Taman Wisata Alam Mangrove akhirnya berhasil ke sini tanpa nyasar. Ini postingan lama, tapi entah kenapa gak berhasil ke garap dan malah ngendep di draft. Setelah sebelumnya melakukan kekonyolan dan malah berujung di Suaka Margasatwa Mangrove Muara Angke, akhirnya gw berhasil meniti jalan yang benar. Mungkin ini tergantung dari siapa partner lu jalan. Hehe.
Kalau ada yang bingung apa sih bedanya TWA dan SM mungkin bisa liat di postingan sebelum nya soal SMMA >>> Suaka Margasatwa Muara Angke.
Aniwei, walaupun dalam postingan sebelumnya gw berjanji akan ke sini sama ili, tapi apa daya ili nge-cancel di menit menit terakhir. Dia memang keren. Padahal malem sebelumnya dia habis ngeledekin gw karena di maem minggu gw malah piket malem di kantor. Tolong garis bawahi.piket bukan ronda.
Kalau dilihay memang jelas, ini beneran tempat wisata. Fasilitas lengkap. Sayang kamera tak diijinkan masuk. Walaupun pak petugas bilang boleh dengan syarat bayar Rp 1juta. Yang bikin kesel dia ngomong dengan wajah serius. Tak apalah toh ada hp.
Sahabat perjalanan gw kali ini adalah Prasasti Riri alias Riri. Teman sejak kuliah yang sekarang jadi teman sekosan di belantara jakarta.
Baru menapaki pintu masuk betapa kagetnya kami saat ada tulisan 'reuni akbar fakultas kehutanan IPB'. Kami jadi merasa tersanjung disambut begini haha.
Setidaknya di TWA ini jembatannya lebih terawat, gak aa suara dari semak-semak yang entah itu dihasilkan biawak atau hewan melata lainnya. Di sini aman, walaupun sayang juga ngeliat macaca nya dikandangi. Aku juga takut sih sebenernya kalau di lepas *trauma p2eh.
Walhasil karena cuma berdua kita jadi pamer foto dan narsis. Betapa mirisnya saya saat menemukan banyak sampah berceceran. Padahal ini wisata alam, tapi entah kesadaran orang mungkin masih minim soal ini. Yang lebih sedih mungkin pas liat anak kecil mungkin sekitar 5 tahun buang sampah ke arah lumpur mangrove, dan orang tua nya diem aja. Gak panik, gak ngasih tau juga ke anak nya kalau itu gak boleh. Saya miris liat masa depan kalau begini ceritanya.
Sampai di ujung jalan yang bertuliskan pantai. Gw bisa liat halilintar dufan. Tapi sayang pemandangan itu berubah saat melihat ke bawah. Tumpukan sampah di genangan air. Tanpa ada yang peduli. Dua sejoli bahkan berlomba-lomba melemparkan sampahnya ke sana. Ini menyedihkan.
Mungkin itu dari sisi moral. At least tempat ini dari fasilitas bagus. Mendidik juga. Mungkin akan lebih baik kalau ada papan nama yang ada tulisan nama latin pohon. Serta asal pohon dari mana dll.
Itulah sekilas TWA, dan semoga tempat semacam ini semakin banyak. Well, dan tambahan semoga budaya bersih akan bisa lebih baik lagi.
Untuk foto mungkin menyusul karena ini diketik di hp hehe.
0 talks:
Post a Comment