Lalalala

Gw pernah cerita kan soal hujan. Nah gw sekarang mau nyambung salah satu kejadian di hari hujan yang berkesan buat gw. Kejadiannya sih udah cukup lama atau entahlah.

Hari itu seperti yang udah dijanjikan gw dan angkatan 22 lainnya pergi ke Cihideung untuk survei pendidikan dasar angkatan 23. Kejadiannya sekitar tahun 2009. Iya ya ternyata udah lama juga hahaha. Kita cabut seperti biasa gak ada feeling aneh atau apa. Itu survei pertama dan terakhir kalau buat gw. Cuma Ken dan Anwar yang fasih jalan, sisanya masih nol. Jadi ya sebisa mungkin survei harus beres hari itu juga. Maklum kelas tiga pada sibuk mau masuk perguruan tinggi. Cuma Ken yang masih duduk di kelas dua waktu itu.

Biasa kita ngelewatin jalur perkebunan warga. Walaupun Cihideung udah masuk kaki gunung salak masih banyak dijumpai perkebunan warga. Jalan di Cihideung juga dulu gak sebagus sekarang menurut info temen gw. Katanya sih udah diaspalin. Karena gak ada niatan nginep, ya jadi bawaan kita pun seadanya. Ponco dan jas hujan aja gak bawa, yang kita bawa malah payung aneh juga kan. Malah sebagian besar dari kita cuma pake sandal jepit, sky way pula. Di tengah jalan tiba - tiba hujan deras. Dan seperti yang gw bilang kita gak ada persiapan. Sambil nunggu reda kita masuk ke arah semak - semak, yah supaya gak keujanan gitu. Dengan payung seadanya dan rimbunyya semak - semak kita berteduh aja nunggu ujan. 
Terburu waktu PD yang kian dekat, kita lanjut lagi ke atas. Ya kita pake payung. Hahaha ada ya orang survei pake payung. Aniwei kita dibagi dua kelompok waktu itu. Grup penebas dan grup yang make jalur yang lazim. Grup penebas ya udah pasti para cowok si Ken, Novan, dan Illy. Sedangkan grup satunya lagi si Anwar, Cahya, Tika, Aisyah, dan gw tentu aja. Seperti yang gw bilang gak ada feeling apa - apa. Kita pisah jalan biasa aja. Sebutlah saja grup Anwar udah nyampe duluan. Kita duduk - duduk nunggu tim satu lagi dateng. Sambil cengengesan, sambil cari daun pisang buat neduh, iya gw tau enggak banget. Sejam berlalu, masih selow. tapi lama - lama janggal. 

Masuk dua jam kita mulai panik. Soalnya udah di koding gak ada suara sama sekali. Padahal kena bilang cuma bentar. Serius gak ada suara apa - apa. Kita pun mulai panik dan yah harap - harap cemas. Lebih dari dua jam, kita udah nunggu dari zuhur sampai ashar dan mereka belum muncul. Cahya yang emang panikan langsung buka alkitab yang dia selipin di dompetnya. Gw ama aisyah disuruh solat ashar. Kita semua berdoa, lebay? Iya juga kalo dipikir - pikir, dan pastilah lo panik. Temen seperjuangan lo ilang, nyasar masa iya gak panik. 

Setelah waktu semakin sore kedengeran lah suara "auuau" kodingan khas anak - anak yang bunyinya kaya monyet. Sontak Cahya langsung jawab, kita semua juga. Ken teriak bilang "lo liat pohon ga?". Pertanyaan yang konyol, karena ya pasti adalah di hutan kaya gitu pohon. Ya pohon yang mana coba. Singkat cerita kita kembali berkumpul. Dan yang anehnya si Ken bilang dia udah koding, tapi gak ada yang jawab. Kita ngerasa gak denger sama sekali ya heran. Cahya yang khawatir banget, seneng karena mereka udah balik akhirnya nraktir semuanya makan bakso di bawah. Sambil makan bakso kita flash back PD dan kejadian nyasar hari itu. Hahaha. Andai waktu itu semua kumpul. Sebuah closing yang sangat keren juga. Soalnya pas kita mau turun ada pelangi, pelangi sehabis hujan. Keren juga ya hahaha.

Ipang - Sahabat Kecil

Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi
Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli

Reff:
Bersamamu ku habiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya
Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi

Back to Reff:

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini

0 talks: