Kalau G to G itu Government to Government. Perbedaan mendasar keduanya itu adalah cara mendaftarnya.

Kalau U to U, itu daftarnya langsung ke universitasnya. Kuota juga berbeda tergantung universitas. Begitu pun jadwalnya berbeda-beda loh. Jadi kalau mau nyari beasiswa dengan jadwal ini sudah mulai harus rajin ngecek website universitas tujuan masing-masing. Nah, biasanya proses seleksi beasiswa ini dimulai sekitar bulan Desember sampai awal tahun berikutnya (mungkin Maret/ April). Dulu gw pernah daftar untuk Shimane University itu untuk dibuka sejak Akhir Desember berkas dikumpul awal Januari. Langsung sport jantung karena itu jadwal universitas libur panjang sementara gw belum punya surat rekomendasi wkwk. Nah untuk kuota per tahun, yang gw denger sih semakin bergengsi universitasnya makin gede kuotanya. Untuk shimane dulu aja cuma 3 orang 😱😭dan saingannya itu seluruh dunia loh ya. Agak berat sih, tapi menurut gw itu mah gimana rezeki aja.

Selanjutnya itu beasiswa G to G, alias Government to Government. Pendaftaran beasiwa ini dilakukan melalui kedutaan besar di masing-masing negara. Nah, untuk Indonesia sendiri biasanya dimulai dari bulan April. Untuk persyaratan sendiri menurut gw gak terlalu berat. I prefer making a study plan/ research proposal than making an motivation essay. Jadi buat gw syaratnya cukup menyenangkan karena gw bisa belajar lagi.

Untuk syarat dan proses beasiswa nya apa aja sih?

Untuk syarat secara garis besar U to U dan G to G itu sama persis. Gw aja make berkas dari U to U untuk daftar G to G. Ada beberapa aja sih yang beda yaitu di formulir yang harus diisinya. Adapun syaratnya beberapa di antaranya adalah

1) MEXT Jalur U to U (University to University)

Persyaratan paling penting untuk jalur U to U itu adalah calon profesor. Tanpa calon profesor yang memback up kalian sudah pasti bakal sulit buat kalian untuk lolos beasiswa dari jalur ini. Banyak cara untuk mendapatkan profesor, dari mulai berkorespondensi secara langsung via email misalnya, ataupun mengunjungi workshop yang ada profesornya misalnya. Buat kalian yang berdomisili di Jakarta dan Surabaya ada pameran pendidikan untuk sekolah ke Jepang. Jika kalian cukup beruntung bisa saja kalian akan bertemu dengan profesor yang memiliki minat yang sama dengan kalian. Saya dulu ketemu profesor setelah ikut pameran pendidikan ini, jadi langsung interview di tempat saat itu.

Kalau sudah ada profesor aktiflah dalam bertanya terkait beasiswa yang tersedia. Saya sendiri mendapatkan informasi beasiswa U to U ini dari profesor saya. Waktu itu saya diminta untuk melengkapi berkas dalam kurun waktu kurang dari satu minggu. Padahal saat itu sekitar 3 hari kampus bakal libur panjang akhir tahun. Langsung persiapan super kebut. Padahal waktu itu saya lagi ada kerja. Beruntung atasan yang waktu itu merupakan dosen pembimbing saya memberikan saya kelonggaran. 

Kenapa profesor ini penting? karena selain bisa membantu dalam memberikan informasi dan juga membantu kelancaran seleksi, beasiswa U to U ini biasanya deadlinenya tidak serentak. Di Shimane misalnya, deadlinenya minggu pertama bulan Januari waktu itu. Ditambah pengumuman beasiswa ditulis dalam bahasa Jepang. Pengumuman persyaratan waktu itu diterjemahkan oleh profesor saya. Jadi penting banget untuk beware mendekati akhir tahun buat yang ngincer beasiswa ini yaa.

