Elegi Pagi Hari

Dan aku pun kembali terbangun di pagi hari. Kicauan burung mungkin tak terdengar, apalagi yang bisa kau dengar saat bumi kian renta. Bahkan suara manusia pun sudah sulit terdengar. Walaupun begitu terbangun di pagi hari dan meresapi tiap helaan nafas yang beriring dengan udara pagi sudah cukup bagiku. Sudah cukup bagiku untuk mengetahui bahwa aku masih diberikan kesempatan untuk menikmati hidup. Menikmati tiap petikan dawai ceritanya. 

Tak ada memang kisah seindah drama cinderella, mana mungkin bukan? Ini hidup realistis sajalah. Mimpi itu berakhir saat kau membuka mata bila kau mau tahu. Pahit memang hidup ini, tapi bagimu juga pahit bukan? Kalau begitu aku tak akan protes lagi. Tak akan protes lagi saat langit mulai gelap. Tak akan menitikan air saat tengah sendirian. Bagimu juga berat kan? Maka aku tahu aku bukanlah satu - satunya. 

Betapa aku mencintai sebuah pagi hanya untuk mendapati diriku termenung di depan jendela kamarku. Tergugu di tralis yang memisahkan aku dan batas luar sembari mengirup udara pagi. Betapa aku mencintai saat - saat semua masih terlelap dalam tidurnya. Lalu kemudian aku mendapati akulah yang pertama kali menyapa pagi dan pagi pun tersenyum padaku. Berapa lama aku tak melakukannya lagi ya? 

Kini aku sudah terlanjur bercinta dengan malam. Malam yang selalu menghadirkan kegalauan. Biar begitu ia menebarkan banyak bintang bagiku. Andai pagi juga bertutur akan hal yang sama. Mungkin ia akan berikan bintang, tapi sayang ia terlampau terang. 

Ah, tapi ada yang diberikan pagi padaku, sebuah hujan di pagi hari. Aku mencintai juga saat itu. Tapi kini ketika pagi menghadiahiku hujan dengan segala pesonanya aku malah tertidur. Meresapi setiap goresan mimpi. Karena malam telah mengajarkanku tentang keindahan mimpi. Biar hanya mimpi, tak masalah bukan? Tiap malam kini ia datang padaku mengajarkan banyak hal dan akhirnya aku melupakan pagi. 

Ah! Maaf tak maksud hati aku menghiraukan sebuah pagi hanya saja pesona malam begitu memikat. Jika kau mau kau boleh menunggu aku menikmati pagi kembali. Tapi aku tak tahu kapan itu. Tak tahu kapan semua indah pagi akan kembali kugenggam. Marahkah kau hei pagi? Mungkin lain kali saat malam telah usang, tunggu saja jika kau mau

0 talks: