- Japan Education Fair, Jakarta Convention Center, 30 Oktober
- EDUEXPOS Jakarta, Intercontinental Jakarta Midplaza Hotel, 3 November 2016
- Dutch Placement Days 2016, Erasmus Huis Jakarta, 4 November
- European Higher Education Fair 2016, Kartika Expo Center, Balai Kartini, 5-6 November
- QS World Grad School Tour, Intercontinental Jakarta MidPlaza, 16 November 2016
source: google image |
--Money Can't Buy Everything
Ceritanya waktu itu bener-bener penasaran banget sama film ini. Jarang kan ada anime yang movienya tayang di Indonesia, apalagi di Bogor. Berhubung deket dari rumah akhirnya gw nekat juga nonton film ini sendirian di pojokan hahahhahaa. Seperti yang gw duga yang nonton kebanyakan laki-laki. Sekalinya ada cewe biasanya pasti duaan, mungkin sama pacarnya. Aku mah apa atuh di pojokan sendiri, ketawa sendiri.Source: google image |
Source: google image |
Sama seperti film One Piece lainnya, movie ini diisi komedi renyah khas Oda. Mulai dari Sanji yang ga ketulungan ganjennya, Kura-kura berotot, hingga lambang ketidak beruntungan yaitu kulit pisang yang muncul di mana-mana. Selain itu, ada pula adegan Luffy bodoh yang dengan kebodohannya mengacaukan rencana atau mungkin mengacaukan rencana memang sesuai rencana? (hahahhahaha he's so stupid). Combo Franky (Kazuki Yao) dan Luffy bodo banget. Best scene kali ini untuk bagian yang lucu ada di adegan Usopp, Carina, Nami, Sanji, Robin (Yuriko Yamaguchi), dan Brook (Yūichi Nagashima) saat menyamar menjadi celestial dragon. Sumpah lucuuuuuu~~ berhubung isinya cowo jadi suara ketawa di bioskopnya juga menggelegar. Ada yang sampe keluar kata kaya "Luffy bego" dalam hati gw, 'emang' sambil ketawa dalam diam. hahahhaa.
Ya sekali lagi kisah ini kembali mengajarkan kita untuk humble. Mengingatkan kita tidak semua hal bisa dibeli dengan uang seperti yang Tessoro sebutkan. Dan kadang kebencian bisa membuat kita menjadi orang yang paling kita benci.
"Money can't buy everything, Not even people, country, or even justice". Well semoga hal yang sama juga terjadi di negara kita.
Okay, let's enjoy the movie, cheers~
source: google image |
http://cigarettesprices.strikingly.com/ |
Co-Leader Water Cluster AIC Hadi Susilo Arifin said that the first project will be held in Pulo Geulis, Central Bogor. Pulo Geulis is a place near Bogor Botanical Garden. It is really an unique place because that place was formed by delta. Based on their observe, that place is a slum area. People in there really depend on the river. Many activities are done in the river. However, they don't have any waste management. Some of their waste is thrown into the river and pollute it.
Hadi said his team will make a research about people at this place first before deciding what to do for the next step. But he is planning to make some reservoir to recycle the waste so it can be used for watering plants. To increase the effectiveness of this program implementation, this team also asked other organization, businessman, and also the government.
City Governor of Bogor Bima really pleased with this project. He admits making a change in water management is not an easy task. The government needs a lot of help from the academician. He said that many citizens still have economy driven motive to accept a regulation rather than public interest. He hoped that by coordinating with others stakeholders government can influence people to aware of their environment especially water. "It's time for Bogor to come back to it's khitoh (pathway) as a green and smart city," he said.
By knowing this Hadi also said that he and his team will make a plan to develop economic sectors in the site project. "We can plan many plants that can be used by them," told Hadi.
Water sensitive cities was a project that had been done in Australia. Knowing the scarcity of water researcher in some college like Monash University start to wonder how to make cities more liveable. They start it by building a green park. This park not only functioning as rain recharge but also to reduce pollution of the river. "Everyone love park because it's beautiful, and not only that, it also multifunction," said Co-Leader Ana Deletic from Monash University.
She also said that by doing this we can conserve water resources cheaper than using the old fashion ways. By doing this, she said that people will participate to protect water.
Well, it is quite an interesting project to do. I hope this project last, and will give the best result. I think it is the first project to reconstruct system so can facilitate green living. After all, I've never seen water waste management implemented in a city.
I'm looking forward to the progress~
source: google image |
Of course we still can't forget about what he said about parties, about his disappointed feeling towards parties. He said that going with party will consume a lot of money or there is 'mahar' (read here). Well I still remember in one of event that Megawati and Ahok attended, Megawati refused Ahok donation for her book. She said, "Ntar dibully lagi, dibilang mahar," (read here). She said that regarding to Ahok opinion about 'mahar politik' in election.
That's why Ahok, in that time decided going as independent candidate. To go as independent candidate Ahok should collect 1 million identity card. He get some help from Teman Ahok. A gorup of young people that feel insecure about parties that's why they decided to help Ahok to go as independent candidate (read their tweet here). But after months later, Hanura and Nasdem decided to help them, and they welcoming them. This we known as 'politik tanpa mahar'.
Although finally they achieved 1 million identity card with lot of struggles, -you know some news regarding how they get their budget and so on-, but many people didn't bother. They still give their identity card to support Ahok. Last month they calculate their identity card that has been collected by them, and yeah they reached their target. Many young people or many people believe that going as independent is a good trend in our country now days.
After all these struggle suddenly Ahok claimed he will go as parties candidate. And moreover, Teman Ahok as voluntary organization -the organization that was amazed us with their braveness- also said will go with them. Well, no wonder, this can be a reason why some people feel disappointed when know Ahok goes with parties (read here).
#balikinKTPGue becoming trending in twitter in July 28th |
And secondly, of course we will ask, how about Heru? One civil employee that will go as his partner in the next election. How about Heru fate? Heru is non party public employee. Heru was chosen because PDIP didn't agree if Djarot -the vice governor now- go as independent with Ahok, so Ahok choose Heru. Ahok said that he want to prove that there is a lot off honest public employee (read here).
Many news said that Ahok will go with Djarot . But if he want to go with Djarot of course he must be friend again with PDIP. And Golkar, one of parties that support Ahok also said that Ahok should be partnering with Djarot. (read here)
Despite all of these controversy there still many of people support Ahok, no matter what choice he made.
And in my opinion, as long as no other candidate like Ahok, people will still choose him. It will be a different matter if other 'well known' candidate such as Ridwan Kamil or other compete with him.
How about you? Are you feeling disappointed or this doesn't matter to you?
*)sorry if there are a lot of incorrect grammar.
*)I choose article from different mass media to balance the explanation
Sebenarnya banyak berita yang akhir-akhir ini beredar di masyarakat, yang paling bikin gw tertarik iu erdogan, cengkareng, pekerja Tiongkok, daaaaan pokemon go wkwkwkwk. Harus tetap up date walaupun terkapar di rumah hahahhaa.
Secara pribadi gw sebenernya gak begitu mengikuti kisah Erdogan. Yah gw gak banyak ngikutin isu politik luar negeri. Hanya melihat banyaknya pemberitaan mengenai nama satu ini lama kelamaan saya tentunya penasaran juga. Puncaknya saat kudeta militer di Turki baru-baru ini. Walaupun banyak dari orang kita yang belum ke Turki ataupun tidak tahu banyak mengenai seluk beluk pemerntahan Turki, hal ini sebenernya tidak menyurutkan semangat warga kita untuk mengelu-elukan penguasa Turki tersebut. Saya pun sempat kagum sampai akhirnya saya menpertanyakan hukuman mati yang dilakukan olehnya kepada para militer yang melakukan kudeta. Gw kira dalam Islam pun saat perang nabi tidak membunuh tawanan perang, saya rasa itu bukan yang dicontohkan dalam agama. Tapi ya itu pendapat saya loh ya.