Adapun persyaratan yang dibutuhkan pada umumnya adalah
  1. Usia maksimal 34 tahun pada tanggal 1 April tahun keberangkatan.
  2. Lulusan D4/ S1/ S2.
  3. Memilih bidang studi yang berada pada rumpun ilmu yang sama dengan bidang studi di jenjang pendidikan sebelumnya.
  4. Diutamakan IPK akhir jenjang pendidikan sebelumnya minimal 3.2
  5. Melampirkan salah satu sertifikat kemampuan bahasa Inggris atau bahasa Jepang, dengan skor diutamakan sbb:TOEFL-PBT/ITP minimal 570; TOEFL-iBT minimal 80; TOEIC minimal 820; IELTS minimal 6.5; Japanese Language Proficiency Test (JLPT) minimal level 2/ N2 (TOEFL Like dan TOEFL Prediction tidak dapat digunakan. NAT-TEST tidak dapat digunakan. Sertifikat TOEFL/ TOEIC yang dapat digunakan untuk mendaftar adalah terbitan dari ETS.)
  6. Sehat jasmani dan rohani. Pelamar tidak diperbolehkan dalam keadaan hamil selama proses seleksi berlangsung hingga keberangkatan ke Jepang bagi yang lolos seleksi.
  7. Bersedia belajar bahasa Jepang bagi yang belum menguasai bahasa Jepang.
Nah kalau dirasa sudah sesuai dengan persyaratan yang ada kalian harus melengkapi berkas untuk seleksi administrasi. Syaratnya mungkin agak sedikit beda tiap universitas, tapi kurang lebih sebagai berikut,
  1. Formulir aplikasi yang (diprint bolak balik)
  2. Field of Study and Study Program (diprint bolak balik)
  3. Abstract program studi sebelumya max 300 kata
  4. Surat rekomendasi yang ditujukan kepada Rektor Universitas yang dituju dari Rektor/ Wakil Rektor/ Dekan 
  5. Dua foto berukuran 4.5cm×3.5cm yang diambil 6 bulan sebelum dan dituliskan nama dan kewarganegaraan dibaliknya
  6. Dokumen kewarganegaraan, seperti paspor
  7. Ijazah dan transkrip dalam bahasa Inggris
  8. Keterangan IPK yang diperoleh (waktu itu gw cukup transkrip aja, di transkrip ada keterangannya juga soalnya)
  9. Ringkasan skripsi
  10. Sertifikat Bahasa Inggris
Sebenarnya syaratnya simple karena kebanyakan beasiswa ke Jepang kurang lebih pasti syaratnya kaya gini, cuma karena deadline yang mepet jadi agak kalang kabut aja. Beruntung dari sekian banyak syarat tinggal rekomendasi aja yang belum dan bahkan sempat jadi kisruh karena saya salah nerjemahin syaratnya saking buru burunya. Saya kira harus surat rekomendasi atas nama Rektor atau Wakil Rektor karena surat rekomendasi ditujukan ke Rektornya Universitas di Jepangnya hahahaha. Sampai bolak balik departemen, dekanat, rektorat buat ngurus ini karena gak ada yang tau caranya. Sampai dikira bohong karena memang bulan Desember mana ada yang daftar monbukagakusho kan, orang rektorat taunya monbukagakusho itu ya April. Tapi aneh bin ajaib tembus juga rekomendasi wakil rektor itu hahaha. Kalian jangan kaya saya ya persiapkan dengan teliti semuanya, jangan dipersulit.

Kalau kalian lolos berkas (pasti lolos sih kalau udah kenal profesor di sana sih), kalian akan dikasi notice bahwa akan dilakukan wawancara. Kalau saya waktu itu gak dikasih tau tanggalnya kapan mau diinterview. Bahkan dokumen aja belum saya kirim karena kebetulan profesor saya mau ke Indonesia, jadi beliau menawarkan diri untuk ketemuan di Bandara Soekarno Hatta sekalian pick up dokumen. Saya di e-mail untuk persiapan interview tanggal 6 Januari, Profesor cuma bilang ASAP. Eh gak taunya esok harinya langsung interview, ampun haha.

Interview waktu itu dilakukan via e-mail aja. Ada 2 profesor lain yang waktu itu ikutan interview. Gak dikasih batasan waktu buat ngejawab cuma dibilang ASAP aja. Baca baca di internet katanya kalau bisa balesnya jangan lebih dari 24 jam. Jadi saya bales dalam kurun waktu 4-5 jam setelah email diterima. Pertanyaannya sih simple gak jauh beda sama ketertarikan kita, mau penelitian apa, bahkan bagaimana penelitian kita bisa menyelesaikan masalah di negara kita. Intinya begitu commit mau ikut beasiswa ini harus rajin rajin baca ya guys, karena interview akan datang tanpa notice. Tau-tau interview aja pokoknya hahaha.

2) MEXT Jalur G to G (Government to Government)

Kalau yang ini mungkin banyak yang sudah familiar kali ya. Beasiswa ini di Indonesia dibuka satu tahun satu kali tepatnya di bulan April. Jadi buat yang pengen daftar siap siap aja mantengin webnya ya. Memang sih ada yang bilang gak wajib cari profesor di awal. Toh beda sama U to U yang langsung diseleksi sama profesor di Universitas yang dituju, kalau G to G ada panitia tersendiri. Saya belum sampai tahap inetrview sih haha. Pertama seperti kebanyakan beasiswa lain, perlu kita ketahui syarat-syarat pendafatarannya. Adapun syaratnya itu sama sih kaya MEXT U to U. Dokumen yang diminta pun sama. Atau buat yang pengen daftar bisa langsung membuka website Kedutaan Besar Jepang yaa.

Mungkin yang membedakan adalah proses tesnya. Berbeda dengan MEXT jalur U to U. pada jalur G to G ini prosesnya banyak. Habis seleksi administrasi kita bakal langsung berhadapan sama tes tulis, yang dibilang susah gak, tapi dibilang gampang lah kok susah lulusnya hahaha. Tes tulis dibagi dua, tes bahasa Inggris dan Bahasa Jepang. Di sini kita harus milih SATU bahasa aja. kalau bisa dua duanya ya gapapa juga sih. Dari info mas mas panitia sihhh nanti diantara dua bahasa itu bakal diliat nilai paling tinggi kita di mana. Nah bahasa dengan nilai paling tinggi itu nanti yang di ranking. Untuk bahasa Inggris soal sih kaya ujian pada umumnya. Kalau bahasa Jepangnya dia ngasih 3 paket soal, beginner, intermediate, sama advance. Kalau ga bisa tinggalin aja di meja, kalau bisa silahkan dicoba.

Habis tes tulis masih ada beberapa tes lagi salah satunya wawancara. Nah kalau udah lolos wawancara katanya sih bakal diminta yang namanya LoA. Jadi jangan lupa persiapkan profesornya. Kalau bisa dari jauh jauh hari lebih bagus. 


Nah itu salah satu beasiswa untuk ke Jepang yang menarik untuk dicoba. Apalagi beasiswanya full dan termasuk biaya hidup. Itung-itung bertepatan dengan momen olympic tahun 2020 di tokyo nanti kan yaa. Kali aja bisa merasakan even kelas dunia yang digadang-gadang ramah energi itu.

Oh iya, FYI buat yang domisili di Jabodetabek dan Surabaya sebentar lagi pameran pendidikan Jepang mau digelar loh. Kalau di Jakarta sih di JCC kaya biasa. Acaranya tanggal 30 September ya untuk yang di Jakarta.
source: Jasso
Happy try!
Memasuki musim kemarau kali ini sepertinya panas akan kembali melanda. Bukan ini bukan soal pilpres 2019 yang isunya kembali menghangat, tapi soal antisipasi untuk menghadapi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan dan lahan.

Meski memang jika dilihat dari track recordnya kebakaran tahun 2018 ini belum separah kebakaran hutan di tahun 2015, tetapi tetap saja antisipasi upaya pemadaman harus tetap diperhatikan. Berdasarkan data di websites Global Forest Watch yang diakses pada 12 Agustus 2018, jumlah hotspot yang terpantau untuk periode pengamatan 4 Agustus 2018 - 11 Agustus 2018 tercatat sebesar 8.934 titik hotpot, dengan titik hotspot terpantau paling banyak terpantau pada Kalimantan Barat (kenapa ya? hmm). Meski titik hotspot ini tidak menunjukkan bahwa telah terjadi kebakaran pada lokasi tersebut, peringatan ini perlu diawasi agar kemungkinan kebakaran tidak terjadi. Tentunya kita tidak menginginkan peristiwa tahun 2015 kembali terulang bukan?

(Sumber: Global Forest Watch, diakses pada 12 Agustus 2018)

Melihat titik ini pemerintah seharusnya mulai waspada. Apalagi dengan adanya komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi hingga tahun 2030 mendatang sebesar 29%. Ya, sektor kehutanan dan gambut memang masuk ke dalam pemantauan dalam rangka penurunan emisi. Berdasarkan IPCC 2006 terdapat 4 sektor yang harus dilaporkan dalam komitmen penurunan emisi, yaitu sektor energi, industri (IPPU), AFOLU (agriculture, forestry, and other land use), dan limbah. Sejak 2015 silam pemerintah Indonesia memang mengubah target penurunan emisi untuk semua sektor dari 26% hinga 2020 menjadi 29% hingga 2030 terhadap BAU (Bussiness As Usual). Dengan bantuan Internasional, ditargetkan emisi dapat turun hingga 41% pada 2030.

