Moshimo, kono sekai kara marumaru ga nakunattara - tego mass. Lagu yang sederhana gw suka. Walaupun banyak juga sih lagunya duo tegoshi yuuya dan masuda takahisa yang gw suka. Suara mereka enak sih. Dan yang paling penting lirik lagunya maknanya selalu menggugah dan mengajak kita untuk merenung. Topiknya gak pernah berat. Sederhana. Itu yang bikin gw suka. Yah bahasa jepang gw mungkin gak expert tapi yah lumayan dikit - dikit aye paham kata - katanya. Lagu ini mencoba membuat kita mengandaikan hal - hal sederhana yang gak pernah kita pikirkan, tapi ternyata penting adanya.
"Moshimo kono sekai kara, gomen ne tte kotoba ga nakunattara". Iya ya, gw jadi mikir gimana seandainya kata 'maaf' di dunia ini gak ada. Gimana menurut kalian? Gw ngebayangin bakal jadi seperti apa dunia ini ya. Kalo kata lagunya sih pasangan kekasih yang lagi berantem gak akan bisa maafan. Haha, tapi bukan itu intinya. Ya, seandainya kata maaf itu gak ada mungkin gak akan ada kesepahaman kali ya. Ketika kata maaf hilang, dan kita gak bisa menunjukkan seberapa menyesal atau seberapa inginnya kita berdamai pasti gak enak. Bakal jadi sedingin apa suasananya ya. Padahal manusia gak pernah luput dari salah. Berbuat salah dan kemudian saling berusaha memaafkan bukannya itu bagian dari warna yang ada di kehidupan ya? Perasaan saling mengerti dan memahami satu sama lain menurut gw pribadi gak pernah bisa lepas dari kata maaf. Sederhana, tapi ternyata memang nyata adanya. Itulah kata maaf menurut gw.
"moshimo kono sekai kara, aitai tte omoi ga nakunattara". Pernah inget saat masih kecil atau bahkan sekarang ketika liburan kita menantikan saat saat masuk sekolah. Bertemu dengan teman dan ngerusuh bareng. Atau saat kita lulus ada rasa 'ingin bertemu'. kangen dengan suasana yang tercipta dan main bareng. Menciptakan kenangan sebanyak - banyaknya. Dan ketika akhirnya bisa bertemu lagi setelah sekian lama, kira - kira seperti apa rasanya ya? Seandainya perasaan ingin bertemu itu hilang, seperti apa ya dunia ini? Mungkin semua manusia hanya akan diam tak bergeming. Enggan bertegur sapa, enggan memcipta kenangan. Hanya menatap nanar kejauhan, dan sepi tiada akhir yang mengisi kehidupan.
'Seandainya' sendiri merupakan satu kata, hanya kata. Seandainya, if, moshimo. Dan kata - kata yang semakna dengan kata seandainya gak ada. Bahkan kita kehilangan kemampuan untuk berandai - andai dan bermimpi. Mungkin gak akan ada istilah mimpi yang menjadi nyata. Karena pada dasrnya tak pernah ada mimpi. Bagaimana bisa bermimpi ketika kita bahkan tak mampu berangan - angan?
Bahkan ketika kata 'seandainya' gak ada. Mungkin kita gak akan pernah sadar akan pentingnya sesuatu hal. Gak akan pernah sadar dan mengerti tentang hal - hal yang terjadi di sekeliling kita. Bahkan bisa aja kita jadi manusia yang apatis, tidak peduli, dan egois. Mungkin kita tidak akan pernah mengerti kata kehilangan dan bersyukur. Hahaha.
Kok sedih ya. Ternyata banyak yang terlupa selama ini. Apa rutinitas sebegitu menyita ruang benak, sehingga hal - hal sesederhana itu menjadi terlongkap. Kita selalu melihat puncak gunung di balik awan, tapi tidak memperhatikan sekumpulan bunga yang hampir kita pijak. Yah, mungkin kita hanya kurang menyimak. Menganggap hal - hal adalah hal yang biasa. Rutinitas yang biasa, terlalu biasa, hingga akhirnya kita lupa bahwa semuanya memiliki makna. Kayak kata lagunya fiersa "sangat dekat, tanpa sekat, tapi terasing". Sesuatu yang lekat itu kadang sering kita lupakan mulanya, sehingga kita lupa bagaimana caranya bersyukur.
Yah, review bentar. Ini kenapa gw suka lagu ini. Sederhana. Tapi pas kita berusaha menelaah makna nya, ada decak "oh iya ya kok gak kepikiran". Itulah kenapa gw suka. Karena lagu ini mengajak kita untuk berpikir, memaknai hidup, dan bersyukur. Hahaha.
Udah ah gaje nih gw. Materi kebijakan perundang - undangan kehutanan udah manggil minta dibaca. Well, see you O(∩_∩)O
**Terima kasih buat semuanya, terutama buat hidup dan kenangan yang ada :)
0 talks:
Post a Comment