Budaya Ngaret

Budaya ngaret, kelihatannya hal yang lumrah di negara kita. Terlambat seolah olah bukanlah sebuah dosa. Kewajaran lah yang justru ada.

Mungkin, sebaiknya kita harus kembali mempertanyakan batas-batas kewajaran. Jangan sampai hal yang seharusnya diperbaiki malah dianggap wajar. Batasan itu memang seharusnya jangan dikaburkan.

Dalam masa melanglang buana ini, bukan satu dua kali saya menemukan ketika ngaret dianggap wajar. Kewajiban yang akhirnya lalai pun seolah tidak masalah.

Keluar masuk gedung pemerintahan sudah sering saya lakukan. Dari semua nya, ngaret tetap berjalan.

Ada pegawai pemerintah yang lebih milih sarapan padahal telah lewat jadwal masuknya. Pimpinan legislatif negara yang datang siang, entah karena memang jam kerja nya sesiang itu atau bagaimana. Belum rapat rapat komisi yang lagi lagi ngaret. Tempat tempat persidangan juga seolah tidak luput dari budaya ngaret.

Sepertinya ngaret itu sudah berakar dalam. Hingga semua institusi seolah anteng saja kalau terjadi hal yang demikian.

Dibilang kecewa, tentu. Bagaimanapun juga apalagi pegawai pemerintah itu kan digaji oleh rakyat. Sebelum jauh jauh ngomongin soal kenaikan tunjangan, soal ketidakadilan, soal bangsa. Yok berantas dulu budaya yang seharusnya tidak dibudayakan ini.

0 talks: