Sejak awal masuk kampus hal yang selalu gw denger adalah perbedaan antara pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Sampai akhirnya gw inget kalau keduanya adalah dua hal yang berbeda, dimana ilmu pengetahuan adalah sebuah sistem terstruktur dari pengetahuan dan biasanya bersifat menyeluruh. Sementara pengetahuan adalah hasil dari kebudayaan dan pengalaman. Jadi apakah budaya ini sendiri? Budaya adalah hasil dari interaksi masyarakat baik dengan masyarakat itu sendiri maupun dengan alam. Lalu kemudian muncul pertanyaan lagi dari gw. Kalau budaya merupakan hasil interaksi tentunya akan ada perbedaan antara budaya yang satu dan yang lainnya. Apalagi seperti yang kita tahu geografis atau keadaan alam suatu wilayah tentunya berbeda. Indonesia sebagai negara tropis memiliki bentang alam yang unik satu sama lainnya, dikelilingi hutan tanpa hp dan sinyal seperti saat ini tentunya membuat suatu kebudayaan menjadi berbeda dan eksklusif. Bahkan kondisi bentang alam menjadikan terjadi nya iklim lokal yang berbeda - beda. Ambil contoh di sulawesi selatan, pegunungan di sana memisahkan sulawesi selatan bagian barat dan timur memiliki cuaca dan bahkan vegetasi dan fauna yang berbeda. Dan tentunya masyarakat lokal saat itu memiliki respon yang berbeda terhadap lingkungannya. Kalau kebudayaannya berbeda bukankah pengetahuan juga akan turut berbeda? Dan pengetahuan yang berbeda akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang berbeda? Atau ada yang salah dengan cara pemikiran gw? Entah.
Pengelolaan sumberdaya alam tentunya bukan hal yang mudah. Bukannya pesimis, tapi pengelolaan yang salah akan memberikan dapak yang nyata terhadap daya dukung lingkungan itu sendiri dan manusia sebagai subjek dari pengelolaan sumberdaya alam akan terkena imbasnya. Imbas ini bukan hanya bertahan di satu generasi saja, dampak ini bisa bertahan hingga jauh ke depan dan terasa ke anak cucu kita. Selanjutnya yang menimbulkan pertanyaan dalam benak gua apakah pengusahaan sumberdaya alam juga turut mendorong rusaknya alam kita ini. Gw jadi inget kata - kata dari salah seorang karakter di buku yang pernah gw baca, "Man is the only animal that can destroy the world. Beasts live only in the present, but humans have the capacity to live for future, to lay down plans for their children and grand children, plans that can take years, decades, even centuries to mature."
Padahal sumberdaya alam diciptakan untuk menyokong hidup manusia kan? Tapi pengusahaannya justru menyebabkan kerusakan terhadap SDA tersebut. Adakah yang salah sebenarnya dari pengelolaan yang kita lakukan selama ini? ada satu buku karangan dosen gw yang menarik perhatian gw. Tentang sebuah pengetahuan yang berasal dari suatu kebudayaan. Dari buku itu gw jadi berpikir untuk mengatasi krisis sumberdaya alam yang banyak diributkan orang - orang saat ini adalah dengan menyusun suatu ilmu pengetahuan yang berakar dari kebudayaan lokal. Dan tentunya agar suatu pengetahuan yang bersumber dari budaya dapat menajdi ilmu pengetahuan perlu diadakan suatu penelitian dan telaah ilmiah agar pengetahuan tersebut menjadi sistematis.
Anehnya, banyaknya lulusan saat ini cendrung bekerja pada perusahaan - perusahaan singkat kata kita cendrung bergerak dengan orientasi ekonomi. Pernah gak kalian denger ada orang yang lulus pengen jadi peneliti? Jarang kan? Walaupun memang ada juga sih. Kenapa ya? Apa fakta bahwa peneliti tidak terfasiltasi baik dari segi pendanaan dan juga fasilitas. Atau bahkan mungkin tidak terjaminnya hak intelektual di sini. Atau bahkan adanya campur tangan politik yang menyetir peneliti itu sendiri makanya peneliti merasa tidak betah dan nyaman? Entah, gw juga gak tau. Hanya saja semua aspek dan bidang di negara ini terlihat berjalan sendiri - sendiri semaunya aja. Semuanya terlihat tengah berada di arena balapan. Saling memacu mobilnya untuk saling mendahului.
Sebuah penelitian dilakukan untuk kemudian diimplementasi kan bukan? Tapi yang unik di negara kita sebuah penelitian dilakukan untuk mendukung menjatuhkan sebuah kebijakan yang telah diterapkan. Apa ya yang gak bener, apa yang salah. Sebenernya itu selalu jadi pikiran gw. Mungkin udah saatnya kita mulai mengkaji ulang semua pengetahuan lokal yang kita punya. Pengetahuan yang kita miliki yang diwariskan nenek moyang kita ke suku - suku pedalaman di sana. Mereka yang kita anggap kuno dan menghambat pembangunan. Apa sih pembangunan itu? Sebegitu pentingnya kah label pembangunan kalau toh itu berarti membunuh identitas bangsa kita sendiri dan menjajah kita atas negara kita. Anak muda mana yang sekarang punya rasa memiliki sama negara ini coba. Gw gak berpikiran kita harus hidup kaya suku adat seperti itu. Bukan itu maksud gw. Gw sendiri harus hidup seperti itu juga gak mau. Yang gw maksudkan di sini itu pengetahuan lokal yang sebaiknya kita pelajari dan pahami.
Pengetahuan lokal semacam itu mungkin seharusnya kita angkat dan kita kaji lagi. Kalau perlu kita telaah secara ilmiah untuk mengatasi pengelolaan sumberdaya alam kita. Walaupun bukan solusi nyata dan hanya kata - kata di sini, tapi gw beranggapan pengetahuan lokal bisa dijadikan solusi terhadap pembaharuan ilmu pengetahuan guna mengatasi kelangkaan sumberdaya alam. Toh pengetahuan barat yang kita terapkan untuk mengelola sumberdaya alam hingga saat ini gak semuanya mampu memberikan hasil yang diharapkan. Bahkan beberapa teknik pengelolaan justru terbukti gagal dan menyebabkan biaya yang besar untuk mengembalikan sistem tersebut kembali seperti semula. Jadi apa salahnya dicoba menkaji ilmu lokal kita menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Walaupun yah tentunya ini bukan satu - satunya faktor penting dalam pengelolaan sumber daya alam, subjeknya alias kita manusia juga harus diperbaiki. Sikap super cuek juga harus dibenahi juga tentunya. Korupsi, buang sampah sembarangan, pengolahan limbah asal - asalan, konsumtif, dsb nya. Yah gw percaya kok itu bukan jati diri Indonesia, buktiin lah itu bukan kita. Mau sampai kapan kita ngebuang jati diri kita sendiri? Gaul boleh, modernisasi boleh, gak ada yang salah dengan pertukaran kebudayaan dan ilmu pengetahuan, tapi kita gak boleh lupa lah sama yang kita punya.