Yang Galau Yang Meracau -- Curhat (Tuan) Setan

"Kita bisa membuang ingatan, tapi kita tidak bisa menolak kenangan. Sebab tak semua yang kita ingat akan kita kenang, tetapi semua yang kita kenang tersimpan baik dalam ingatan"
Ziarah Ingatan

Cover buku Yang Galau Yang Meracau (Fahd Djibran 2011)

Judul Buku: Yang Galau Yang Meracau
Penulis: Fahd Djibran
Penerbit: Kurniaesa Publishing
Jumlah Halaman: 226 hlm
Tahun Terbit: 2011

Galau merupakan istilah yang banyak dipakai oleh remaja kebanyakan saat ini. Ekspresi kata galau biasanya lebih banyak ditujukan dengan hal-hal yang berkaitan dengan cinta. Benarkah seperti itu? Kenyataannya kata galau sendiri mengandung banyak makna, yang tidak hanya terbatas mengenai cinta semata. Galau merupakan bentuk kekacauan pikiran. Kekacauan di sini tentunya bisa apa saja. Dalam buku ini kita dibawa kedalam beberapa kegalauan yang tidak hanya berkisar mengenai cinta. Fahd Djibran mampu membawa kata 'galau' yang sering kita konotasikan dengan rasa cinta menjadi lebih luas. 

Terdapat tiga bagian umum pada buku ini, yaitu bab Setan, Cinta, dan Tuhan. Ketiga bab ini menceritakan mengenai kegalauan mengenai hal-hal tersebut.

Bagi penggemar buku Fahd Djibran, pastilah pernah membaca mengenai buku Curhat Setan. Secara garis besar bab yang berjudul Setan merupakan kelanjutan dari kegalauan Tuan Setan dan temannya Rayya. Dialog antara Rayya dan Tuan Setan akan mengubah pikiran kita tentang sifat manusia yang sesungguhnya. Betapa seringnya kita menyalahkan segala kesalahan kita dengan mengatakan itu adalah salah setan. Padahal keputusan berbuat baik dan buruk ada di tangan kita, setan hanya membujuk dan merayu. Kita yang memakan rayuan itulah yang seharusnya berpikir untuk mengintrospeksi diri kita. 

Bab kedua bercerita mengenai cinta, tapi pada bab ini bukan menceritakan mengenai kisa percintaan cengeng seperti novel kebanyakan. Alih-alih menceritakan mengenai kisa cinta yang menggebu-gebu, Fahd Djibran justru mengemas bab cinta ini menjadi bab yang mengajak kita untuk berpikir lebih jauh lagi mengenai definisi cinta. Cinta tidaklah hanya ditujukan bagi pujaan hati, cinta bisa juga ditujukan bagi kelurga, maupun teman-teman di sekitar kita. Pembaca juga diajak untuk lebih menggali lebih dalam lagi mengenai fenomena yang berkaitan dengan cinta yang ada di sekitar kita. Misalnya, seringkali banyak wanita yang berpikir bahwa takdir ini kejam, hanya karena ia diciptakan tidak cantik seperti model-model di tv. Berbagai usaha mereka upayakan untuk membentuk rupa luar mereka. Berbagai produk dan alat kecantikan yang harganya selangit mereka bela-belakan untuk dibeli demi menarik sang pujaan hati. Jadi inikah cinta? Tidak, bukankah cinta dilihat dengan kecantikan di dalam bukan kecantikan luar yang bersifat sementara. Sampai di sini kita diajak sampai pada satu kesimpulan bahwa Tuhan dan takdir tidak kejam, yang kejam adalah kita yang terpatut pada prespektif kecantikan itu sendiri.

Pada bab Tuhan, kita akan diajak ke dalam pemikiran seorang Fahd Djibran mengenai padangan kita, keseharian kita terhadap Tuhan. Tulisannya memang tidak menghakimi, tapi dari tulisan itu kita bisa berkaca terhadap diri sendiri. Menurut saya pribadi tulisan yang bagus adalah yang mampu mengajak kita untuk berpikir, yang mampu menjungkir balikkan apa yang kita anggap biasa menjadi tidak biasa ataupun sebaliknya. baru kita membuka bab Tuhan kita langsung disuguhkan sebuah anekdot jail yang menggellitik. Tulisannya seperti ini kira-kira

Di Suatu Subuh

1 Pemberitahuan
:Tuhan mencolek anda di Facebook
Colek kembali
Abaikan 
Merasa familiar? Ya kadang di suatu Subuh kita mendengar panggilan untuk beribadah. Termasuk yang manakah kamu, yang mencolek kembali atau mengabaikan-Nya?

Kisah ini memang menggelitik hati nurani kita tentang bagaimana kita bersikap selama ini. Pemikiran yang out of the box membawa kita menikmati buku ini secara keseluruhan. Menyajikan konsep galau dan racau menjadi begitu berbeda dibandingkan konteks yang selama ini kita punya.

Overall, lagi-lagi buku ini sangat menarik untuk dinikmati. Terutama bagi kalian yang ingin menikmati kegalauan sebagai media introspeksi diri.

Well, enjoy the book~

0 talks: