Sangat dekat, tanpa sekat, tapi terasing

Malam yang sama seperti hari - hari yang lalu dan hujan yang sama lagi di kota hujan. Menyusuri trotoar pajaran di bawah rindang pohon mahoni. Melangkahkan kaki pada lokasi - lokasi yang tak asing. Menunggu angkot yang mengantarkanmu pada tujuan yang mengantarkan pada pertemuan - pertemuan yang biasanya. Pemandangan yang sama yang bisa kau lihat pada jendela - jendela angkot. Temaram lampu yang berkelip di kejauhan. Mobil hiruk pikuk ramai memadati jalan oto iskandar hingga tugu kujang yang berdiri dengan kokohnya.

Jalan - jalan yang kerap kali terlalui. Jalan yang menjadi penghubung kenangan - kenangan. Kenangan bertemu dan berpisah. Kenangan yang terus melaju seiring dengan kepergian waktu. Terbawa seiring hujan yang terus datang silih berganti. Hujan lagi dan tanpa bintang di malam rasanya sudah tidak asing. Hanya lampu kerlip riuh bangunan - bangunan besar yang menyapa.

Sesuatu yang biasa, terlalu biasa, hingga lupa sudah berapa lama semua ini menjadi biasa.


Fiersa Besari (ft. Naluri) - Kisah Semu

Ringkihku terbias pada kisah semu
Manisnya tersamar dan tak bermuara
Bergumul dalam rasa yang begitu nyata
Sangat dekat, tanpa sekat, tapi terasing

Dalam senyap kau dan aku
Saling merindu namun terpisahkan keadaan
Kita hanya dua manusia 
Berharap bersama meski tak mungkin

Menepi di pelataran senja dan terdiam
Senja menertawakan kau dan aku

Dalam senyap kau dan aku
Saling merindu namun terpisahkan keadaan
Kita hanya dua manusia 
Berharap bersama meski tak mungkin

Rindu ini meradang, tak berarah, dan tak hilang

Kemana harus melangkah? Sementara kita tak berkisah

0 talks: