Sang dewi siang telah tinggalkan singgasananya. Apakah ini berarti kegelisahan yang sama akan menyelimuti ditengah gulita. Atau justru ia akan mengajarakan rahasia yang tak pernah diketahui.
Semua, aku, kita.
Samakah? Bedakah?
Dalam arti yang lamat menyergap menjadikan sebuah cerita yang mulai terburai. Mungkinkah tawa, kata, dan kita menjadi satu dalam alunanya?
Terdesak, tertahan, menyergap.
Aku, kau, kita.
Lalu?
Kembali bertanya pada jawaban yang tak ada. Bahkan ketika semua menjadi pada sesuatu yang bermula.
Senja lagi. Kau lagi. Tawa lagi.
Tertanam dan terhempas. Kutampik semua hingga terbiaskan dalam hampa. Kau lagi. Dan aku tertawa. Gamang. Selimutku tak mampu menyelimutiku. Mungkin karena dingin itu terlampau dalam. Serupa bukan? Tak sama. Biar ku merengkuh hingga semesta tertawa.
Aku, kau, lalu siapa?
Bergunjing ia dalam dekap. Rupanya ia tak lekat. Gulita menyergap. Gaduh terhempas. Terhenyak.
Sepi.
0 talks:
Post a Comment