Lalu walaupun Turki ada nun jauh di sana entah kenapa pemberitaan mengenai dirinya selalu ramai dan menarik minat warga di sini. Bahkan ada dari yang pro Erdogan samnpai yang gak pro Erdogan pun ada (saya gak nulis anti yaa, soalnya itu maknanya beda). Sampai dianggap tidak pro Islam karena gak pro Erdogan pun ada. Gw bahkan gak tau siapa itu Gullen. Apa boleh buat gw ga pernah ke Turki apalagi kenalan sama beliau. Gw juga gak tau kenalan di Indonesia yang orang hizmet. Jadi gw ga bisa komentar soal beliau, begitu pun Erdogan.
Aniwei, yang menarik di sini adalah bagaimana netizen menyikapi konflik ini. Meski ini konflik di negara tetangga, tapi di banyak kasus apalagi soal politik, netizen seolah olah menempatkan diri sebagai pro ataupun anti. Begitu pun dengan media. Gak ada yang netral. Atau setidaknya ketika berusaha netral pun malah disalahpahami. Blok-blok seperti ini selalu ada.
Di Indonesia contohnya, dalam kasus baru-baru ini, yakni kasus yang menimpa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama. Di kasus ini, blok tersebut terlihat kental, yang pro Ahok bela sampe mati, yang gak suka ahok masuk ke grup anti dengan membawa isu SARA kebanyakan. Sementara yang berusaha netral, yakni yang meyakini bahwa kinerja Ahok baik tapi tetap mengkritisi Ahok justru kerap kali dianggap plin plan. Bahkan ketika mengkritisi malah dihujat sedemikian rupa padahal maksudnya, beliau dikiritisi agar beliau dapat memperbaikinya. Wajar kan manusia tempatnya salah, mana ada yang sempurna.
Nah sama seperti kasus Erdogan saat ini. Ada saja pihak yang menggunakannya untuk saling menyalahkan. Mengungkapkan pendapat boleh asal jangan mencela hehe.
Kadang sampai suatu titik, gw mikir kenapa netizen sampai sebegitunya ya? Kalau dilihat dari sejarahnya sih presiden pertama kita Soekarno memperaktikkan gerakan non blok. Tapi kita kaya hardcore fans. Pilihannya mau dukung atau gak. Kalau mau dukung jangan protes liat baiknya aja deh, gitu. Ini persepsi gw atau emang begitu ya. Kalau memang ini salah media, apa benar media gak ada yang berusaha netral. Apa jangan jangan tidak ada pengawasan terhadap media. tapi kalau media diawasi pastinya akan rusuh dianggap melanggar ham. Akhirnya balik lagi ke netizen deh dalam menanggapi suatui berita. Sedikit lebih bijak dan perbanyak riset sebelum menelan berita bulat-bulat. seberapapun terpercayanya suatu media misinterpretasi bisa saja terjadi pada siapa saja dan dimana saja.
Aniwei semoga kita semakin bijak dalam mencerna berita. Dan tentunya tidak mudah terprovokasi. Cheers
Entah kenapa rasanya tergerak untuk menulis postingan soal Pak Husni Kamil Malik. Beliau adalah ketua Komisi Pemilihan Umum Pusat. Sebagai wartawan saya hanya beberapa kali bertemu Pak Husni. Padahal saya sendiri sebetulnya kebagian menjaga KPU dan DPR. Sayang saya lebih sering berada di DPR.
Sekali waktu saya bertemu pak Husni saat sosialisasi peraturan KPU soal calon independen. Masih inget saat itu semua orang sudah selesai mewawancaranya. Ia pun bergegas turun melalui lift. Tapi berhubung saya mewawancarai yang lain dahulu saya pun terlambat mewawancarainya. Tapi dengan ramah ia mengizinkan saya naik lift dengannya hingga turun ke mobilnya. Ia meladeni pertanyaan coro yang masih dangkal pemahaman isu soal pemilu. Yah walaupun jawaban beliau normatif sih heheheh.
Kali berikutnya saya tengah duduk di KPU. Entah apa yang saya lakukan saya hanya duduk di sana dengan yang lain. Katanya sedang ada rapat ketua dengan para komisioner. Tetiba ada bapak bersenyum ramah, pake kaos oblong dan sandal jepit kayanya swalow hahahaha. Lalu dia naik mobil yang jelas bukan mobil dinas KPU tapi saya lupa mobil apa. Ia pun berlalu sambil tersenyum setelah menyapa kami "saya duluan ya," katanya. Meski saya tahu ia tak mengenal kami.
Lalu pagi tadi saya terbangun, mendapati grup whatsapp penuh dengan kabar meninggalnya beliau. Tanpa tanda. Semua pun kaget, bahkan saya. Kabar ia masuk ke rumah sakit baru saat idul fitri itu pun kelihatannya baik saja. Siapa sangka umur seseorang memang tak bisa diterka.
Terlepas dari seperti apa karir politiknya. Tapi saya turut berbela sungkawa atas meninggalnya beliau. Selamat jalan pak, semoga amalanmu diterima di sisi-Nya.
Well, after some annoucement about the new chapter of CCS, I've been feel very excited. The last chapter CCS was released when I was in elementary school. The last chapter show a spring when sakura tree bloomed. Then Sakura who already in middle school met Syaoran. Well the two split when the story over. Because of work, Syaoran must come back to Hongkong. After years he finally back to Japan, and meet Sakura.
The first chapter still write about the two. How they meet and their reaction. As the first chapter, it still contain many mystery. Actually I felt really curious about Syaoran expression and Clow or Eriol warning about dream. Almost all of CCS story start with Sakura dreams.
After dream, Sakura open her clow card book -okay that's sakura card now-. She look really shocked. Ah I don't want to asume anything, but I think I got a hunch about what happened.
This manga really bring back memories of my childhood. I still remember waiting for this cartoon everyday (I think) in on of local tv channel. I even still collect the songs. Hahahaa.
The setting take place when Sakura still in the elementary school. Well, I was in elementary school to back then. But, how come after many years, even I already go to work after finishing my undergraduate, Sakura just or still in Middle school. Hahahhaha, the years in that manga seems stoped.
Anyway, I still happy and waiting for the next chapter of this manga. Still, after Digimon Adventure, this one really worth to wait. Can wait to see Sakura and Syaoran Journey >__<.
Sejak kecil saya memang menyukai berbagai drama dengan tema profesi tertentu, termasuk soal dokter. Tentunya drama favorit gw adslah General Rouge no Gaisen 2 yang main Nishijima Hidetoshi, ganteng hahaha. Tapi bukan itu poinnya. Film ini bercerita soal intrik rumah sakit dan praktek jual beli obat.
Mungkin sebagian mengira ini hanya cerita. Yah, tak sepenuhnya seperti itu tentunya. Berdasarkan majalah Tempo edisi bulan November (saya lupa edisi tanggal berapa). Disebutkan bahwa praktek suap obat adalah hal yang lumrah di kedokteran. Salah satu seksi atau bagian disebutkan merupakan salah satu lokasi terawan. Tapi untuk menghindari fitnah hahaha saya ga akan sebutkan.
Praktek komersialisasi pekerja bidang kesehatan seolah-olah biasa. Si miskin ga bisa masuk RS, dipaksa dirawat, sengaja kasih obat biar obatnya laku dll. Profesi dokter yang seharusnya berjasa jadi sedikit melenceng jadi ajang cari kerja. Profesi buat saya adalah sebuah pekerjaan dengan dedikasi penuh, sementara kerja ya cari uang. Walaupun memang ada juga dokter yang masih menjunjung tinggi profesinya.
Gak sangka gw jadi korban komersialisasi ini. Singkat cerita gw ngalamin demam tinggi tiga hari tiap malem, gw juga batuk. Gw kira gw db atau tipes. Maka kita cek darah. Hasilnya negatif, tapi ternyata ada hasil bawaan. Leukosit gw dua kali diatas normal. Tadinya ga ada niat ke RS, tapi berhubung dokter yang gw kenal gak praktek pergilah kita ke dokter internis di salah satu rumah sakit di Bogor. Di rumah sakit itu pula lah saya melakukan cek darah.
Berhubung ga tau dokter internis yang baik, saya iya iya saja waktu ditanya mau ke siapa. Sebelum masuk saya tau dia salah seorang petinggi di RS dan punya sejarah dengan kantor. Oke sebut saja dokter D. Begitu masuk saya ditanya beberapa pertaanyaan kemudian diperiksa. Singkat saja. Bahkan saya di ruangan tak sampai lima menit. Belum banyak bertanya, sang dokter memvonis dengan bronkhitis akut. Ktanya harus dirawat, obatnya gak bisa dimasukin dari luar dll, dia bilang ada kemungkinan gw pneumonia.
Oke saya hari itu sudah sehat sebenarnya, demam sudah turun, tinggal batuk. Tanpa melihat hasil ronsen, yang saat itu ga ada saya disuruh rawat inap. Skeptis saya bertanya tanya, tapi panik juga. Ditengah kebingungan dan paksaan rayuan yang meyakinkan dari sang dokter akhirnya saya menyetujui untuk rawat inap.
Setelah itu barulah saya dironsen, dan diambil darah (lagi). Meski hasil ronsen belum keluar saya sudah mendapatkan obat. Ketika dirawat saya tidak dapat menghitung berapa banyak obat infus yang diberikan. Belakangan saya tau biayanya cukup mencengangkan.
Hasil ronsen dibilang akan dibacakan sore. Tapi hingga malam tak ada dokter yang datang. Saya merasa sehat, makan baik, dan tidak demam. Karena sebal saya meminta adik saya dan seseorang yang saya percaya untuk meminta hasil lab. Dokter sendiri tak datang hingga malam. Hanya dokter piket dan ia pun tak berani menerangkan hasil ronsen. Hari pun habis tanpa kepastian sebenernya gw sakit apa.
Paginya usai shalat subuh entah mengapa saya kepikiran. Iseng saya browsing di internet. Saya menemukan nama dokter itu. Di sana disebutkan bahwa dokter tersebut suka menyuruh pasiennya menginap. Diagnosa nya pun seolah olah si pasien terkena penyakit berbahaya. Dalam hati saya cuma bisa nyengir "gawat gw kena tipu nih dokter kayanya".
Segera saya menghubungi keluarga saya, ayah saya datang mengambil hasil lab lalu pergi ke dokter yang dikenalnya. Saya ditinggal sendiri. Ternyata tuan dokter datang lebih awal ketika saya sendiri. Tanpa menjelaskan apa apa pada saya yang lagi duduk di kursi penjenguk sambil angkat kaki nonton drama korea, saya langsung diperiksa. Saya pun meringsek kembali ke kasur. Dia mulai menggerakan stetoskopnya, bergumam tak jelas negatif negatif.
Lalu tetiba dia bilang "kamu kena TBC kamu harus pindah ke ruangan yang sendiri". Oke ini dokter gila, detik itu pula lah saya memutuskan untuk keluar. Jawaban si Dokter pun tak memuaskan. Saya tau kalau TBC saya masih demam sekarang dan makan saya tidak nafsu, berat badan juga pasti turun. Saya pun sempat membaca hasil ronsen yang sudah dibaca oleh dokter paru di RS itu. Tulisannya bronkopneumoni. Jadi kenapa si dokter internis ini malah berani beda?
Setelah mengurus biaya rumah sakit yang bisa dipake beli laptop keluaran lama ukuran 14 Inch, saya pun pamit ke suster baik yang nemenin syaa kemarin. Sayup sayup saya dengar. "Dia baik baik aja keliatannya ya, sehat". Hhahaha memang kaliiii.
Usai pulang saya mendaftar ke dokter langganan keluarga. Dokter saraf kali ya bilangnya hehe. Dokter umum sih sebenernya. Sya sebut dokter R. Saya datang membawa hasil lab dan ronsen. Dia bilang kalau saya gapapa cuma pneumoni biasa. Tapi dia minta cek dahak. Yang esoknya saya lakukan dan hasilnya negatif.
Tapi saat itu batuk saya berdarah. Adalah sedikit kadang kadang. Berhubung bukan ahli paru dia minta ke dokter paru lain. Sebut saja namanya Dokter K. Katanya Dokter saya, dokter koko itu dokter yang bagus di bidangnya. Dokter saya ragu memberi obat karena kalau saya harus minum yang enam bulan dia khawatir dengan liver saya.
Loh liver? ya nilai SGOT SGPT saya tinggi. Sementara kalau minum obat itu, ia khawatir memperparah. Dia mau minta rekomendasi dokter paru. Anehnya nilai ini luput dari tuan dokter yang nyuruh saya nginap di RS, padahal beliau ahli di bidang itu, setidaknya dia dokter internis.
Melihat sebentar hasil lab dan ronsen dia dengan mantap bilang. "kamu gapapa ini, ini mah bukan TBC, masih nafsu makan kan? ga demam". Berbeda dengan Dr D. si Dr K ini bertanya banyak sebelum akhirnya saya disuruh berbaring untuk dicek dengan stetoskop. Keputusannya sama. Negatif. Katanya kalau TBC biasanya bakteri berkumpul di atas dulu. Ronsen saya normal. Padahal ketika saya divonis TBC, saya sempat tanya ke Dr D, tau dari mana? kata dia Ronsen.
Sempat berbincang dengan Dr K. Dia kaget dengan obat yang diberikan Dr D. Ada obat TBC di sana. Padahal, kondisi liver gw lagi gangguan juga. "Kamu berapa lama minum ini? hentiin aja," kata Dr K. Untung gw cuma nginep semalem dan obatnya cuma diminum dua hari hehhee.
Ia pun menjelaskan banyak soal penyakit ge. Yang ternyata gapapa. Cuma memang gw ada alergi jadi gampang sakit. Dia justru curiga dengan liver saya. Ia pun mengatakan tidak masalah kembali bekerja.
Denagn membawa hasil tersebut saya pun kembali ke Dr R. Dia sudah lega. Tak hanya obat paru dia pun memberikan obat liver. Dan begitulah akhirnya saya menjalani terapi hingga kini.
Setelah pengalaman ini. Ternyata saya menerima komplen serupa soal Dr D dan juga rumah sakitnya. Seorang ayah teman sampai meninggal karena salah diagnosa. Dia diminta cuci darah. Karena kebanyakan obat ia pun meninggal. Ah, beruntung Tuhan masih ngasih petunjuk.
Aniwei, bahaya ternyata ketika profesi dimanfaatkan jadi ajang cari uang. Padahal dokter seharusnya jadi pekerjaan yang membantu orang, bukan sebaliknya menyesatkan. Yah semoga Dr D dan dokter lain yang melakukan praktek serupa segera sadar.
Berdasarkan Twitter dari jangka waktu awal Maret hingga saat ini, ternyata isu reklamasi di Indonesia paling banyak dibicarakan di Jakarta. Mungkin efek reklamasi teluk Jakarta. Selanjutnya, diluar dugaan, saya kira teluk benoa di Bali yang tinggi, ternyata di Makassar hehe.
Penantian pun terjawab, Pak Walikota keluar. Saat ditanya mengenai konten rapat, nama rumah cantik pun mencuat. Didorong rasa penasaran
Betapa herannya saya ternyata rumah cantik yang merupakan cagar budaya tersebut menyimpan permasalahan di belakangnya. Rumah yang saat ini bisa dibilang sudah hampir hancur ini pernah akan direnovasi namun terhenti. Kabar simpang siur menyebutkan bahwa yang melakukannya adalah Ibas, anak presiden SBY. Tentunya hal tersebut belum terkonfirmasi.
Nyatanya, dari kabar yang beredar pemilik pertama bukan menjual kepada Ibas tetapi kepada seorang keturunan Cina. Entah siapa dia. Namun, rumah ini kembali berpindah tangan ke salah satu pengusaha. Ini pun lagi-lagi masih menjadi misteri kebenarannya.
Bahkan Gubernur DKI Jakarta Ahok pun masih memerintahkan untuk mencari tahu pemilik saat ini. Lagi, di sini saya kebingungan. Apalagi kepada dinas pariwisata malah sulit untuk dihubungi.
