Siang, setelah sekian lama gak ngisi blog rasanya agak kaku juga ya. Peregangan dulu mungkin hahaha. Berhubung sedang disuruh istirahat jadi mari dinikmati saja lah walaupun sudah mulai bosan hahhaa.
Sebenarnya banyak berita yang akhir-akhir ini beredar di masyarakat, yang paling bikin gw tertarik iu erdogan, cengkareng, pekerja Tiongkok, daaaaan pokemon go wkwkwkwk. Harus tetap up date walaupun terkapar di rumah hahahhaa.
Secara pribadi gw sebenernya gak begitu mengikuti kisah Erdogan. Yah gw gak banyak ngikutin isu politik luar negeri. Hanya melihat banyaknya pemberitaan mengenai nama satu ini lama kelamaan saya tentunya penasaran juga. Puncaknya saat kudeta militer di Turki baru-baru ini. Walaupun banyak dari orang kita yang belum ke Turki ataupun tidak tahu banyak mengenai seluk beluk pemerntahan Turki, hal ini sebenernya tidak menyurutkan semangat warga kita untuk mengelu-elukan penguasa Turki tersebut. Saya pun sempat kagum sampai akhirnya saya menpertanyakan hukuman mati yang dilakukan olehnya kepada para militer yang melakukan kudeta. Gw kira dalam Islam pun saat perang nabi tidak membunuh tawanan perang, saya rasa itu bukan yang dicontohkan dalam agama. Tapi ya itu pendapat saya loh ya.
Lalu walaupun Turki ada nun jauh di sana entah kenapa pemberitaan mengenai dirinya selalu ramai dan menarik minat warga di sini. Bahkan ada dari yang pro Erdogan samnpai yang gak pro Erdogan pun ada (saya gak nulis anti yaa, soalnya itu maknanya beda). Sampai dianggap tidak pro Islam karena gak pro Erdogan pun ada. Gw bahkan gak tau siapa itu Gullen. Apa boleh buat gw ga pernah ke Turki apalagi kenalan sama beliau. Gw juga gak tau kenalan di Indonesia yang orang hizmet. Jadi gw ga bisa komentar soal beliau, begitu pun Erdogan.
Aniwei, yang menarik di sini adalah bagaimana netizen menyikapi konflik ini. Meski ini konflik di negara tetangga, tapi di banyak kasus apalagi soal politik, netizen seolah olah menempatkan diri sebagai pro ataupun anti. Begitu pun dengan media. Gak ada yang netral. Atau setidaknya ketika berusaha netral pun malah disalahpahami. Blok-blok seperti ini selalu ada.
Di Indonesia contohnya, dalam kasus baru-baru ini, yakni kasus yang menimpa Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama. Di kasus ini, blok tersebut terlihat kental, yang pro Ahok bela sampe mati, yang gak suka ahok masuk ke grup anti dengan membawa isu SARA kebanyakan. Sementara yang berusaha netral, yakni yang meyakini bahwa kinerja Ahok baik tapi tetap mengkritisi Ahok justru kerap kali dianggap plin plan. Bahkan ketika mengkritisi malah dihujat sedemikian rupa padahal maksudnya, beliau dikiritisi agar beliau dapat memperbaikinya. Wajar kan manusia tempatnya salah, mana ada yang sempurna.
Nah sama seperti kasus Erdogan saat ini. Ada saja pihak yang menggunakannya untuk saling menyalahkan. Mengungkapkan pendapat boleh asal jangan mencela hehe.
Kadang sampai suatu titik, gw mikir kenapa netizen sampai sebegitunya ya? Kalau dilihat dari sejarahnya sih presiden pertama kita Soekarno memperaktikkan gerakan non blok. Tapi kita kaya hardcore fans. Pilihannya mau dukung atau gak. Kalau mau dukung jangan protes liat baiknya aja deh, gitu. Ini persepsi gw atau emang begitu ya. Kalau memang ini salah media, apa benar media gak ada yang berusaha netral. Apa jangan jangan tidak ada pengawasan terhadap media. tapi kalau media diawasi pastinya akan rusuh dianggap melanggar ham. Akhirnya balik lagi ke netizen deh dalam menanggapi suatui berita. Sedikit lebih bijak dan perbanyak riset sebelum menelan berita bulat-bulat. seberapapun terpercayanya suatu media misinterpretasi bisa saja terjadi pada siapa saja dan dimana saja.
Aniwei semoga kita semakin bijak dalam mencerna berita. Dan tentunya tidak mudah terprovokasi. Cheers
Cerita dulu ah
0 talks:
Post a Comment