Target ini kemudian dipecah kembali berdasarkan sektornya, sesuai sektor yang ada pada IPCC 2006. Untuk sektor kehutanan target penurunannya adalah 17,2%, untuk sektor pertanian 0.32%, sektor energi 11%, sektor industri 0,1%, dan sektor limbah 0.38% (sumber: Bisnis Indonesia). Dari target tersebut jelas terlihat bahwa pemerintah memiliki harapan dan target yang cukup besar untuk penurunan emisi pada sektor kehutanan.

Tingginya target penurunan emisi untuk sektor kehutanan ini bisa dibilang cukup wajar, mengingat sektor kehutanan termasuk pemasok emisi yang cukup besar terutama emisi yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, pada tahun 2015 mengalami kenaikan emisi yang berasal dari sektor kehutanan mengalami kenaikan sekitar 22.4% dari tahun 2014. Sebelumnya emisi pada tahun 2014 untuk sektor kehutanan yakni sekitar 979.4, sementara pada 2015 yakni sekitar 1545 (sumber: Ditjen PPI).
(Sumber: Ditjen PPI)
Apabila grafik di atas disandingkan dengan banyaknya titik hotspot yang terpantau pada Global Forest Watch, maka kita dapat melihat bahwa adanya tren kenaikan yang sama antara emisi yang disumbangkan dengan banyaknya titik hotspot. Walaupun tentunya statement ini masih harus dicari korelasinya (misalnya emisi terhadap kebakaran hutan dan lahan bukan hanya terhadap hotspot nya saja), tapi secara visual dari grafik kurang lebih trennya sama. Misalnya, nilai emisi cenderung turun pada tahun 2013 dibandingkan pada tahun 2012, dan cenderung naik dari 2013 - 2015. Hal ini sama dengan banyaknya pantauan titik hotspot yang terekam oleh Global Forest Watch. Laporan ketiga National Communication Indonesia (2017) menyebutkan bahwa emisi yang berasal dari kebakaran hutan dan lahan di kawasan gambut pada tahun 2014 menyebabkan tingginya inventory GRK melebihi baseline emisi pada NDC.
(sumber: Global Forest Watch diakses 12 Agustus 2018)

Berdasarkan laporan ketiga National Communication Indonesia, disebutkan bahwa pada 2016 resiko kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dan lahan diperkirakan mencapai USD 2.5 Miliar. Dampaknya yang besar baik terhadap penurunan emisi, dan ekonomi, membuat isu kebakaran hutan dan lahan ini menjadi seksi. Bahkan pada laporan yang sama disebutkan bahwa target mitigasi untuk kebakaran hutan dan lahan mencapai 21,770 Gg CO2e

Upaya yang dilakukan pemerintah tentunya sudah ada. Salah satunya dengan memoratorium perizinan di lahan gambut. Sejak tahun 2017 pemerintah bahkan membuat regulasi yang bahkan sempat menyebabkan ketegangan antara dua kementerian yakni Kementerian Perindustrian dan KLHK. Regulasi P.17/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 tentang pembangunan HTI. Perubahan besar besaran klasifikasi di lahan gambut menjadi kawasan budidaya dan kawasan lindung yang ebrdasarkan KHG ini menyebabkan banyak perusahaan HTI yang terdampak. Tapi kemudian pertanyaannya efektifkah regulasi tersebut dalam menekan kebakaran hutan khususnya di kawasan gambut?

Mungkin yang harus menjadi perhatian selanjutnya adalah data yang sama dari Forest Global Watch yang menyebutkan bahwa titik hotspot yang terpantau hanya 11% di kawasan gambut. Selain itu, dari total titik hotspot 64% berada di luar konsesi, 23% di kebun Sawit, 10% di konsesi bubur kertas, dan 4% di konsesi logging. Jadi dari data-data di atas kemungkinan terjadinya titik hotspot tidak melulu ada di kawasan gambut walaupun mungkin memang harus ditambahkan referensi perbandingan besaran penyumbang emisi kebakaran hutan dari kawasan gambut dan non gambut. Tapi, sama saja pada dasarnya kebakaran hutan dan lahan, ataupun pemantauan titik hotspot tetap harus dikurangi di kawasan apapun itu.

