Hidup adalah soal memaknai nya.

Memaki pada hal yang berjalan tak sesuai dengan rencana. Atau merasa bahwa dunia tidak adil rasanya hal yang tidak bijaksana. Hidup adalah soal memaknai. Tentang bagaimana kita memandang nya. Apakah kebahagiaan adalah sesuatu yang harus terus menerus tersirat dalam nyata. Bukankah kebahagiaan dapat berupa kasat mata pula?

Gagal adalah sesuatu hal yang kerap kali menjumpai diri kita. Jatuh saat berjalan saat kita masih balita juga merupakan bentuk kegagalan bukan? Bukankah kebahagiaan orang tua adalah ketika melihat kita berhasil berjalan setelah berkali - kali terjatuh.

Ketika hati kita terluka dan kita menangis. Terkadang akhirnya kita mengambil keputusan untuk menjaga jarak atau bahkan memutus silaturahmi. Pertanyaanya adalah mengapa? Bukankan saat hati mulai terbuka, dan kita mulai berani membentangkan sayap- sayap hati, artinya kita sudah siap untuk terluka? Bahkan dalam kesedihan akan luka hati, bukankah ia juga telah mendatangkan beribu cerita manis dalam hidup kita?

Hahaha. Rasanya semua ini patut kita renungkan dan tertawakan. Saat kita hilang kendali dan terjatuh, terluka, dan menangis kita justru menyalahkan semua hal. Bukankah apa yang terjadi merupakan keputusan yang telah kita ambil? Bukankah kebahagiaan hadir setelah luka? Kenapa kita harus terburu - buru mencari kebahagiaan yang dipaksakan? Pada dasrnya ketergesaan itu datangnya dari setan sedangkan perlahan datangnya dari hati nurani, begitu kata buku yang saya baca.

Hidup adalah soal memaknai. Bahkan ketika kesedihan pun bisa menjadi hal yang membahagiakan ketika kita melihatnya dari sudut pandang lain. Kenapa pula kita harus terjebak pada kesedihan yang kita buat dalam pikiran kita sendiri? Rubahlah mindset dan semesta akan bergerak pada energi - energi positif yang kita buat. Maka bangkitlah, dan tersenyumlah. Ubah makna dalam setiap perjalanan hidup kita ke arah yang positif. Sesungguhnya kebahagiaan sejatinya adalah sesuatu yang kita ciptakan. Karenanya janganlah ragu untuk melangkah, jejakkan kakimu, dan mulailah berjalan dengan kakimu sendiri!


When life tries to knock all the wind out of you
You've got to roll, roll, roll with the punches 
If all life offers is black and blue 
You've got to hold, hold, hold your head up high 
When life tries to knock all the wind out of you 
You've got to roll, roll, roll with the punches 
If all life offers is black and blue 
You've got to roll, roll, roll with the punches
Lenka - Roll With the Punches 



credits: LenkaVEVO
credits: LifehouseVEVO


What day is it? And in what month?
This clock never seemed so alive
I can't keep up and I can't back down
I've been losing so much time


'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to lose
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you


One of the things that I want to say just aren't coming out right
I'm tripping on words
You've got my head spinning
I don't know where to go from here


'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to prove
And it's you and me and all other people

There's something about you now
I can't quite figure out
Everything she does is beautiful
Everything she does is right

'Cause it's you and me and all of the people with nothing to do
Nothing to lose
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you
and me and all other people with nothing to do

Nothing to prove
And it's you and me and all other people
And I don't know why, I can't keep my eyes off of you


What day is it?

And in what month?
This clock never seemed so alive



Source: www.azlyrics.com/lyrics/lifehouse/youandme.html
Dan ge terpesona sama keindahan pantai tanjung bira. Alasannya? Yah karena suka aja. Memang ada lagi alasan untuk sebuah kata suka. Terkadang menyikai sesuatu hal memang gak perlu alasan yang rumit. Sederhana, tapi hati tau kenapa. Pertama kali denger tentang tanjung bira itu dari buku backpaker Indonesia yang gw baca tanpa membeli di gramedia. Waktu itu, sayang sekali bukunya gak berwarna. Cuma keterangan yang masih gw inget, tanjung bira, Bulukumba. Kakek gw (atau biasa gw panggil nenek ayah) lahir di Bulukumba. Mungkin dari seluruh keluarga besar gw, cuma gw sama adek gw yang belum pernah ke sana. 

Selesai sampai situ dan gw pun lupa akan tanjung bira. Maklum orang sibuk. Sibuk galau yah kalau gak sibuk ngegabut. Setelah agak lama sejak hari itu gw baca novel soal tanjung bira, dan kebetulan momennya pas. Sebentar lagi gw bakal ke Makassar (!). Iseng gw mulai browsing, daaan oke itu kereeeeeeeeeeeeen banget. Subhanallah banget dah. Salah satu pantai terindah yang pernah gw liat. Rasanya pengen guling - guling di pasirnya. Gak tedeng aling - aling gw langsung 'ngebujuk' orang tua gw buat ke tanjung bira dengan tameng "belum pernah ke bulukumba". Haha. APdahal dari bulukumba masih lumayan juga ke tanjung bira nya. Susah emang kalau di keluarga gak ada yang hobi ngebackpak gembel kaya gw. Gak ada temen jalan! Sendiri sih yo gak popo, cuma aing cewe siah. Eh, salah maksudnya saya wanita dan rasanya sih harus menjaga diri, benar bukan? Tapi ya kalau udah ngebet sih lain cerita huehehe.

Rasanya pengen banget ke sini rame - rame. Bareng temen - temen yang lain, tapi tiket pesawatnya peer juga sih ya. Sebenernya sih gw cuma ngincer foto aja. Hehe. Tempat baru, kebiasaan baru, masyarakat baru, kehidupan yang berbeda, pengalaman, dan tentunya sebuah pembelajaran hidup. Dunia, eh ralat itu mah keluasan jangkauannya. Indonesia itu luas, bahkan kalau mau kita menghapal peta di otak bakal sulit. Sedangkan kita hidup, tinggal, dan menjalankan kehidupan sehari - hari kita yang kecil. Kita gak tau kayak apa dunia luar. Kalau gak melihat kita gak bakal deh percaya sama apa yang ada di 'dunia luar'. Jangan batasi pikiran, karena hidup tergantung mindset kita. Haha. #soktau.


Wuau rasanya kehidupan ini menjadi benar - benar sibuk belakangan ini. Yah kesibukannya sih udah teredam saat ini. Gak ada lagi kegiatan. Lebih tepatnya sulit buat nyari sela, kecuali dengan alasan tertentu yang kepepet banget. Haa~ rasanya di rumah setelah ngebolang dan penuh kekisruhan itu, boseeennnn banget. Jadi daripada bosen mending ibadah aja deh, mumpung bulan puasa. Ibadahnya nulis blog ya. Haha. Kan berbagi pengetahuan juga salah satu amalan baik :p #ngeles.
Foto setelah pelepasan bersama bapak dekan, pak Bambang; perwakilan dosen MNH
pak Prianto; dan perwakilan HPGW Pak Tatang

Kemaren gw baru aja nyelesaiin tahap 1 pengambilan data ESM. Untuk tahun ini fokus utamanya adalah potensi kayu bakar yang dapat dimanfaatkan warga sama pemanfaatan air di kawasan HPGW. Buat gw yang rada - rada belet, tema ini kok rodo berat ya. Gak berat ding, lebih tepatnya gw kagak ngarti. Mungkin buat angkatan 46 udah lebih ngerti dan lebih banyak pemahamannya soal ini. Kayu bakar apalagi DAS aja gw belum belajar haha. Jadi kuli - kuli boleh lah yaa.

Kalau ditanya apa yang paling berkesan dari kegiatan kayak gini itu adalah pengetahuannya. Banyak hal baru yang diajarin senior lu ke lu. Apalagi hal - hal yang ga kita tau ataupun yang belum diajarin. Semisal ngitung kayu pake staple meter, ngitung debit, kejernihan, maupun pH air, ditambah pengambilan data sosek yang akhrnya maksa gw buat wawancara ke masyarakat. Ahhhh, itu dia yang paling ngebete in. WAWANCARA. Gw sih suka aja, asal data dari gw, gw yang nentuin mau bahas apa, tema ditentuin sih gak apa - apa, tapi gimana caranya ya suka - suka gw. Gw udah biasa dengan pola kaya gitu, cuma dapet tema doang. Eh ini tiba - tiba dikasih kuisioner, dan disuruh gak pake sistem ngisi, alias natural. Idihhhh susah siah. Kagak mau dah gw ambil skripsi sosek, makasih banget.
mencari kayu bakar pada plot yang telah ditentukan

penghitungan jumlah kayu bakar menggunakan staple meter

Kalau perencanaan sama pemanfaatan itu digabung. Awalnya kita disuruh nyari titik PUP atau PUS pake GPS. Gw kebagian PUS 81 sama PUP 88 sama kelompok keluarga cemara, dengan bundo = kak riri, ayah = cahya, anak ke-1 = Kak Tri, anak ke- 2= Kak Laysa, anak bungsu= gw :3. Akhirnya jadi juga gw anak bungsu. Hahahaha. Eh ini apa lagi gaje malem - malem gw. Jadi setelah udah sampe di titik, kita ngemarking ulang, gak lupa di average dulu sampe 100s. Udahannya kita buat plot lingkaran seluas 0,1 ha, atau dengan jari - jari 17,8 m. Yang pegang tali di titik pusat gw, dan yang nerobos ya kak Tri, sisanya mulai ngumpulin kayu bakar. Awalnya kita rempong, bingung kayu bakar yang kayak gimana. Masalahnya kita tidak ternaungi tegaan apapun, paling adanya Jati. Padahal jati itu kan gak cocok ditanam di dataran tinggi jadi aja hasil kayu nya kopong. Tapi untung ada sang ayah, yang dengan rajinnya mengumpulkan kayu bakar, dan voila ternyata banyak. Cahya emang jago buat nyari kayu. Dan begitu seterusnya dilakukan hal yang sama pada PUP 88. Bedanya pohon pusat PUP harus di marking. Sambil nyari kayu gw banyak kepo soal PS. Jadi gw ngambil apa yaa~~ haha
menghitung debit dari rembesan, karena deras dipake  per 20 s

Endapan karat atau cipeurey

pemanfaatan air oleh warga, sayang airnya kering

Penghitungan volume air

Menghitung pH air

Tingkat kejernihan endapan karat, 947 dari skala 0-1000

Mengukur tingkat kejernihan air

Hari terakhir, hari paling rodo banyak juga aktivitasnya. Hidrologi! Mana gw dapet sungai yang lumayan jauh pula. Haha. Untung aja ketuanya kak Hastuti jadi aman lah. Setelah nemu sungai kita nyusurin sampe hilirnya, dan ternyata hlirnya di TVRI. Alamak jauh nian, untung lagi kering jadi kita ngitung debitnya dari air rembesan aja. Kalau kagak, bisa guling - guling di jalan gw. Haha. Udah sampe hilir kita balik lagi nyusurin sampe perbatasan, dan lagi - lagi kering brodah. Ada sih pemanfaatannya. Buktinya ada paralon di situ, tapi emang lagi musim kering jadi kagak bisa diukur. Boro air masuk paralon, ada aja udah syukur. Nyampe ke mess kita mulai disibukkan ngukur volume buat debit, tingkat kejernihan, sampe pH. Dan kelompok gw waktu itu bawa sample air endapan karat yang menurut bahasa sundanya Cipeurey, yang jijik banget bentukannya. Dan tingkat kejernihannya adalah 947 dalam skala 0-1000. Wuihiwwww. Ada yang lebih aneh sih. Si buntang disuruh bawa contoh air dia malah bawa cacing planaria sama kecebong yang dikasih nama 'cebs'.

Sebenernya yang paling seru adalah udahannya. Setelah kak putri kusak - kusuk tetangga, kita bersepakat jailin kak Habibi. Dan 'Byuuuuurrr' semua sample air yang udah  di cek lalala nya (termasuk endapan karat menjijikan itu) disiram ke kak Habibi. Mantaaaaappp. Gak lupa yang baru ualng tahun alias ibu negara alias Fitha juga turut kena korbah. Hahaha. Dan dengan konyolnya di tengah perploncoan itu kak Endita jatuh. Pake acara salto dulu pula. Bukan ditolongin si Hae malah ngomong "Tuh kan kak endi, mentang - mentang anak MR akting mulu deh". *errr okay -______-

Kak Khabibi, ketua kita, ingatt kak hari pembalasan itu ada haha

Fitha yang baru ulang tahun juga kena~

Berusaha melepaskan diri? tenang aja pasti gagal

Malemnya, malem penutupan kita main bareng. Seru - seruan kayak ngambil undian. Yang konyol itu pas kak Bundo di gombalin sama kak Christon. Kak Arum yang disuruh nyanyi lagu balonku ada 5 pake bahasa jawa juga mantep haha. Sumpah mirip Gacat. Kak Bundo yang suruh video klip lagu bareng kak BF juga konyol. Hahaha kocak dah. Malem makin larut, anak - anak pun bubar. Gw sih lagi ngedit video buat ESM bareng tim PDD. Tiba - tiba kak BF duduk depan gw dan kedap - kedip konyol, kayak oarang gila. Mampus. Gw ngakak sumpah. Mana gak berhenti pula. Sampe akhirnya gw ngomong 'ampun - ampun, udahan ge', baru bubar. Ruapanya mereka lagi main truth or brave. -_____-.

Dan akhirnya hari kepulangan tiba. Gw, kak Laysa, mba Dian, Mba wulan, Boentang, Hae, Fitha, kak BF, sama Afdhal naik angkot yang plaing pertama dateng. Alesannya? Kita mau beli mochi. Hahaha. Untung aja, soalnya angkot setelah kita gak pada dateng. Mochi menyelamatkan hidup kita. Hidup mochi! dan selama di perjalanan kita main games pembodohan. Makasih buat kak BF yang murah hati mau memperbodoh kami dengan soal - solanya. Hahaha. Aniwei gw jadi dapet bahan buat ngisengin para rakyat jelata pas kongkow - kongkow SR nanti yang entah kapan. Hahaha.



Foto pelepasan bersama pihak HPGW
Terima kasih atas jamuannya :D
Sebuah cerita selipan tadi soal senja yang begitu memukau hari ini. Bahkan pendar jingga memercak tanpa malu - malu di semua elemen yang dapat gw tangkap. Di atap rumah, di jalan setapak, atau bahkap pada genangan air. Dan gw suka saat - saat ini, rasanya begitu syahdu dan tenang. Oke gw tau gw mulai melankolis dan kayak nenek - nenek, but who cares.

Ini ada hasil jepretan amatir gw selama P2EH. Beberapa diantarnya gak sengaja ketangkep, dan lainnya berkat bantuan Rama yang ngasih saran buat ngecapture gambarnya. Dan buat yang gak sengaja tertagkap kamera, terimakasih yaa :D

-- Suaka Margasatwa Gunung Sawal dan Situ Lengkong
Langit Puncang Gunung Sawal 1700 mdpl

Sepeda air di Situ Lengkong

Mencari nafkah di Situ Lengkong

Kalong di Situ Lengkong

Kepik

-- Cagar Alam Pantai Pangandaran, Batu Karas, dan Green Canyon
Sore hari di pintu kawasan Cagar Alam Pangandaran

Senja hari di pinggir pantai

Pantai Barat Pangandaran

Macaca yang setia menemani hari di Pangandaran

Pencari kayu bakar di batu Karas

Green Canyon

Pantai cagar alam pangandaran

Biawak depan kawasan Cagar Alam

Sunset di Pantai Barat

Nelayan mulai menurunkan kapalnya

Malam di Pantai Barat

Bulan purnama di Pangandara

Ombak

Pencari kayu Bakar di Batu Karas

Senja itu kau datang tiba - tiba
Berpendar jingga menyala
Memantulkannya pada apa saja yang ditemui



Senja itu kau datang tiba - tiba
Bulat sempurna
Seolah langit adalah panggung mu


Senja itu kau datang tiba - tiba
Seperti senja yang pernah mucul bertahun lalu
Seperti ia yang muncul tiba - tiba saat itu
Aku rindu pada rembulan yang mengintip malu dibalik awan, atau sekedar mendengarkan naynyian ombak yang lamat meninabobokan. Pada hidup penuh kesederhanaan dan pengertian yang ada. 