Apapun konflik di dalamnya, dan berbagai kebingungan saya terhadap penetapan cagar budaya untuk milik pribadi, hal ini tidak dapat menutupi fakta bahwa rumah yang pernah berjaya itu mulai terlupakan. Siapa yang peduli dengan rumah kumuh, hampir bobrok, yang semak belukar memadati halamannya.
Mungkin butuh keberanian pemerintah DKI untuk 'memaksa' pemiliknya melakukan pemugaran. Ya pastinya sulit, apa boleh buat pemilik dipaksa untuk mengembalikan rumah ke design semula. Bagaimana jika si pemilik memiliki niatan lain untuk tanah ini. Membangun parkiran di basemen dengan lift hidrolik misalnya? yang pasti rumah belanda dengan tiga buah kamar pastinya tak akan menarik baginya.
Yah, lihat saja nanti
Hari ini Jakarta luar biasa padatnya. Kemacetan timbul di berbagai titik di penjuru. Bukan hal yang aneh sebenarnya, toh Jakarta dirundung macet setiap harinya. Tapi, jika detil mengamati ada yang hilang dari jalanan kota Jakarta. Hijaunya atribut driver gojek dan grab bike mendadak hilang tak berbekas. Keluhan pelanggan yang tak terangkut pun bermunculan.
Tak hanya grab dan gojek, bahkan taksi pun tak ditemukan di jalanan. Padahal jalanan sedemikian padatnya.
Cuaca mendung kali ini terasa begitu panasnya. Ada ketakutan dan kekhawatiran menggelayuti. Supir taksi mengandangkan mobilnya. Supir gojek dan grab menanggalkan atributnya. Keheningan menyeruak di jejaring aplikasi kendaraan online tersebut.
Kapolda DKI Jakarta yang baru dilantik itu pun mendadak mendapat hadiah mengejutkan sehari setelah serah terima jabatan. Demo besar besaran sopir taksi dan bajaj menolak uber dan grab car meluas dan mengundang kericuhan. Bahkan grab bike dan gojek pun menjadi sasaran.
Aksi ini merupakan aksi susulan terhadap aksi yang dilakukan minggu lalu. Setelah menurunkan sekitar 2000 orang, hari ini 6000 orang kembali diturunkan. Nampaknya, mereka tak puas dengan penyelesaian pemerintah minggu lalu.
Bukan kepastian berbadan hukum untuk grabcar dan uber yang mereka inginkan. Bukan pemberlakuan pajak dan izin yang harus diperoleh dua perusahaan kendaaraan berbasis aplikasi yang mereka tuju. Kelihatannya hanya satu tujuan mereka, Bubarkan Uber dan Grab, dan tentunya Gojek.
Smartphone dan berbagai teknologi lainnya memberikan beragam kemudahan bagi masyarakat. Tapi, kemudahan ini nampaknya menjadi candu karena kenyamanan. Menggilas para kendaraan yang sudah ada dari dulu. Aplikasi kah yang salah atau regulasi?
Tapi, ketika kita berpikir sejenak, perubahan akibat teknologi merupakan suatu hal yang pasti. Yang akan datang tanpa bisa dicegah. Aksi besar yang ada saat ini, bisa saja hanya memperlambat tapi tak menghentikan. Siapa pun dan apa pun tak berdaya di depan waktu.
Pada akhirnya, semua dipaksa untuk berubah, menyesuaikan, berinovasi. Ketika dunia berubah dengan cepatnya, hukum rimba mendadak berlaku, yang kuatlah yang menang. Semua yang tak mampu beradaptasi akan tergilas waktu dan perlahan menghilang. Lalu kejadian seperti yang terjadi saat ini, akhirnya hanya berakhir sejarah atau cerita.
Lalu, sampai pada titik ini, mungkin kita akan bertanya akan jadi apa negara ini ke depannya. Mau dibawa ke mana dunia dengan teknologi ini. Sebuah alat bermata dua yang menawarkan kenyamanan dan juga ketakutan. Bisa saja suatu waktu saya atau anda yang menjadi korban teknologi, menjadi korban waktu. Siapa tahu.
Bahkan Perusahaan sekelas Nokia saja tak mampu bertahan di tengah gilasan kemudahan yang diberikan smartphone. Hingga akhirnya perusahaan tersebut terpaksa bertekuk lutut dan diakuisi oleh Microsoft. Bagaimana dengan kita?
"We didn't do anything wrong, but somehow, we lost," CEO Nokia Last Speech
Bogor di hari minggu kini benar-benar berbeda. Jalanan penuh dengan mobil lalu lalang. Belasan pasangan yang di mabuk cinta mengisi jalanan. Kini malam minggu di Bogor tak pernah benar-benar sepi.
Hari sabtu dan minggu adalah hari yang paling menyebalkan untuk keluar. Apa boleh buat macet memenuhi jalanan. Angkot yang memang merupakan kendaraan utama mulai tersaingi puluhan mobil dan motor yang sebagian besar berasal dari negara sakura.
Jalanan di kota Bogor tak ada yang besar. Rata-rata hanya empat meter hingga enam mungkin. Aku tak pandai mengukur jarak. Yang jelas biasanya jalanan hanya mampu menampung dua mobil saja. Wajarlah jika Bogor dilanda macet setiap akhir pekannya.
Jika menyalahkan angkot, saya rasa tak masuk akal. Suatu ketika saya pulang tak terlalu larut, sekitar jam 10 an. Saya menanti angkot di jalan pajajaran, jalan utama di Bogor. Sayang, itu pun saya tak berhasil menemukannya bahkan setelah satu jam menunggu. Tapi kendaraan pribadi ramai memenuhi jalanan.
Bogor dulunya bernama Buitenzorg. Kota yang ditemukan Belanda saat menelusuri ke hulu Ciliwung. Awalnya, kota ini diperuntukan sebagai tempat peristirahatan. Wajar saja kota ini dekat dengan batavia dan udaranya yang sejuk. Inggris bahkan membangun Kebun Raya Bogor.
Sayang, pemerintah Indonesia dan Belanda kelihatannya tak sevisi dalam menentukan peruntukan Bogor. Kini Bogor kian padat. Upaya pelebaran jalan pun sulit. Yah, kiri kanan jalan sudah penuh dengan bangunan.
Bogor kota kecil itu kini sudah tak setenang dahulu. Ketika jalanan masih layak dilalui anak SD yang berjalan kaki sepulang sekolah. Hujannya juga sudah tak berhasil meredam keramaian.
Yah inilah perubahan. Kadang, perubahan mau tak mau mengikis memori.
Ada yang bilang kalau lagi bingung liat aja ke langit. Apa itu kebiasaan orang-orang sejak zaman dahulu? merenung sambil melihat ke langit? Entah. Tapi di langit cuma ada bintang. Bulan. Planet. Air yang menjelma gumpalan kapas. Dan udara yang tembus pandang yang tak terlihat tapi kompleks. Intinya beda mati kan. Jawaban apa dari benda mati?
Entah lah.
Tapi saya masih melihat ke langit malam. Mengorek kepekatan malam dengan tanda tanya. Penasaran dengan misteri dan dinginnya malam. Apa yang dicari? Entah. Mungkin jawaban.
Written in the Stars by Monkey Majik
Now is it the place?
Is it the fame?
Is it a dream that I just can't explain?
I know it sounds crazy but it's true
I guess I could say
That maybe someday
I could pack my bags and leave this place
I never thought my life could be surreal
All the while, I would count the odds
And oddly enough I knew that I was a fool
And enough is enough and now I see that all I need to be is clear
It's written in the stars in fear
ここは何処
キミは誰
深い夢の中かな
遠くで手を振っている
この先で待っているの
星の光を辿り
信じれば許される
何もかもを一人で背負って
もう大丈夫
私がいつも一緒
夢で逢いましょう
涙がポロリ
I missed so many moments
All I had was lost in the blink of an eye
あとすこしだけ
このままで
夢見ていたいから
Tonight
I guess it's written in the stars
credit: JpopAsia