Untuk sanksi sendiri bagi pemegang konsesi yang lokasinya ada di gambut sudah ada pemantauan PROPER terkait dengan TMAT gambut, yang kategori nilainya akan berubah jadi hitam jika terjadi kebakaran pada kompartemen yang dimaksud. Tentunya akan ada sanksi untuk ini. Selain itu, tampaknya pemerintah melalui KLHK juga menerapkan deskresinya untuk pengenaan sanksi bagi para pemegang konsesi yang di wilayahnya terjadi kebakaran. Dikutip dari KBR (2015) Menteri KLHK Siti Nurbaya akan mengenakan sanksi administratif untuk area yang terbakar kurang dari 100 Ha. Sanksi ini berupa teguran tertulis, rehabilitasi lahan yang terbakar, serta area yang terbakar tersebut akan diambil negara untuk restorasi, ditambah permintaan maaf dari perusahaan. Sanksi kedua adalah sanksi moderat jika luas yan terbakar 100 - 500 Ha. Untuk sanksi ini akan ditambah dengan sanski pembekuan izin selama 6 bulan. Untuk sanksi berat akan dikenakan pencabutan izin. 

Meski pemerintah sudah secara tegas menyatakan sikapnya dalam melawan kebakaran hutan dan lahan, mungkin selanjutnya perlu dipikirkan jalan untuk meredam kebakaran hutan dan lahan yang tidak dimiliki oleh pemegang konsesi, di kawasan hutan yang masih diawasi negara misalnya. Dalam beberapa kasus tentunya penguatan KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) sebagai pengelola tingkat tapak perlu ditingkatkan kembali. KPH sebagai pengelola tingkat tapak tidak hanya berfungsi sebagai fasilitator pemanfaatan hutan tentunya. Namun, sering kali terbatasnya anggaran menyebabkan sulitnya patroli dan pengembangan IPTEK di lokasi KPH dalam rangka memitigasi kebakaran hutan dan lahan. Jangan sampai dari sisi pencegahan, teknologi, dan pengawasan KPH sebagai pemangku hutan yang diutus pemerintah tertinggal jauh dari para pemilik konsesi yang secara hitung-hitungan harusnya pemilik konsesi memiliki modal dan kapasitas serta kompetensi dalam melakukan pencegahan hutan, itu pun jika mereka mau.

------
*) tulisan amatir di kala senggang, mungkin akan diupdate jika ada tambahan pengetahuan. Haha.
Bogor -- Ada yang cukup berbeda dengan laman media sosial gw di 27 Juni 2018. Perbedaan ini cukup signifikan di semua lini media sosial baik facebook, twitter, whatsapp, dan instagram. Banyak orang orang yang gw kenal mulai membagikan foto mereka dengan jari kelingking berwarna biru, pertanda mereka baru saja memilih calon kepala daerah mereka. Cukup lucu juga, soalnya sepanjang yang gw inget dulu banyak diantara kita yang ogah memilih pimpinan lantaran tidak ada lagi calon pimpinan yang mereka inginkan. Gw pun pada tahun 2013 (?) saat pilkada sebelumnya termasuk yang gak nyoblos, alasannya malas balik dari kosan wkwkwk. 

Dikutip dari laman tirto.id, disebutkan bahwa tingkat partisipasi pemilih di Provinsi Jawa Barat mencapai 73%. Nilai ini jauh lebih tinggi daripada pilkada tahun 2013 yang hanya 63% (tautan klik di sini). Mungkin ini salah satu alasan kenapa media daring gw penuh dengan orang orang yang pamer habis ikut nyoblos, dan ada juga yang mengungkapkan political viewnya. Intinya rata-rata mereka udah gerah dapetin pemimpin yang ga bener, yang seneng duit doang. Pimpinan yang terpilih pun rata-rata yang memang memiliki pamor dan rekam jejak kesuksesan tersendiri. Banyak pihak yang mulai sadar bahwa karakter seseorang calon itu lebih penting dari partai yang membawanya. Toh, pada akhirnya sikap partai politik tidak ada yang bisa dipegang. Di kancah politik nasional bisa saja suatu partai bersitegang tetapi di pilkada mereka justru berdamai.

Tentunya, hal ini patut diapresiasi, yang artinya generasi baru mulai peduli dan sadar mengenai hal ini. Di komplek gw sendiri pun cukup banyak lansia yang bela belain dateng loh. Ditambah gosip ibu ibu yang bilang kalau dia mulai peduli dengan calon-calonnya. Jadi mikir sih, kok bisa ya? Mungkin efek media daring dan berita berita hoaks itu ga sepenuhnya jelek juga. 

Kaya yang kita tahu sekarang masyarakat sering termakan hoaks. Tapi kelihatannya masyarakat mulai pinter juga buat milah mana yang hoaks mana yang fakta, atau mungkin bisa dibilang mereka malu kalau tetiba ketauan kalau berita yang mereka sebarin itu hoaks.


So far, gw ngerasa pilkada tahun ini lebih adem daripada pilkada DKI yang rasanya panas banget. Cuma yang sangat gw sayangkan masih banyak diantara mereka yang termakan hasutan yang bertemakan agama, terutama sih generasi bu ibu dan pak bapak. Gw agak khawatir kalau ini, bedain mana yang bener ama yang agak susah soalnya. 


Cuma ngarep sih supaya pilpres 2019 nanti aman damai, no hasutan berbau SARA. Mau #2019gantipresiden atau #2019teteppresiden pun yang penting damai. Kalau timses pada gontok gontokan ga jelas apalagi sampai nurunin buzzer ga jelas. Mending coblos kertasnya deh kalau ribut gitu wkwkwk. Cuma balik lagi kepercayaan itu satu hal tersendiri bagi yang percaya monggo yang gak silahkan, cuma jangan pernah mengabaikan pribadi si calon. Udah kejegal korupsi mosok tetep dipilih, mau anak siapa juga kalau dianya salah ya salah.

Ciao~
Kimi wa petto merupakan drama adaptasi dari manga yang berjudul sama yang dikarang oleh Yayoi Ogawa. Manga ini sebenernya juga sudah pernah diadaptasi sebelumnya loh pada tahun 2003 dengan pemain Jun Matsumoto. Yep, Jun Matsumoto ini merupakan salah satu anggota Arashi, boyband keluaran Jhonny's Agency. Sayangnya gw blm nonton drama itu soalnya belum tertarik sama drama dan waktu itu distribusi drama belum selancar sekarang. Selain oleh Jun, drama ini juga udah pernah diadopsi loh sama drama korea di tahun 2011, siapa lagi yang main kalau bukan Jang Geun Suk. Yang ini gw nonton sih, tapi kurang membekas gimana gitu. Seru sih tapi ya udah kurang detail mungkin.
(source: google image)
Aniwei, sekarang gw mau bahas remake terbaru untuk Kimi Wa Petto. Udah kepo dari tahun lalu tapi baru ketemu sekarang dan langsung maraton buat ngelarin dan bahkan belum tidur sampai saat ini hahaha.

Sinopsis
Well, cerita ini dimulai dari kisah Sumire Iwaya -- 30 tahun (Noriko Iriyama). Wanita ini merupakan salah satu editor di salah satu media. Wajah cantik, tinggi semampai, ditambah lulusan universitas Tokyo dan universitas Harvard membuat dirinya cukup terkenal di antara rekan kerjanya. Karirya pun tergolong bagus. Hingga suatu ketika dia tidak sengaja meninju supervisornya yang mabuk dan hendak menciumnya, terlebih dia sempat memaki "hage jiji" atau kakek botak kepada atasannya itu. Terpaksa ia pun menjalani demosi ke departemen lifestyle. Tak hanya itu di kehidupan asmaranya pun ia bisa dibilang tidak beruntung. Pacarnya meminta putus, dan parahnya lagi pacarnya mengatakan akan menikah dan wanita yang akan dinikahinya sedang hamil. Ia pun melampiaskannya dengan mabuk. Saat mabuk ia teringat kejadian di pagi hari, dimana ia melihat anak tetangga apartemennya yang tengah memungut anak anjing, tetapi sang ibu tidak mengizinkan untuk memeliharanya. Teringat dengan anjingya bernama Momo yang sudah mati saat ia kecil, Sumire pun akhirya bergegas ke tempat anak anjing itu untuk memungutnya sembari mabuk. Sesampainya di tempat tersebut alih-alih anjing, Sumire justru menemukan seorang pria muda bernama Takeshi Goda -- 20 tahun (Jun Shison). Dalam keadaan mabuk dan stress Sumire memeluk pria tersebut dan menyangkanya sebagai Momo.

Singkat cerita keesokan harinya, Sumire tidak ingat mengenai kejadian itu dan panik karena ada pria asing di kamarnya. Sebelum berangkat, krena sudah membantu Sumire, ia pun membuat makanan dan meminta pria itu pergi usai makan. Akan tetapi, sekembalinya ia dari kantor ternyata pria muda itu masih berada di rumahnya. Pria itu berdalih lapar dan tidak punya tempat tinggal. Akhirnya keduanya pun membuat kesepakatan, Takeshi diizinkan untuk tinggal di sana dengan syarat ia bersedia menjadi hewan peliharaan Sumire dengan nama "momo". 

Selang waktu berjalan, Sumire dan Momo pun semakin saling mengetahui kepribadian masing-masing. Meski terlihat mandiri, pintar, tegas, dan dingin ternyata Sumire merupakan pribadi yang mudah khawatir, ia pun tak mudah menunjukkan kelemahannya di depan orang lain termasuk menangis walaupun sebenarnya dia sangatlah cengeng. Anehnya, Sumire tak canggung untuk menangis dan curhat kepada Momo, manusia anjing peliharaannya itu. Salah satu hobi Sumire ketika sedang stres adalah mengeramasi rambut Momo. Untuk urusan asmara, Sumire memang memiliki standar yang tinggi, hal ini dikarenakan pengalamannya dicampakkan pria. Menurut dia jika ingin berbahagia maka pria tersebut haruslah memiliki pendidikan tinggi, kaya dan tinggi.

Berbeda dengan Sumire, Momo sendiri cenderung tertutup. Bahkan pada awal episod Momo enggan menyebutkan nama aslinya. Selang waktu berjalan akhirnya diketahui bahwa nama asli Momo adalah Takeshi Goda. Dari orang-orang di sekelilingnya Sumire menyadari bahwa sosok Takeshi bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan salah satu penari yang hebat di bidangnya. Tak tanggung-tanggung ia sempat memenangkan kompetisi balet tingkat internasional. Meski pada akhirnya ia pun memutuskan pindah dan menekuni tari modern. Kemampuannya di tari modern pun diakui, bahkan ia diminta untuk merancang koreografi salah satu acara yang mendapat perhatian dunia.

Hubungan antara majikan dan peliharaan ini awalnya berjalan baik-baik saja. Hingga suatu ketika Sumire bertemu dengan seniornya pada masa kuliah dulu. Shigehito Hasumi (Terunosuke Takezai) merupakan salah satu karyawan yang memiliki karir yang baik. Sama-sama lulusan dari Universitas Tokyo, editor di bidang hubungan internasional ini baru saja dipindahkan dari kantor cabang di Jakarta. Betapa terkejutnya Sumire ketika bertemu dengan Hasumi di depan lift. Bagaimana tidak, Hasumi adalah cinta pertama Sumire dan bahkan ia pernah tidur dengannya. Hubungan keduanya di perkuliahan tidak berlanjut lantaran saat itu Hasumi sebenarnya sudah memiliki pacar. 

Melihat Sumire kembali, Hasumi pun segera menyatakan bahwa ia masih memiliki rasa pada Sumire. Namun, Sumire alih-laih senang, ia justru gugup dan cenderung sulit untuk berterus terang sehingga hubungan mereka maju-mundur. Di sinilah Momo kemudian membantu Sumire, walaupun Momo tahu ia ternyata menyimpan rasa pada Sumire. Di lain pihak, seorang pegawai bernama Shiori Fukushima (Yurina Yanagi) pun menaruh rasa pada Hasumi, ia pun tipe orang yang menghalalkan apapun untuk mendapat yang ia inginkan. Ia bahkan mengetahui fakta bahwa Momo adalah hewan peliharaan Sumire bukan sepupu seperti yang diakui Sumire selama ini.