Aku rindu pada hiruk pikuk dan keheningan yang datang tiba - tiba. Pada hal - hal yang tak dapat diduga. Aku cinta pada kejutan yang ada. Atau pada biasa yang tiba - tiba menyertai keseharian.

Kita begitu berbeda. Bahkan pada alam yang pelan menertawakan dalam hening. Tak ada ragu, tapi justru itu yang dicari. Keindahan yang menyertai tiba - tiba, dan tak sanggup dijelaskan.

Aku rindu pada saat - saat itu. Hingga tak tahu harus dari mana aku memulai semua kata. Aku kini merindu. Tapi kata orang kenangan itu kekal. "Yang fana adalah waktu dan kita abadi" begitu kata sebuah sajak yang terkenal. Karena pada setiap kenangan selalu terselip cerita yang tak mengenal batas waktu, dan kita tetap hidup pada kenangan itu.

Aku merindu. Merindukan angin yang begitu bebas dan kuhirup lamat - lamat hingga tak cukup paru - paruku menahannya.

Aku merindukan hujan yang turun pelan - pelan dan dinanti pada musim kemarau yang beranjak semakin kering.

Dan aku semakin merindukan bintang. Yang pijarannya berpendar malu - malu pada sela kegelapan malam yang tak jemu nya kupandangi seolah aku tak dapat melihatnya lagi.

Entahlah, yang jelas aku merindu.
--When I saw you
Awalnya gw ngerasa zong terdampar di dunia lain pas ketemu anak kelompok gw, kelompok 3A - 2, Jalur Cagar Alam Pangandaran - Gunung Sawal. Ada Tiwi yang merupakan delegasi IFSA ke Turki, terus Dimaz yang dieeeeemm aja, ada Mulyadi anak ibad yang nyeremin, Aruni yang cuek, dan Okta yang mukanya juetek abis. Ada juga Rama sama Dita, tapi mereka kan udah gw kenal, apalagi Dita temen sebangku gw waktu SMP. Waktu pembekalan gw rodo ngerasa rame dan heboh sendiri sementara yang lain diem aja. Hahaha. Agak gelisah juga sih bakalan gimana nanti di lapang. Penasaran gimana nanti P2Eh nya. Tapi kata orang jalanin aja dulu. Manusia di alam itu terkadang punya wajah yang berbeda.
Nguji tanah, masih kaku gitu dah. haha

--Day 1
Hari pertama, nge-Anveg hutan dataran rendah. Sesuai pembagian tugas gw disuruh ngurusin tanah sama Mulyadi. Gw bingung harus bersikap kaya apa. Maklum dengan sikap gw yang slengean begini gw bingung ngadepin orang, takut dianggap kasar. Gw pernah sih ikut dkm dan cukup dipercaya dulu jadi gw cukup tau lah batas-batas berteman dengan lawan jenis. Walaupun gw udah mikir macem - macem, ternyata Mulyadi gak kaya gw bayangin. Koplak banget ternyata malah. Dia punya ketawa yang unik. Lucu aja ngeliatnya. Berasa liat si Gori. Gw dan Mul yang cuma ngurus tanah beres dengan cepat. Akhirnya gw sama Mul bantuin Rama dan Aruni bikin profil hutan. Gw yang nge-nembak kompas, Mul yang ngukur2 jaraknya. Sementara itu Tiwi masih anteng dengan Pancang nya. Dita dan Dimaz juga anteng ngukurin tiang. Dan Okta yang paling anteng ngukur suhu, biota tanah, sama semai di petak mungilnya itu. Selesainya gw, rama, mul langsung nyusurin pantai. Gw sama rama hunting foto, si mul nyari kumang di pinggir pantai (-_____-). Setelah ber haha -hihi ria di pinggir pantai, serta foto - foto bareng Fitha, Septi, Gacat dan memperoleh luka robek di lutut akibat jatuh di karang kita pun balik. Dan gak lupa foto kelompok dan juga jadi kurir foto. Haha

Sore nya kita pun mencicipi angin sejuk dari tempat wisata pangandaran. Mengirup udara asin yang tercipta. Buat gw ini soal foto. Gw nyari foto yang seru. Tapi buat Gacat ini semua soal kolor buat Novan. Dan dia pun nyari kolor couple-an sama Novan.
Habis Praktikum menuju kepulangan
Aruni sama Kasaya mau banana boat
Es kelapa pinggir pantai
--Day 2
Dan sekarang nge-anveg hutan Pantai. Hutan pantai ada di daerah pantai Barat. Pasirnya mungkin gak putih, lebih tepat disebut ceceran kerang dan karang putih. Pas kita dateng masih pasang dan tinggi, maklum bulan purnama bentar lagi waktu itu. Mulyadi langsung ngedeketin bibir pantai, Tiwi juga sama. Kita langsung heboh neriakin si Mul "Awas astrini maraaahhh". Haha. Kali ini gw anveg tiang bareng Tiwi, dan banyaaakkk banget jadi gw sebel. Udahannya kita langsung nyemplung ke pantai yang udah surut. Foto - foto dan ngubur advent. Pas lagi main air, eh tau - tau lelaki pada heboh "uler laut! uler laut" terus pada lari - larian gitu. Pas denger langsung gw nyamperin. Si Mul, Bayu langsung ngodok karang, terus gw liat ada uler putih item gitu, kaya erabu, tapi sayang gak sempet di foto.

Sorenya kita balik lagi ke "bara" nya Pangandaran. Yang jelas kita makan bakso lagi untuk kedua kali nya, tapi kita tidak sendirian kali ini. Haha. Soalnya ada Dimaz, Andri, sama Indra yang lagi belanja. Kita ajak mereka ke tukang baso Acip yang seporsi nya 20ribu. Anehnya biarpun kita banyakan rasanya balik ke wisma d kawasan cagar alam kali ini berasa horor. Memang wajar sih soalnya untuk mencapai wisma tempat menginap kitaharus melintasi hutan di kanan kiri jalan dan ga ada penerangan. Ditambah dengan pemandangan bulan oranye yang dihiasi awan yang malu - malu di langit. Jadi berasa horor.
Selamat jalan advent
Para pencuri kapal, haha
Baso acip, baso 20rebu
--Day 3
Ini dia hari yang ditunggu! Jalan - jalan ke Green Canyon #ehhh. Salah maksudnya anveg hutan mangrove di Batu Karas naik truk kayak sapi. Haha. Salah lagi. Lumayan sih, cuma emang tanaman mangrove nya masih kecil, dan pas nganveg kita masih kena pasang setinggi lutut, mana luka robek gw masih basa pula kan. Tapi bagus juga sih jadinya tajuk nya masih kecil dan gak rempong.

