"utopia adalah sebuah titik, yang ketika kau berada di sebuah horison, titik itu berada sepuluh langkah di hadapanmu,"
Mimpi
cover buku Curhat Setan (Fahd Djibran, 2009) |
Judul Buku: Curhat Setan - Karena Berdosa Membuatmu Selalu Bertanya
Penulis: Fahd Djibran
Penerbit: GagasMedia
Jumlah halaman: xx + 172 hlm
Tahun terbit: 2009
Kutipan di atas merupakan bagian dari dialog pemikiran seorang Fahd Djibran dalam bab di buku ini yang berjudul mimpi, Sama seperti judulnya, Curhat Setan, merupakan kumpulan cerita singkat yang isinya menyerupai curhat. Pada buku ini dapat kita jumpai 30 'curhatan' yang satu sama lainnya tidak berhubungan sama sekali sebenarnya. Buku ini berisi pemikiran-pemikiran menarik dari seorang Fahd Djibran. Buku yang terbit pada tahun 2009 ini bisa dibilang cukup menarik dengan tampilan cover berwarna putih yang diberikan aksen merah seperti darah. Siapa pun yang melihat judul atau covernya tentu akan berpikir mungkin ini buku tentang hantu atau malah berpikiran ini buku tentang setan. Sayang sekali, semua dugaan itu salah begitu kita menilik isi tiap halaman di buku ini. Buku yang berisi keseharian hidup, yang cenderung mengajak kita untuk merenung, bahkan buat saya pribadi, buku ini tak jarang menggugah keimanan dan keingintahuan saya. Mungkin saat membaca buku ini, sering kali kita akan berseru "ooh" atau "ah, iya juga ya". Dalam hal ini saya selalu salut terhadap kemampuan menulis dan pengetahuan Fahd Djibran. Misalnya saja dalam babnya yang berjudul Dendam Sejarah yang menggelitik pikiran kita dan mau tak mau kita akan diajak mengamini hal tersebut. Nah berikut penggallan dialog menggelitik pada bab tersebut,
"kenapa kau menulis Zira?"
"Dendam," jawab Zira.
"Dendam?" Herman tampak keheranan.
"Ya, dendam sejarah. Sewaktu kecil dulu, aku suka sekali membaca. Membaca apa saja. Setiap selesai membaca, aku selalu bertanya soal kenapa aku lebih kenal gagasan penulis buku yang kubaca daripada gagasan kakekku sendiri? Misalnya aku lebih kenal siapa Albert Einsten, Pablo Nerunda, Pramoedya Ananta Toer, atau yang lainnya yang bukan siapa-siapa buatku daripada kakekku sendiri yang jelas-jelas mewariskan gen kehidupan buatku."
Herman masih heran pada jawaban Zira. Zira menyesap tehnya. "Ternyata sebabnya satu, Herman." Zira melanjutkan. Herman masih serius memperhatikan.
"Apa itu?" tanya Herman.
"Sebabnya mereka semua menulis, sementara kakekku tak sempat meninggalkan selembar tulisan pun semasa hidupnya. Sejak itulah aku memendam dendam. Aku tak mau anak cucuku, atau orang-orang terdekatku lebih mengenal siapa orang lain daripada kakeknya sendiri. Aku tahu apa yang dipikrkan Einsten muda, tapi aku tidak tahu apa yang dipikirkan kakekku waktu ia masih muda. Kami tak sempat bertemu, kakekku meninggal sebelum ia sempat bercerita banyak padaku."
Buat saya pribadi dialog ini cukup menarik. Seberapa banyak dari kita yang diwariskan "tulisan" oleh keluarga kita, oleh kakek atau nenek kita. Kadang kita tak sempat bertemu mereka sebelum mereka bercerita mengenai dirinya. Katanya bangsa yang maju adalah yang belajar dari sejarah, tapi bahkan kita tidak tahu sejarah dari darah kita sendiri. Hanya bisa menduga bahkan tak terpikirkan bukan? Sementara itu kita turut larut dalam kekaguman akan tokoh tokoh yang begitu terkenal, yang bahkan tak berhubungan darah dengan kita. Maka beruntunglah mereka yang mendapatkan warisan tulisan dari keluarga nya, yang dapat mengambil pelajaran hidup dari masa-masa yang telah mereka lewati.
Sang penulis, Fahd Djibran sendiri merupakan salah satu penulis favorit saya sejak terkesima dengan buku nya yang berjudul, 'Yang Galau Yang Meracau'. Fahd Djibran memiliki nama asli Fahd Pahdepie. Tulisannya? Jangan ditanya. Sudah banyak buku yang beliau telurkan dan tentunya sangat menarik untuk dibaca, saya sendiri tengah menanti buku terbarunya yang rencana keluar tahun ini. Fahd merupakan salah satu penulis yang memperkenalkan metode creative writhink yang bahkan membuatnya menjadi nominator dalam Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Kreatif tahun 2009 silam. Kalau bicara soal prestasi rasanya banyak sekali yang membuat saya terkesima pada tokoh beserta tulisannya.
Balik lagi ke buku Curhat Setan, buku ini bisa dibilang bukanlah buku baru. Bahkan saya berhasil menemukan buku ini secar tidak sengaja di sebuah toko buku dengan kondisi tanpa bungkus plastik dan tinggal satu yang akhirnya saya paksakan beli, yang penting kan isi nya. Akan tetapi, sayang buku ini dipinjam dan hilang, mau beli pun sudah susah ditemukan. Walaupun begitu, bagi yang berminat, saya rasa buku ini masih bisa dibeli online. Baru-baru ini karena merasa sayang dan sedih meratapi buku yang hilang ini saya memutuskan membeli nya lagi dan alhamdulillah ditemukan ada yang jual, yeay senang~.
Dan lagi-lagi saya katakan buku Curhat Setan ini merupakan buku yang sangat layak untuk dibaca, terutama bagi kalian yang mungkin terlanjur hidup terbawa arus. Saya rasa tidak ada salahnya kan untuk berhenti sejenak, membaca buku ini, sembari berpikir dan merenung akan apa yang telah kita lewatkan dan apa yang kita anggap 'biasa'. Toh kadang sesuatu yang biasa itu merupakan hal yang tidak biasa yang dilakukan berulang-ulang kan?
Ya kita harus merenung, merenung kembali untuk mengetuk sesuatu yang mulai redup di diri kita.
0 talks:
Post a Comment