Penantian pun terjawab, Pak Walikota keluar. Saat ditanya mengenai konten rapat, nama rumah cantik pun mencuat. Didorong rasa penasaran
Betapa herannya saya ternyata rumah cantik yang merupakan cagar budaya tersebut menyimpan permasalahan di belakangnya. Rumah yang saat ini bisa dibilang sudah hampir hancur ini pernah akan direnovasi namun terhenti. Kabar simpang siur menyebutkan bahwa yang melakukannya adalah Ibas, anak presiden SBY. Tentunya hal tersebut belum terkonfirmasi.
Nyatanya, dari kabar yang beredar pemilik pertama bukan menjual kepada Ibas tetapi kepada seorang keturunan Cina. Entah siapa dia. Namun, rumah ini kembali berpindah tangan ke salah satu pengusaha. Ini pun lagi-lagi masih menjadi misteri kebenarannya.
Bahkan Gubernur DKI Jakarta Ahok pun masih memerintahkan untuk mencari tahu pemilik saat ini. Lagi, di sini saya kebingungan. Apalagi kepada dinas pariwisata malah sulit untuk dihubungi.
Apapun konflik di dalamnya, dan berbagai kebingungan saya terhadap penetapan cagar budaya untuk milik pribadi, hal ini tidak dapat menutupi fakta bahwa rumah yang pernah berjaya itu mulai terlupakan. Siapa yang peduli dengan rumah kumuh, hampir bobrok, yang semak belukar memadati halamannya.
Mungkin butuh keberanian pemerintah DKI untuk 'memaksa' pemiliknya melakukan pemugaran. Ya pastinya sulit, apa boleh buat pemilik dipaksa untuk mengembalikan rumah ke design semula. Bagaimana jika si pemilik memiliki niatan lain untuk tanah ini. Membangun parkiran di basemen dengan lift hidrolik misalnya? yang pasti rumah belanda dengan tiga buah kamar pastinya tak akan menarik baginya.
Yah, lihat saja nanti