Nah udahannya kita langsung ke green canyon. Ini dia yang ditunggu - tunggu, Menjelajahi Green Canyon! Kita ke sana naik truk, sedih liat kiri kanan isi parkiran bus, kalo gak mobil, laa kita? truk. Udah kaya sapi. Haha. Gw se-kapal sama Okta, Tiwi, rahmi, Ajrin, dan Ella. Rahmi seperti biasa asik foto - foto sana sini. Maklum ibu KP ekowisata. Setelah sampe kita langsung berenang, padahal gw gak bisa. Dan sumpah arusnya kenceng, susah banget gw maju nya, mana si gacat narik - narik celana gw dan anak2 nyamperin gw minta di foto. Pas lagi berenang gw seneng aja ngetawain bang rinal yang berenangnya kaya gak maju - maju. Kocak sumpah. Atau om Surya (red: Aji) yang sok - sokan lompat dari batu yg tingginya paling semeter dari atas air. Pas di jalan kita liat ada yang body rafting, Kita sok - sokan ngikut mereka body rafting tanpa pengaman. Haha. Yang penting gratisss, toh sama aja. Pas arus mulai mereda gw liat anak2 pada naik ke batu. Ternyata mereka mau loncat. Gw ikutan naik pas diajak puspa. Dan ternyata itu 10 meter pantes tinggi. Gw jiper juga, tapi kalau turun gw malu aja. Haha. Toh yang lain bisa kenapa gw gak. Dan 'byuur' sensanyi itu loh mantap sekali. Dan om aji kocak banget. Doi naik paling awal pas di atas "sob duluan sob" "ayo sob semangat" dan alhasil dia loncat belakangan haha. Adventa aja bisa kok haha. Dan sejak itu lah fika alias kincot dipanggil gacat, gak wani loncat.
Hutan magrove, 3A-2 Joss!
Pantai Batu Karas
Pemberangkatan Green Canyon
Asli nya ini kebawa arus
--Day 4
Sebenernya hari ini disediain buat ngerapihin data, tapi buat gw, Gacat, Septi, dan Fitha. Ini hari buat jalan - jalan. Rencananya siang kita bakal caving dan sorenya naik sepeda. Rute caving dimulai dari goa rengganis, lanjut ke gua parat, gua keramat, dan gua sumur mudal. Pas di gua mudal yang terakhir kita keluar lewat pintu satunya, dan jeng jeng kita terdampar di tepi huta. Langsung GPS, Kompas, dan nalar beraksi. Kita nyari jalan sendiri ke jalan setapak menuju wisma. Seru deh, jadi kayak aplikasi teknik navigasi. hahaha. Aniwei. Gw selalu suka caving, selalu ada yang menarik pada dinding gua yang hening dan dingin. Dan gw selalu ngerasa di situlah eksotisme gua. Gak tersentuh namun anggun dan dingin.

Sorenya seperti yang dijanjikan kita pergi sepedaan, wkatu menunjukkan jam 5 dengan duit 30rbu kita sepedaan selama satu jam. Awalnya rusuh, soalnya naik sepeda nyambung 4 itu gak gampang. Setelah mulai terbiasa kita pun jalan - jalan sambil nyariin inceran belanjaan ataupun oleh - oleh. Dan gak lupa menikmati sun set! Serta melihat kegigihan para nelayan menurunkan kapal - kapal mereka untuk bertualang. Hari beranjak dan malam gantikan tempatnya. Gw sama septi solat sementara Gacat dan Fitha ngegalau di pinggrir pantai. Udahannya gw laper dan gw pun beli kerak telor sementara yang lain beli bakso. Gw bosen bakso terus soalnya. Dan begitu sampe wisma anak - anak ternyata lagi bakar - bakar. Dan kita kelewat momen bakar - bakar. Yang gw tau cuma rama yang kesakitan nginjek arang. Doi kesel soalnya kalah pas main bola. Hukuman yang kalah adalah menjadi koki untuk bakar - bakar malam itu. Haha. Dan malam terakhir kita pun berakhir. Ditemani rusa yang terpancing wangi bakar - bakaran, ditemani bulan yang mengintip malu - malu.
Foto bersa bu nur :D
Gua Keramat alias gua parat
Ozi - andri - septi - Gacat - Fitha - indra
Tim Caver
Syarip - Rama - Andri - Ozi - Indra
Gw - Gacat - Fitha - Septi
menuju Sunset

--Day 5
Hari terakhir, hari pertukaran. Waktunya berangkat ke Gunung Sawal. Kita berangkat habis jumatan nunggu rombongan dari jalur sebaliknya, Sawal - Pangandaran. Mereka dateng dengan kucel. Kaki kotor, Muka cape, dan item. Khusus untuk arisek dia jadi sangaaaaat gosong. Entah apa yang dia lakukan.

Dan keberangkatan pun tiba. Gak akan ada lagi Macaca sinting yang ngejar - ngejar ngerbut makanan, yang berusaha gapai kenop pintu ruang kumpul, ketok - ketok pintu kamar cewek. Gak akan ada lagi teriakan histeris karena diserang macaca. Ataupun karena macaca kawin pas kita lagi makan. Landak putih yang dengan antengnya melintasi wisma. Lutung item yang pagi - pagi nyantel di pohon belakang wisma. Atau bang Rinal yang jail dan selalu kita bully. 

Farewell Cagar Alam Pangandaran !!

Selamat tinggal Pangandaran dan segala eksotika nya, dan tunggu kami Gunung Sawal :D