Meski pada akhirnya Sumire dan Hasumi berpacaran, ternyata Hasumi kembali dimutasi ke Kantor Cabang di Seoul. Saat itulah Hasumi kemudian melamar Sumire dan mengajaknya ke Seoul. Sumire pun menjadi bimbang, ia merasa bingung apabila harus meninggalkan Momo. Akan tetapi, desakan untuk segera menikah dikarenakan umurnya yang sudah kepala 3 dari keluarganya membuat ia tak punya pilihan lain. Di lain pihak ia melihat Shiori menyatakan perasaannya pada Hasumi, yang akhirnya ia merasa kebingungan, tapi alih-alih mengejar Hasumi ia justru kabur dari lokasi kejadian. Di tengah kebingungannya, Sumire memilih bertahan di Tokyo dan memilih LDR dengan Hasumi. Sebaliknya, Shiori justru mengejar Hasumi ke Seoul dan menjebak Hasumi dan memintanya menjadikan dirinya hewan peliharaan.

Sementara itu, karir Momo semakin baik di dunia seni tari dan bahkan mendapat tawaran beasiswa ke Belgia. Hingga pada akhirnya Momo akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Sumire dan mengambil beasiswa tersebut.

Apa reaksi sumire mengetahui hal itu? Siapa yang akhirnya ia pilih? Dan bagaimana kelanjutan hubungan Hasumi dan Shiori sebagai majikan dan hewan peliharaan di Seoul?

Review
Nah itu gambaran singkat cerita ini. Tapi kalau dilihat sebenarnya Sumire ini menyebalkan dan egois. Karena dia berputar-putar, ingin pacaran dengan Hasumi tapi ingin Momo tetep di sisi dia. Momo pun selalu dengan sabar mendengarkan curhat Sumire soal Hasumi, meskipun ia sebenarnya memendam rasa juga. Menurut Momo "hewan peliharaan hanya bisa melakukan apa yang diminta oleh majikannya". Ia pun enggan untuk menyatakan perasaannya lantaran status dia yang saat itu merupakan hewan peliharaan.

Gak hanya itu, hampir di setiap episode adegan ciuman antara Hasumi dan Sumire pasti ada. Ditambah hubungan badan antara keduanya walaupun ga eksplisit. Sampai gw mikir ini cowo kayanya ga suka deh masa cuma hubungan badan aja, dengerin jarang. Beda kan sama Momo yang dengerin dan perhatian banget sama Sumire.

Btw untuk spoiler. Sebenernya pada akirnya gw mulai suka dengan sikap Momo yang mulai berani melepaskan status dia sebagai hewan peliharaan dan memilih mengejar beasiswa dia ke Belgia. Ia bahkan menyatakan perasaanya sekaligus melamar Sumire. Meski yah ga dijawab saat itu juga sih, Momo meminta Sumire menunggunya 3 tahun untuk memberikan jawaban. Dalam satu interview dengan koran, Momo menyebutkan bahwa tujuan ia menari adalah seorang wanita yang tentunya tak lain adalah Sumire. Ketika ditanya apa yang akan ia lakukan, ia menaytakan bahwa ia akan mengambil beasiswa sekaligus melamar untuk bekerja di salah satu agensi. Ia menyatakan meski berat hal itu ia lakukan karena ingin menabung untuk melamar wanita yang menjadi inspirasinya alias Sumire. 

Anehnya, meski untuk ukuran film 16 episode ini terasa terlalu panjang bahkan dipanjang-panjangkan tapi tetep bikin kepo. Walaupun sering kesel kenapa si Sumirenya gitu amat, tapi liat Momo akting langsung bikin fokus lagi. Gap nya 10 tahun sih, tapi kayanya lebih sering ngerasa Momo lebih dewasa deh dibanding Sumire yang jelas udah lebih tua. Di lain hal rasanya plot ini gw kayanya kenal deh, mirip sesuatu apa gitu. Kalau ending semua hal bisa sama kaya gitu berakhir bahagia enak kali ya ahahaha.

Aniwei, sebenernya ini film bagus banget, meski pas di akhir adegan nikahnya gak greget (ups spoiler). Kalau versi koreanya kan kayanya mewah banget tuh pas adegan nikahnya. Ini kok berasa lempeng gitu. Tapi buat ngabisin waktu bolehlah dicoba nonton filmnya. Yang akan membuat kalian jatuh hati di sini pastinya adalah penampilan Jun alias Takeshi alias Momo yang menggemaskan. Kalau peliharannya kaya dia aku mau deh angkut ke rumah hahaha lucu abisan. Di antara semua versi rasanya versi Jun ini yang paling memikat. Kalau cewenya no comment ahahhaha.

Well, selamat bermalam minggu~
(Source: Google image)