Kebijaksanaan

Dulu gw pernah ngepost, sekali doang sih. Tentang hujan bulan juni karyanya Sapardi Djoko Damono. Jujur gw sih suka sama puisinya, karena bagi gw puisi yang bagus adalah yang memiliki makna - makna tersembunyi di dalamnya. Pemahan orang yang satu dengan yang lainnya dapat berbeda - beda karena diksi nya yang abstrak. Dan yang paling penting buat gw adalah karena memahami puisi kayak gitu butuh usaha. Mikir dikitlah istilahnya. Hehe. Sama seperti manusia yang punya hidden area kalau kata buku daskom yang gw baca mah. Hahaha. Kacau, masih aja ngobrolin daskom yaa.

Aniwei, dibanding adek sepupu gw, si hima, gw sih jelas kalah dalam hal sastra. Menikmati belum tentu mampu bukan? Ahaha. 



HUJAN BULAN JUNI
Sapardi Djoko Damono (1994)

Tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu,

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu

Tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu




Kemarin gw sempet baca juga tulisan salah satu penulis favorit gw, Fahd Djibran. Dia bikin post tentang puisi ini dan menurut gw sih menarik aja untuk disimak. Memang tulisan mas Fahd lagi keren - keren sekarang yang monodialog sama prespektif juga #eh? promosi. Haha. Kalau mau baca klik saja link ini Juni

Hujan di bulan juni sekarang turun kembali, dan sudah waktunya memilih kebijaksanaannya sendiri. Karena kebijaksanaan bukanlah hal yang mutlak. Ia berebeda tergantung kedaan dan bagaimana cara kita memandangnya.

Wish you all the best

0 talks: